25.Saatnya untuk Pergi

32 6 0
                                    

"Lo tetep berangkat lang?"tanya karel yang tidak mengerti dengan kedatangan langit ke sekolah, sambil terus berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah lebar langit.

"Iya"jawab singkar langit.

"Ngap--- eh? Yaudah gue tinggal dulu yah lang?"pamit karel ketika sepasang matanya menangkap sosok gadis yang sangat mencintai langit dengan tulus.

Langit memberhentikan langkahnya tepat di depan elsa,jaraknya tidak begitu jauh. Hanya setapak langkah kaki orang dewasa.

"Feell?...."panggil langit.

Elsa menggigit bibir bawahnya sambil terus menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan langit saat ini"kakak curang!"bentak elsa tiba tiba dengan nada tidak terima di dalamnya.

"Elsa tau kalau kak langit juga punya perasaan sama elsa kan?! Tapi kenapa malah sekarang kakak mau pergi?!"bentak elsa lagi. Seakan menjelaskan mengapa ia bisa membentak kakak kelas yang bahkan sangat ia cintai.

Langit terdiam di tempat. Ia tau,ini pasti akan terjadi,dan rasanya? Jauh dari rasa sakit! Ini bahkan sudah seperti siksaan  di dunia yang membuatnya sangat lemah.

"Kak!"

Langit menghela nafas dengan berat"nafel maaf"ujar langit lalu segera menarik tubuh elsa ke dalam pelukannya.

Awalnya memang seperti tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. Namun lama kelamaan,aliran listrik itu justru berubah menjadi sebuah kehangatan yang bahkan belum pernah langit rasakan sebelumnya. Yang pasti,mungkin pelukkan ini akan menjadi pelukkan terakhir bagi langit selama setahun kedepan.

Tidak akan ada lagi wajah ceria elsa,tidak akan ada lagi cokelat manis pemberian elsa,bahkan tidak akan ada lagi pertanyaan bodoh elsa seperti 'elsa mau jadi pacar kak langit' atau 'kak langit mau jadi pacar elsa?'

Semua itu pasti akan sangat langit rindukan di london sana. Sebenarnya bila langit diperbolehkan untuk memilih. Langit pasti akan memilih menetap di indonesia,bersama orang orang terdekatnya. Namun garisan takdir tak bisa di lawan,langit kini hanya bisa terdiam sambil terus mengeratkan pelukkannya,menahan segala sakit yang ia rasakan.

Sementara elsa? Dia sudah tak tahan untuk tetap menahan tangisnya lagi. Ia menangis sejadi jadinya di dalam pelukkan langit. Bahu berguncang kuat,isakan demi isakan mulai terdengar dengan jelas,dan rasa tak rela untuk melepaskan langit pergi terasa jauh lebih besar.

"Jaga diri lo baik baik disini ya fel?"ujar langit lirih. Namun sangat berpengaruh besar pada elsa,kini bahunya makin berguncang lebih keras,isakannya terdengar keras menyayat hati langit,dan pelukan elsa pun makin erat,seakan benar benar tidak mau membiarkan langit pergi jauh darinya.

"Jangan tinggalin nafel sendirian disini kak.... Nafel nggak maau.."lirih elsa dengan suara seraknya.

Langit meleraikan pelukannya,menatap dalam kedua manik mata elsa yang berair"tempat lo disini,tapi tempat gue bukan disini fel"

Elsa menggeleng kuat"nafel nggak rela ninggalin kak langit!"tukas elsa lalu segera menghambur kedalam pelukan langit lagi.

"Sadar clo! Sadar!"bentak letta yang benar benar sudah muak dengan sifat dan perilaku cloudy yang jauh melampaui batasannya.

"Apaan sih let!"tanya cloudy tak mengerti maksud dari bentakkan saudaranya.

"Perilaku lo itu udah kebangeten! Kemarin bully reno! Sekarang karin! Maksud lo apaan?!"

"Suka suka gue lah! Lagian lo ngapain ikut campur sih?!"sindir cloudy dengan gaya angkuh barunya yakni,melilitkan rambutnya ke jari telunjuk berulang ulang.

Rain Prince[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang