3

9.2K 846 23
                                    

[ Time to Love ]

“Hyerin, kapan kau akan bangun, sayang? Hari ini harus sekolah bukan? Kau akan ketinggalan bus sekolah jika sampai telat lagi, sayang.” Irene berjalan membuka tirai kamar putrinya. Membiarkan cahaya matahari menyapa kamar bernuansa pink itu. Wanita itu berbalik dan menemukan putrinya masih bergelut dengan selimut. Bahkan gadis kecilnya tidak terganggu tidurnya sama sekali. Irene menggeleng, tidur putrinya mirip sekali dengan pria itu. Ah sudahlah, ia harus mengubur semua yang terjadi antara dirinya dan pria brengsek itu. Bersyukur, sejauh ini ia sudah tak pernah bertemu dengan pria itu. Irene lebih bersyukur lagi jika ia tidak akan bertemu lagi.

Irene menyibak selimut putrinya pelan, gadis itu hanya menggeliat dan memeluk gulingnya. Cahaya matahari yang menerpa wajahnya tidak mampu membuat gadis itu bangun. Astaga, tidurnya tidak terlalu malam tapi lihatlah, bangun pagi saja sangat sulit. Bagaimana jika ia tidur diatas jam biasanya? Wah, bisa sampai pukul sepuluh pagi mungkin gadis kecilnya bangun.

“Hey, kau akan ketinggalan bus jika tidak bangun, sayang.”

“Lee ahjussi bilang akan menunggu Hyerin, eomma. Jadi eomma tidak perlu khawatir.” Irene menggeleng-geleng kepalanya. Lihatlah, seenak jidatnya mengatakan bahwa Lee Ahjussi - supir bus sekolahnya - akan menunggunya. Yang benar saja, bukan hanya dirinya saja siswa sekolahnya, masih banyak siswa lain yang menunggu untuk di jemput. Astaga, darimana pula putrinya mendapatkan ide seperti itu.

“Sayang, eomma tidak mau tahu. Hyerin bangun sekarang. Jika tidak eomma akan mendiami Hyerin.” ancaman itu mau tidak mau membuat gadis kecil itu bangkit. Wajah ngantuknya terlihat sangat jelas. Ia menguap dan menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Turun dari ranjang mininya menuju kamar mandi untuk mandi.

“Eomma akan membuat sarapan untuk kita dulu. Jika sudah selesai segera turun, sayang.”

“Baiklah, eomma.” jawab gadis kecil itu hingga akhirnya tubuhnya tak terlihat lagi dibalik pintu.

~♥~

Gadis kecil itu turun ke bawah setelah selesai dengan ritual mandinya. Sekarang ia sudah nampak segar dan penampilannya sudah siap untuk ke sekolah. Gadis kecil itu mengecup pipi kanan ibunya dan duduk disalah satu kursi yang selalu ia duduki ketika makan bersama dengan sang ibu di meja makan.

“Habiskan bekalmu, sayang. Eomma memasukkannya banyak, nanti kau bisa berbagi dengan teman-temanmu.” tutur Irene. Menjadi ibu tunggal seperti dirinya memang tidak semudah yang ia bayangkan, ia harus menjadi tulang punggung untuk putri kecilnya, bekerja tak kenal waktu hingga akhirnya ia bisa membeli rumah untuknya dan putrinya. Tapi rasa lelah akan sirna ketika kepulangannya ia melihat putrinya dan memberinya pelukan selamat datang. Irene rasa itu sudah sangat cukup untuk dirinya dan sang putri.

“Eomma, apa Ahjussi tidak menghubungi, eomma?” Irene tersedak dengan susu putih di gelasnya. Astaga, hampir saja bajunya kena cipratan susu itu.

“Eomma baik-baik saja?” tanya Hyerin ketika sang ibu terbatuk dan menepuk dadanya. Ia terlampau terkejut dengan ucapan putrinya.

“Kenapa bertanya tentang pria yang tidak Hyerin kenal? Untuk apa juga pria itu menghubungi eomma? Eomma rasa nomor ponsel eomma tidak ada padanya.”

“Ada, eomma. Hyerin yang memberikannya sebelum kita pulang.” Irene melongo, astaga, kenapa putrinya lancang sekali? Apa ini alasan putrinya meminjam ponselnya kemarin? Jika tahu seperti ini alangkah baiknya Irene tidak memberinya.

Time to Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang