11

5.1K 666 43
                                    

[ Time to Love ]

Irene dihadapkan oleh surat pengadilan dimana didalamnya tertera sebuah tulisan yang Irene tidak tahu bahwa pria itu benar-benar melakukan apa yang ia ucapakan beberapa waktu yang lalu.

SURAT PENGADILAN
MENGENAI
HAK ASUH ANAK

Deretan kalimat itu berhasil membuat Irene mati rasa. Semuanya rasanya akan sia-sia saja. Melawan Kim Junmyeon bukanlah hal yang mudah. Ia harus bermodalkan banyak uang agar bisa menyewa seseorang yang akan membelanya nanti. Tabungannya saja tidak akan cukup untuk membantunya. Ia tidak punya banyak harta benda untuk menjualnya agar bisa punya banyak uang.

Irene menatap rumahnya, rumah yang telah ia tinggali bersama dengan putri semata wayangnya. Sudah banyak kenangan yang terjadi dirumah ini. Mulai dari dirinya yang hamil dulu, ketika Bae Hyerin dilahirkan dan tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Sungguh, semua masih teringat dengan sangat jelas dalam benaknya. Lalu, apakah ia bisa melepaskan semuanya? Kenangan indah yang pernah mereka buat bersama-sama. Jika dengan menjual rumah ini ia mampu menyewa pengacara hebat, maka tidak ada alasan yang bisa menahannya untuk menjual rumahnya.

Wanita itu melepas kertas keramat itu. Meletakkannya diatas nakas dan mendiamkannya sementara waktu sebab ia harus mengemas semua barang-barangnya. Entah sudah terhitung satu minggu lebih ia tidak masuk kerja karena beban pikiran yang sampai saat ini tidak ada solusinya. Percuma saja ia bekerja jika hati dan pikirannya tidak tenang.

Pagi ini, wanita itu mengemas seorang diri barang-barang yang bisa ia bawa pergi. Koper miliknya sudah terisi penuh oleh pakaian-pakaian miliknya tanpa ada yang tersisa. Semua figura dan barang-barang mini mulai ia masukkan ke dalam karton-karton yang kebetulan sekali ada banyak dalam gudangnya — karton bekas alat-alat elektroniknya dulu. Sampai pakaian milik putrinya sudah ia kemas, tak terkecuali juga segala macam boneka dan barang kesayangannya sudah dimasukkan ke dalam karton juga.

Semuanya sudah selesai. Wanita itu menyewa beberapa orang untuk mengosongkan rumahnya. Membawa alat-alat berat yang akan ia bawa menuju tempat yang nantinya akan menjadi tempatnya dan sang putri tinggali.

“Terima kasih atas bantuannya.” ujar Irene seraya memberikan beberapa lembar uang untuk empat pria yang berbadan besar yang telah membantunya. Pria-pria itu mengangguk dan lalu kemudian berpamitan pergi karena sudah tidak ada yang perlu dilakukan mereka lagi.

Tinggal satu lagi yang harus ia lakukan, yaitu menyewa transportasi yang akan membawa barang-barang miliknya. Bersyukur ia punya satu tetangga yang kebetulan mempunyai transportasi yang belakangnya terbuka yang pastinya muat untuk membawa barang-barangnya. Jenis transportasinya ada truk yang biasanya membawa beban-beban berat dan pastinya besar.

“Shin Ahjussi, bisakah aku meminta bantuanmu. Aku ingin menyewa truk milikmu untuk membawa barang-barangku.” pria yang dipanggil Shin Ahjussi itu menghampiri Irene. Menghentikan aktivitasnya sejenak yang tadi ia lakukan — menyiram tanaman yang berada didepan rumah miliknya yang bersampingan dengan rumah milik Irene.

“Ada apa Nyonya Bae?” tanyanya. Pria itu dikenal dengan sikapnya yang sopan — tidak memikirkan apakah yang ia ajak bicara itu umurnya lebih mudah darinya. Irene senang dengan sikapnya. Selain sopan, keramahannya juga menjadi nilai plus bahwa Shin Ahjussi adalah pria yang berumur lima puluhan itu terlalu disenangi oleh warga yang tinggal di komplek mereka.

Time to Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang