30.Misel Kenapa?

38 7 1
                                    

Tiin!! Tiin!!!....

Rain menjambak rambutnya frustasi. Selalu saja begini,terjebak macet! Padahal hari sebentar lagi mulai gelap. Untung saja,hari ini ia menggunakan mobil yang diberikan bian. Sebenarnya rain sudah menolak menggunakan mobil yang diberikan bian. Tapi,hari ini ia benar benar sudah tidak bisa lagi menolak kemauan ayahnya itu.

Sampai akhirnya,ruas jalan mulai merenggang. Buru buru rain menginjak gas,berjalan dengan lincahnya. Menyalip beberapa kendaraan di depannya dengan cekatan.

Udara sore hari sangat menyejukkan bagi rain. Apalagi warna langit yang sudah menampakkan jingganya. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.

"AAAAA!!!..."

Rain menepikan mobilnya lalu menginjak rem. Apa barusan ia tidak salah dengar? Jendela yang terbuka setengah membuat telinganya masih bisa mendengar keadaan di luar sana. Lantas,apa teriakkan yang baru saja rain dengar milik seseorang yang sangat ia kenal?

"Minggir kalian!!!"

Rain menegakkan tubuhnya,teriakan itu memang sangat familiar di telinganya! Buru buru ia melepas seatbelt dan segera keluar dari mobilnya,mendekati arah teriakan yang baru ia dengar.

Rain berjalan mengendap ngendap,memasuki sebuah gang kecil yang buntu. Hanya ada banyak buntelan kresek berwarna hitam yang sudah rain tebak berisi tumpukkan sampah. Itu hal wajar,mungkin besok pagi,sampah sampah itu akan diangkut oleh sebuah truk pengangkut sampah keliling.

Namun,hal yang membuatnya terkejut adalah,ia melihat misel dengan wajah ketakutan,tidak pernah sekalipun rain melihatnya! Baru kali ini rain melihat misel setakut ini. Bukan hanya ada misel disana,ia ditemani tiga gadis yang berdiri dengan sombongnya,sambil sesekali mencela bahkan memojok mojokkan misel untuk mengatakan yang sebenarnya. Entah apa yang mereka bertiga maksud,rain sungguh tidak mengerti.

Rasa keperdulian yang amat tinggi,mendorong rain untuk menyelamatkan misel. Ia menendang salah satu tong sampah berbentuk tabung. Tong sampah itu mengeluarkan bunyi yang memekikkan telinga. Membuat misel dan tiga gadis yang menemaninya menoleh secara bersamaan ke arah rain.

"Mau lo apain adik gue hah?!"bentak rain dengan galak. Ia memang seperti ini jika sudah menyangkut seseorang yang sangat ia sayangi tersakiti.

Bahkan misel juga untuk yang pertama kalinya melihat rain semarah ini. Yang misel tau,rain tidak bisa marah. Jangankan marah berbicara dengan nada tinggi pun misel tak pernah dengar.

"Oh,jadi lo abangnya cabe ini?"tanya seorang gadis yang berdiri di tengah. Mungkin dialah pimpinannya.

Rain mengepalkan kedua tangannya,ia berjalan mendekati gadis yang baru saja berani memanggil adiknya dengan sebutan cabe dan menunjuk wajahnya penuh dengan ancaman"sekali lagi lo berani panggil cabe. Gue ngga segan segan buat nampar lo!"ancam rain dengan rahangnya yang sudah mengeras.

"Lho? Kenapa? Emang dia cabe--"

Plaakkk!!!!

Satu tamparan keras mendarat dengan mulusnya. Membuat wajahnya sedikit terbanting,dengan mata yang berkaca kaca dan tangan yang menutupi lebam di pipinya. Si pimpinan itu berkata"cabut guys!"

Sejurus kemudian. Mereka bertiga benar benar meninggalkan rain dan misel di gang sempit yang buntu. Nafas rain mulai teratur,ia berjalan mendekati misel yang menatapnya dengan tatapan takut melebihi sebelumnya.

"Sell?...."panggil rain berhati hati.

Misel menggeleng kuat"siapa lo?! Lo bukan rain!"seru misel kuat kuat.

"Sel,ini gue. Rain."kata rain lagi dengan lembut.

Misel terdiam,memicingkan matanya. Menatap menampilan rain dari atas ke bawah"ngapain lo nolongin gue? Mau jadi pahlawan?"sinis misel sambil mengusap rambut berantakannya ke belakang.

"Enggak,gue ngga--"

"Sampai kapan pun! Lo nggak akan pernah berharga di mata gue! Lo itu cuman anak angkat! Dan lo bukan abang gue!"bentak misel bertubi tubi bagaikan hujan pedang yang menghujam dengan cepat ke dada rain. Sesak.

Tanpa mengucapkan terima kasih,misel langsung berlajan meninggalkan rain seorang diri.

"Jadi,kapan gue bisa berharga di mata lo sel?..."gumam rain sambil menunduk,menatap kosong ke arah sepatunya.

"Kamu kenapa ma? Kepalamu pusing yaah?"tanya cloudy panik.

Bisma menggelengkan kepalanya dan duduk di kursi taman belakang sekolah yang sepi"engga,aku ngga papa"kata bisma. Namun tangannya tetap saja memegangi kepalanya.

"Kalo kamu pusing bilang aja. Kita ke uks yah?"tawar cloudy

"Ngga usah"

"Tapi kamu kelihatan--"

"Gue bilang nggak papa ya gak papa! Reseh lo! Bikin kepala gue makin sakit nih!"potong bisma dengan bentakkan yang bertubi tubi.

Cloudy tersentak mendengar bentakkan yang terlontar dari mulut bisma. Belum lagi barusan saja bisma sudah memakai bahasa gue-elo lagi kepadanya. Cloudy membisu seribu bahasa,tak tau harus berbuat apa.

Bisma yang baru menyadari kesalahannya buru buru berdiri"aku ke kelas dulu"pamitnya dan langsung pergi dengan langkah kakinya yang lebar.

Dan cloudy hanya bisa meratapi kepergian bisma dengan mata yang berkaca kaca"bisma,kamu kenapa?..."gumamnya diiringi dengan tetesan air mata yang lagi lagi membasahi pipinya.

Ia pun memilih untuk kembali ke kelasnya,sebentar lagi bel masuk berbunyi. Ia harus sampai dengan cepat ke kelasnya.

"Wah! Lo harus baca buku ini nih rin! Bagus banget isinya!"seru tasya sambil menunjuk nunjukkan buku di genggamannya.

"Kalo gitu aku pinjem"jawab karin antusias.

"Entar lah! Gue tinggal habisin beberapa lembar lagi niih"sewot tasya. Padahal sebelumnya ia justru malah memaksa karin untuk membacanya. Dasar aneh.

"Eh eh! Diem,ada cloudy tuh"bisik verly membuat tasya dan karin berhenti berdebat.

Mereka berjalan dengan cepat. Mungkin sengaja agar bisa lebih cepat meninggalkan cloudy yang kini hanya menatap nanar ke arah sahabat sahabatnya yang sudah menjauh.

"Sebegitu benci kah mereka ke gue?"gumam cloudy.

Cloudy menghela nafasnya lalu dengan susah payah memaksakan dirinya untuk tersenyum"oh,ternyata gini yah? Yang namanya sendiri di tengah ramai"

"Ngga! Masih ada gue"ujar seseorang. Membuat cloudy menoleh ke arah belakang dan mendapati rain tengah berdiri dengan tegapnya disana.

Rain melangkah mendekat,lalu menarik tubuh cloudy masuk dalam dekapan hangatnya.

"Makasih udah selalu ada di sisi gue. Gue sayang sama lo"kata cloudy. Membuat dua sudut bibir rain tertarik,merangkai sebuah senyumam dengan hati yang terasa sejuk.

"Gue juga sayang lo"

Cloudy merenggangkan pelukannya,menunduk,menatap kedua sepatunya"sayang sebagai seorang teman. Nggak lebih,lo tau kan kalo gue cuman sayang sama bisma?"ralat cloudy.

TBC
...

Disini pada kasian sama misel? cloudy? Atau malah sama rain niih? Hehehe maap yaa baru bisa update,biasaaa holang sibuk maahh gini😆

Typo mahakarya terindah😍

Salam thayaakamaku

Rain Prince[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang