43.Ending

79 6 16
                                    

"Udah taa,ikhlasin papaah..."kata raka sambil terus mengusap ngusap punggung adik perempuannya yang selalu terlihat masih kecil dimatanya.

Aghata terus saja menangisi kuburan vegar. Membuat letta,dan cloudy jadi ikut menangis dan tidak bisa berhenti. Sementara langit? Ia benar benar kehilangan sosok kakeknya yang berwibawa meski kejiwaannya sedikit terganggu. Meski kadang sifatnya tak menentu. Meski sering membentak. Tapi semua itu tertutupi dengan rasa nyaman berada di dekat vegar. Seperti ada kehangatan tersendiri yang menyelimutinya. Tapi sekarang? Kehangatan itu pergi. Hilang. Pupus. Termakan usia yang terhenti.

"Udah sore. Awan mendung,sebentar lagi hujan. Pulang yuk!"ajak rayyan dengan nada berbicara se-ceria mungkin. Meski hatinya juga terasa teriris iris,meski sebagian jiwanya seakan menghilang.

Raka tersenyum menyadari kecerdasan otak kembarannya itu"oiya niihh! Udah mau hujan taa! Pulang sekarang yaaahh?"

Aghata mendongak. Menatap wajah raka dengan matanya yang masih sembab. Ia mengangguk lemah,membuat raka dan rayyan ber-tos ria. Tak memandang sudah setua apa mereka. Tetap saja,rayyan raka masih seperti dulu. Yaa,walaupun rayyan sudah sedikit berubah setelah hadirnya ghesya. Membuatnya tak sedingin dan sedatar yang dulu. Kini rayyan dan raka tidak ada bedanya lagi,mereka terlihat benar benar kompak saat ini.

Rayyan berjalan beriringan dengan ghesya yang diikuti langit dan cloudy. Raka pun sama,ia memakai kacamata hitamnya lalu merangkul tubuh aurel dengan romantis. Aghata berjalan berdampingan dengan leo. Sedangkan karel? Ia menuntun dua gadis sekaligus. Elsa,juga letta.

Mereka pulang dengan dua mobil berbeda. Mobil satu dikendarai oleh rayyan. Sedangkan mobil dua oleh langit. Mereka pulang menerobos hujan lebat yang secara tiba tiba turun. Membuat jalanan terasa licin. Tapi itu tak masalah bagi rayyan dan langit.

Sesampainya di rumah peninggalan vegar. Semua terlihat berusaha menegarkan hati mereka masing masing dengan berdiam diri di dalam kamar.

Namun tidak dengan karel. Ia tau kapan harus bersedih dan kapan harus saling menguatkan. Ia lebih memilih duduk diatas sofa bersama elsa yang terlihat sangat canggung berada diantara keluarga lavegar.

"Kenapa el?"tanya karel sekedar basa basi.

Elsa menoleh kearah karel,lalu menggeleng"ngga papa. Eemm,gue pamit pulang ya rel?"katanya seraya menepuk nepuk dress hitamnya dan hendak berdiri. Karel ikut berdiri,menatap elsa dengan tatapan tanpa ujung,tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Eh? Kenapa rel?"tanya elsa bingung diperhatikan karel sampai sedemikian.

"Lo mau pulang sekarang? Bukannya baju baju lo masih ada dirumah gue? Ada dua koper besar lhooo"

Elsa tersenyum"yaa gapapa lah. Anggap aja itu kenang kenangan dari gue. Dari elsa yang ngebelin juga ngerepotin"jawab elsa sambil terkekeh.

Karel membulatkan matanya dengan sempurna"yakali gue pake baju baju lo! Gue ini laki yaa? Kalo lo lupa itu"ujar karel dengan wajah sedikit ngeri membayangkan dirinya yang gagah ini harus memakai dress berbagai model dengan kebanyakan hanya sepanjang atas lutut.

Elsa tertawa. Namun tak lama ia berhenti,teringat rumah ini masih dikelilingi kedukaan"yaa maksud gue,lo kasih aja ke pacar lo"ralat elsa.

Karel terdiam sesaat. Lalu bicara lagi"lah,punya pacar aja nggak. Gimana mau kasih dress dress lo?"katanya dengan raut wajah blo'on!

"Ya cari lah! Lo kan ganteng,yaa sebelas dua belas lah sama langit. Pasti banyak kok yang mau sama lo"

"Kalo gue maunya lo gimana?"

Kini elsa yang terdiam"gue? Kenapa harus gue?"beo elsa tak percaya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Karna gue sayangnya sama lo. Lo mau kan jadi pacar gue?"ujar karel dengan serius. Tubuhnya ia bungkukkan,lalu salah satu tangannya mengeluarkan kotak berwarna merah dengan tutup kaca berisi cincin manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain Prince[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang