34.Kabar Buruk

34 6 20
                                    

Sejak tadi hingga kini cloudy masih terus menangis. Meratapi wajah tenang rain di dalam ruangan ICU tanpa bisa memasukinya. Ia dilarang keras memasuki ruangan itu,jadilah kini ia hanya bisa memandangi wajah rain melalui kaca bundar yang kecil di bagian pintu ruang ICU tersebut.

Karel membuang nafasnya dengan gusar lalu bangkit dan berjalan mendekat ke arah cloudy"udah lah,rain bakal baik baik aja. Sekarang lo berenti nangis yah?"bujuk karel lembut.

Cloudy menatap karel,lalu berhambur dalam pelukannya"seharusnya bukan rain yang ada di dalem! Harusnya gue yang ada disana!"kata cloudy seraya memukul pelan dada karel.

Karel tak bersuara lagi. Jujur saja,ia bahkan masih belum mengerti apa yang telah terjadi pada rain dan cloudy saat ini. Terlalu sulit baginya untuk menyangkal kebenaran dengan otak dibawah standarnya ini.

Yang karel tahu saat ini. Rain sedang kritis di dalam sana. Untung saja hari ini ia tidak jadi membolos latihan basket yang kebetulan saat perjalanan pulang melewati gang buntu itu. Jadi karel dapat dengan mudah membantu cloudy yang kebingungan seorang diri disana.

"Cloudy?! Dimana rain? Rain sayangku? Dimanaa??"seru citra--mamah rain. Cloudy yang hafal dengan suara itu segera menoleh dan berjalan mendekat dengan tangis yang makin menjadi.

"Tanteee!...."panggil cloudy lalu mulai berpelukkan dengan citra.

"Rain dimana cloudy? Dia ngga kenapa napa kan?"tanya citra yang masih khawatir. Apalagi ketika melihat cloudy memeluk dan menangis dalam pelukannya.

Cloudy terisak. Tidak dapat menjawab pertanyaan citra,ia hanya menunjuk ruangan ICU yang pintunya di tutup rapat. Seketika sendi sendi citra melemas. Dengan gerakan gontai ia berjalan mendekat ke arah pintu dan mengintip melewati jendela bundar di pintunya.

"Raiiinnnn!!!!!!!"teriak citra sekuat tenaga. Bahkan ia memaksa untuk masuk dengan membuka pintu dan menerobos dengan seenaknya.

Dokter dan beberapa suster yang sudah kewalahan dengan kondisi rain kembali ricuh dengan hadirnya mamah rain yang menerobos masuk. Tiga suster turun tangan,memaksa citra untuk kembali duduk menunggu di luar. Cloudy dan karel juga sama,mereka berdua menuntun dengan lembut citra untuk bisa lebih bersabar dengan menunggu rain di luar.

Akhirnya citra mengalah. Ia memilih duduk ditempat yang sudah disediakan. Namun tak lama kemudian. Derap langkah seseorang terdengar mendekat"gimana keadaan rain mah?"tanya bian--papah rain.

Citra mendongak,dan langsung berhambur dalam pelukkan bian"rain di ruang ICU paah!"kata citra sambil menangis lebih lepas dalam pelukan suaminya.

"Dokter bilang apa?"tanya bian masih tetap tenang walau dihatinya kini jauh lebih resah dibanding citra.

Citra terdiam,melepas pelukkannya lalu menoleh ke arah cloudy dan karel seakan bertanya 'tadi dokter bilang apa?'

Karel yang diciptakan sebagai manusia dengan kadar peka tinggi untuk standar seorang lelaki pun langsung menjawab"dokter belum bilang apa apa tante"kata karel dengan sopan santun.

Citra dan bian secara otomatis mengangguk paham. Tak lama kemudian,deritan pintu ruang ICU terdengar dan menampilkan seseorang ber-jas putih disertai alat medis yang menggantung di lehernya. Dokter muda itu berjalan mendekat dan bertanya"apa disini ada keluarga dari pasien bernama rain?"

"Saya mamahnya dok!"sahut citra dengan cepat.

"Baik. Kalau begitu,ikut saja keruangan untuk membicarakan kondisi anak anda"kata dokter itu. Sejurus kemudian bian dan citra membuntuti dokter muda itu menuju ruangannya.

"Kondisi anak anda cukup parah. Peluru itu mengenai jantung hingga menyebabkan kebocoran jantung. Kami harus segera mengoprasi secepatnya"jelas dokter itu dengan serius.

Rain Prince[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang