Duapuluh tujuh

389 37 1
                                    

Menikmati kuah mi ayam yang terasa kental akan bumbu, menarik mi sampai panjang menggunakan sumpit lalu menyedotnya dengan cepat masuk ke dalam mulut.

Nadin hari ini tidak masuk karena sakit, sedangkan Adel bergabung dengan geng Vani.

"Mei, nanti pulang bareng gue ya!" Ucap Reynald tiba-tiba setelah berhasil mendaratkan bokongnya pada kursi panjang di hadapanku.

"Gak ah males, ajak aja Felia."

"Gue juga pengennya gitu, tapi Oma maunya ketemu lo!"

Aku mendengus kesal, "Ya lo bilang aja, Meira gak mau."

Alih-alih menjawab Reynald malah mengambil minumanku lalu meminumnya, "Jorok banget sih! Gak kuat beli minum sendiri?" omelku yang dibalas cengiran olehnya,

"Ayolaaaah... masa gue terus yang kerumah lo!"

"Siapa juga sih yang nyuruh lo ke rumah gue terus! Ajak Felia aja udah..."

"Ck," raut wajah Reynald berubah menjadi kesal, membanting pelan botol saos yang sejak tadi ia mainkan.

"Iya... iya..." aku takut dia marah lagi seperti dulu ketika Deri membaca buku diary milik Felia.

"Gue kesana dulu ya, makan yang banyak!" Reynald tersenyum tipis sambil mengacak poniku lalu pergi bergabung dengan Deri, Hedry, Niko, Tatang dan kawan yang lain.

Sepulang sekolah Reynald langsung mengajakku ke parkiran mobil, "Tumben lo bawa mobil?"

"Iya... Sorry ya tadi gue gak jemput lo, karena pulangnya mau gue ajak bareng."

"Emang apa hubungannya?"

"Ya kan jatah lo berduaan sama gue cuma sehari sekali, kalo kesempatannya udah dipake tadi pagi, berarti kita gak bisa pulang bareng."

"Lah kenapa bisa begitu?"

"Ya karena kalo gue jemput lo pagi, pulangnya gue anter Felia. Kalo paginya gue jemput Felia, berarti pulangnya sama lo."

"Sejak kapan lu?" tanyaku, ada rasa kecewa yang ku tutupi mendengar penjelasannya.
"Sejak lama sih.'' Sahutnya dengan santai

''Dasar kelinci!'' Keluhku pelan namun terdengar olehnya, ''apaan? Lo mau kelinci?''

''Kagak! Lo tuh kelinci!!''

''Rabbit? Apaan sih?'' Ia berfikir sejenak, aku tidak menyauti pertanyaannya.

''Oooh... I see, I know I'm cute." Ia menggoda dengan menyenggol bahuku.

''Kelinci itu playboy!! Bego banget sih.'' Sahutku dengan sinis.

''Loh loh ada apa gerangan? Kok tiba-tiba jutek gini?'' Ia menangkup pipiku dengan satu tangan lalu menggerakkan ke kanan dan kiri.

''Ngapain ish! Gue mau naik angkot aja lah ribet sama lo.'' Entah kenapa hatiku mendadak kesal padanya. Jangan bilang aku cemburu, karena itu gak mungkin. Catat!

''Lah terus gue gimana?''

''Ajak aja Felia sono!'' Teriakku setelah berada lima langkah didepannya..

''Woelah cemburuuuu...'' Ia berlari kecil mengejarku lalu mendaratkan tangannya diatas bahuku. Aku yang merasa tak suka langsung menampik tangannya

''Aduh, galak banget sih! lo emang gak sadar kalo gue suka bareng Felia?'' Aku menggeleng, menenangkan hati untuk tetap baik-baik saja. ''Gak penting juga sih.'' Sahutku cuek dan masih tetap berjalan, tak sadar kalau Reynald menuntun langkahku ke arah parkiran mobil. Dan kini kami sudah didepan mobilnya.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang