Happy reading!
Bangun tidur aku merasakan mataku sangat perih dan sulit dibuka. Aku bercermin dan mendapati kedua mataku bengkak. Pandanganku memburam dan pening menyerang kepala.
Aku berdecak malas karena seharian nanti pasti akan merasa ngantuk dan pegal untuk melek.
"Ngapain pake kacamata? caper?" Tanya Reynald ketika mendapati aku keluar rumah memakai kacamata, aku menggelengkan kepala tanpa suara.
"Kenapa?" ia mengulang pertanyaannya mendesakku.
"Gak pa..." Reynald langsung menarik kacamata yang kupakai, sontak aku menutupi kedua mataku dengan tangan.
"Balikin kacamata guee..." jeritku kesal,
"Kenapa sih?" ia berusaha melepas tanganku sembari cekikikan.
"Mata gue bengkak."
"Kok bisa?"
"Nangis semaleman..." Reynald mulai menanggapi serius perkataanku,
"Kenapa?" suaranya berubah dingin, lagi-lagi kugelengkan kepala sebagai jawaban.
Reynald diam menatapku dengan tatapan mengintimidasi, tangannya dilipat didepan dadanya, bisa kulihat dari sela-sela jari yang sedikit kuregangkan.
Akhirnya dengan terpaksa aku terlebih dulu membuka suara mengingat waktu terus berputar, aku tidak ingin telat hanya karena masalah sepele.
"Gue malu ngomongnya..." Reynald tetap diam.
"...tapi jangan diketawain!"
"Gara-gara nonton drama korea." ucapku dengan suara kecil. Tawa Reynald pecah saat itu juga, tangannya mengangkat daguku.
Kedua tangannya meraih kepalaku menarikku agar mendekat hingga jarak kami hanya sekitar 3cm, ia menepuk-nepuk pelan kepalaku.
"Uuuuu... udah udah jangan nangis, sini sama oppa, saranghaeyo..." langsung ku pukul dadanya dan menjauh, tawanya semakin tak tertahan.
"Gak cocok!" sengutku.
"Udah ayo berangkat, sini balikin kacamatanya!" Reynald memakaikan kacamata berlensa kuning keemasan itu padaku,
"Lucunyaaa..." Reynald menekan-nekan kedua pipiku dengan satu tangan yang refleks kutampik kasar.
"Ih, kasar main nya." ia menyalakan mesin motornya lalu kami berangkat menuju sekolah.
"Udah sembuh kakinya?" tanyaku karena semalam ia bilang baru saja terpeleset di kamar mandi sebab dikejar kecoa.
"Apa?''
"Udah sembuh belum kakinya?" aku sedikit memajukan kepalaku agar ia mendengar,
"Kenapa?" katanya seraya terkekeh.
Aku mendengus kesal, Reynald mengerjaiku, "Budek!"
"Udaaaah, ciyeee perhatian..." ia melihatku lewat spion kanan motor, matanya menyipit menandakan ia tersenyum dibalik helm fullfacenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMELEON
Fiksi Remaja[16+] "Terkadang jatuh cinta itu hanya karena hal yang sepele, saking sepelenya ketika ditanya 'kenapa bisa?' Kita gak bisa jawab." -chameleon. Selamat menikmati kisah Reynald Gabriel Atmaja yang sifatnya mudah berubah dalam hitungan detik juga si b...