Tigapuluh delapan

342 33 0
                                    

Happy reading!

Waktu bergulir dengan cepat, Ujian Nasional semakin mendekat membuat jadwal untuk anak kelas tiga semakin memadat.

Minggu ini anak kelas tiga melaksanakan Try Out UN untuk yang pertama kalinya, tidak bisa dipungkiri kegugupan menyelimuti setiap pribadi, namun mungkin hal itu tidak berlaku hanya pada Cecep dan Fandi yang malah mengganggu anak-anak lain ketika sedang belajar.

Karena setiap ruang ujian terbatas hanya untuk 20 siswa, dengan terpaksa untuk absen 21-27 bercampur dengan kelas lain.

"Yaaah... kita kepisah jauh." keluhku pada Adel, jika mengeluh pada Nadin yang ada hujatan bertubi-tubi datang padaku.

"Kan masih sekelas sama komes."

"Komes?"

"Koko gemeeeez..." ia menggunakan huruf 'z' untuk kata 'gemes' membuatku mengusap wajahnya kasar.

Jadwal hari pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia, siswa mulai memasuki ruang ujian.

Seperti biasa aku mendapat kursi paling belakang, dekat dengan Reynald. Reynald duduk tepat dibelakangku dengan Yani di samping kirinya.

"Ciyeee..." godaku pada Reynald yang memasang wajah datar sejak masuk ke dalam kelas.

Aku terkikik geli sejak tau bahwa meja Reynald dan Yani bersebelahan.

"Yani!" panggilku pada Yani lalu mengkode ke arah Reynald, Yani nampak salah tingkah.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Yani diam-diam suka dengan Reynald, bukan merasa cemburu malah sangat terhibur dengan hal itu.

Melihat itu aku semakin gencar menggodanya, guru didepan masih sibuk membuka soal Try Out.

"Mau nomernya gak?" Tanyaku dengan suara pelan, Reynald langsung menendang kursiku menimbulkan kegaduhan di kelas yang hening.

"Harap tenang..." peringat guru pada kami. Aku tertawa sendiri lalu kembali menggoda Yani.

"Heh, mau gak?" kulirik Reynald yang menatapku tajam seperti hendak membunuh, berbeda dengan Yani yang mengangguk malu.

"Kasih jangan, Rey?"

"Jangan, biar gue yang ngasih sendiri."

"Aduuuh... meuni gemeees." Aku memukul-mukul pelan lengan Reynald dengan muka imut yang ku buat-buat.

Kulihat Yani tertunduk kesulitan menahan senyumnya, tangannya membuka tutup penutup pulpen mengontrol kegugupan.

Aku terus tertawa sepanjang guru membagikan soal dan lembar jawaban, hingga kurasakan kepalaku dipukul satu pulpen dengan keras.

Siapa lagi pelakunya jika bukan Reynald,

"Berisik lo!" wajahnya nampak kesal sekali, aku jadi tambah ingin tertawa kencang, namun intrupsi dari guru membuatku memilih menahannya.

***

Aku dan Reynald berjalan bersebelahan, tanganku kukaitkan pada lengannnya untuk menuntunnya yang terlalu fokus dengan ponsel.

Biar saja orang menilaiku sebagai pacar yang posesif bin lebay, selama Reynald tidak menolak rasanya sah-sah saja.

Langkah kami menuju parkiran terpaksa terhenti ketika ada suara perempuan yang memanggil nama Reynald.

Kami sontak menengok kearah suara, aku langsung melepaskan tanganku pada lengan Reynald. Yani, dia berjalan menghampiri kami dengan muka lugu dan tingkahnya yang malu-malu.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang