Tigapuluh sembilan

397 29 1
                                    

Happy reading!

Tangan Reynald tidak terlepas dariku sejak turun dari mobil, Ia mengaitkan jemarinya pada ruang di jemariku seperti seorang bapak yang takut kehilangan anaknya di tengah keramaian.

Reynald mengajakku untuk menemaninya main ke Bandung, ku iyakan, anggap saja sebagai ajang refreshing menjernihkan fikiran dari kata ujian dan soal.

Mobil Reynald terpakir pada halaman lebar didepan jajaran toko-toko minimalis.

Kami berjalan menuju salah satu kedai kopi yang berada di barisan paling kiri dengan tulisan besar diatasnya "Grey's cafe".

Aroma menyengat dari kopi memenuhi ruangan memanjakan indera penciumanku, sambutan seorang greater kafe membuat Reynald menepuk pundaknya akrab seraya tersenyum.

"Jih, sok kenal banget lo!"

Yang kumaki itu malah mengusap kepalaku lembut, aneh, kenapa tiba-tiba jadi manis seperti ini. Bukan senang malah membuat bulu kudukku berdiri.

"Kamu duduk disana dulu ya."

"Lo mau kemana?"

"Ada urusan, sebentar aja." Reynald sangat berbeda, ia berbicara dengan sangat manis dan lembut, rasanya aku ingin meleleh sekarang.

Aku mengangguk setuju, kemudian ia masuk kedalam ruangan yang terletak di samping bar.

"Permisi ,Kak, ini untuk buku menunya, mau langsung pesan atau nanti?" tanya seorang waiters sambil menyerahkan buku menu yang tebal.

"Saya mau choco latte satu deh, buku menunya ditinggal gapapa kan kak? saya nunggu temen soalnya."

Aku membolak-balik buku menu, sesekali melihat sekekeling menikmati suasana kafe yang tenang dengan konsep monokrom.

Satu waiters berbeda menghampiriku membawakan choco latte juga sepotong tiramisu cake.

"Maaf saya gak pesan ini."

"Ini gratis, Kak."

"Serius?" Pelayan itu hanya mengangguk dengan senyum lalu meletakkan keduanya dihadapanku.

"Apa gak rugi..." aku berbicara lirih menatap sepotong tiramisu yang nampak lezat didepanku,

Kalau ini dalam rangka promosi kurasa terlalu berlebihan untuk memberi makanan gratis untuk minukan semurah itu.

Tapi aku tidak mau susah-susah memikirkannya, dengan semangat ku cicipi keduanya.

Tak lama Reynald menghampiriku dengan muka yang sumringah, "Nunggu lama ya?"

"Enggak kok, santai."

"Rey..."

"Iya sayang, kenapa?" Reynald yang sedang mengutak-atik handphonenya beralih menatapku.

Panggilan itu lagi, untuk yang kedua kalinya membuat hatiku tergelitik, kupu-kupu dalam perutku seolah berterbangan keluar sarang.

Sial, Reynald kenapa jadi buaya darat begini.

"Mau gak?" kusodorkan potongan tiramisu itu padanya, ia membuka mulutnya mengkode untuk disuapi.

"Enak kan?" kutanya ia dengan wajah yang kelewat semangat, ini enak dan gratis, siapa yang tidak bahagia.

"Kamu suka?" ia malah balik bertanya,

"Iya, gratis soalnya... kalo bayar mungkin biasa aja rasanya." Aku berbicara lirih sambil terkikik.

"Teh..." kupanggil pelayan yang sedang berdiri didepan bar.

"Ini gratis kan?" kepala perempuan itu terangguk menjawab pertanyaanku.

CHAMELEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang