8

5.3K 689 77
                                    

[ Time to Love ]


Bagaikan sebuah mimpi, Irene benci dengan kenyataan putrinya yang begitu polos. Lihatlah, bagaimana tangan mungil itu menggenggam tangan pria yang tempo hari tanpa sengaja waktu itu mereka bertemu kembali. Senyum yang terpantri dibibirnya membuat Irene muak. Dengan kasar, Irene menarik tangan putrinya yang digenggam. Awalnya Irene bingung dengan suara klakson yang terdengar dari luar rumahnya. Ia bingung awalnya — siapa pemilik mobilnya, namun semuanya sirna ketika pria itu keluar dengan putrinya. Bahkan banyak sekali bingkisan dengan logo toko permainan terkenal di tangan sebelah putrinya yang tak digenggam — tangan kirinya. Dan pada tangan pria itu juga terdapat beberapa.

“Masuk ke dalam, Hyerin.” titah Irene pada Hyerin. Namun sayangnya tidak dipatuhi oleh gadis kecil itu membuat rasa marah itu kian memuncak.

“Eomma bilang masuk ke dalam. Dan jangan membantah.” Irene menekan setiap kata yang meluncur dari mulutnya. Melihat bagaimana putrinya diperlakukan tidak enak didepannya, Junmyeon membuka suara, “Jangan membentaknya, Bae. Lihatlah, ia terlihat sangat ketakutan.” ujar Junmyeon membuat Irene menatapnya tajam. Tatapan yang awalnya mengarah pada putrinya, kini menatap pria yang tak tahu diri yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

“Tidak usah mencampuri urusanku dan putriku karena kau tidak punya hak. ” desis Irene. Bukannya berhenti, Junmyeon malah membalas perkataan Irene, membela gadis yang disebut sebagai putrinya, “Aku memang tidak punya hak atas dirimu tapi aku punya hak atas putriku. Aku berhak membelanya ketika kau memarahinya.”

“Sepertinya pendengaranku mulai rusak atau memang dirimu yang tak tahu diri?” Irene kemudian menatap putrinya, kemudian berkata, “Masuk kedalam, sayang. Eomma akan marah padamu nantinya ketika kau tidak mematuhinya. Liburan kita akan batal nantinya. Kau tentu tidak mau itu terjadi, bukan?”

“Mainanmu, sayang.” ujar Junmyeonetika putrinya hendak melangkah. Gadis kecil itu ingin mengambilnya namun tertahan karena sang ibu. Gadis kecil itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang ia tahu — pria itu mengatakan ketika tadi menjemputnya bahwa ia — pria itu adalah ayahnya. Bukannya marah — gadis malah senang. Akhirnya, ia punya ayah — kepolosannya mampu membuat Junmyeon senang, tidak perlu banyak mengeluarkan banyak rayuan agar putrinya mengakui dirinya.

“Masuk kedalam, Bae Hyerin.”

“Tapi —,”

“Sekarang, jangan membantah.”

Gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Tidak mengembalikan mainan yang berada ditangannya. Tidak juga mengambil mainan yang disodorkan pria yang mengaku sebagai ayahnya.

“Sekarang, anda bisa pulang, Tuan.” ujar Irene. Ia masih sopan walaupun emosinya hampir tidak bisa dikendalikannya. Jika saja putri kecilnya tidak disampingnya, Irene bisa saja meluapkan semuanya saat itu juga.

“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.” Irene sengaja melihat jam tangannya. Dihari sabtu menuju siang ini, ia memang tidak ke kantor karena jadwalnya hanya senin sampai jum'at saja.

“Tidak ada waktu untuk mendengar ucapan yang keluar dari mulut berbisamu. Jadi, kau bisa pulang sekarang.” Irene membalikkan tubuhnya, hampir melangkah namun harus terhentikan ketika Junmyeon bersuara,

“Ini tentang hak asuh Hyerin. Apakah kau tidak ingin membicarakannya.” sudah cukup, kesabarannya telah habis. Apalagi mengenai pembicaraan yang akan dimulai oleh pria yang tidak tahu diri ini.

Time to Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang