37.Satu Fakta Terungkap

44 7 23
                                    

"Nasla beneran ngga mau turun?"tanya citra lagi pada nasla yang kini lebih memilih untuk tetap berada di mobil dan melanjutkan tidurnya dengan nyaman.

"Iya mamah,nasla mau disini aja ah"jawab gadis cilik tersebut.

"Yaudah,deh. Jendelanya mama buka aja yaa? Gapake ac gapapa kan? Takutnya mamah lama sama bu fika"jelas citra, yang hanya diangguki nasla yang memang sudah sangat payah karna terlalu kantuk.

Setelah mengecup puncak kepala nasla,citra pun turun dari mobil. Menyusul bian dan misel yang sudah dari tadi turun dari mobil.
Di halaman rumah bu fika,banyak anak anak kecil berlarian kesana kesini. Mereka adalah anak yatim piatu juga anak anak pinggir jalan yang hidup sebatang kara. Bu fika sangat menyukai anak kecil. Ia membuat sebuah panti asuhan sendiri di rumahnya. Membuat rumahnya sangat ramai oleh tawa anak anak kecil.

"Assalamu'alaikum"salam citra.

"Wa'alaikumussalam... Ya allah! Citraa!"panggil bu fika lalu berhambur dalam pelukan citra seraya bercipika cipiki ala ibu ibu rempong.

"Lama sekali kamu ngga kesini"kata fika dengan raut wajah senang.

"Itu suami kamu kan? Mas bian kan ya?"fika menebak seorang lelaki di sebelah citra. Citra pun mengangguk"iya itu mas bian"

"Ya ampun. Apa kabar mas?"tanya fika sekedat berbasa basi.

"Baik,alhamdulillah"jawab bian dengan senyuman.

"Yasudah,mari masuk"kata fika mempersilahkan keluarga kecil citra untuk masuk.

"Eh kalau yang ini siapa cit?"tanya fika lagi seraya menunjuk bingung ke arah misel.

"Oh,itu misel fik"

"Mi..misel?"beo fika tak yakin sambil terus menatap ke arah misel.

"Iya fika. Itu misel,dia udah besar sekarang"jelas citra lagi.

Untuk sesaat,mata fika berkaca kaca. Menatap misel dengan segala rasa kerinduan. Sudah sangat lama ia tidak melihat misel,belasan tahun lalu misel hanyalah seorang gadis kecil yang pemalu dan mudah menangis. Lalu? Apa kabar dengan misel saat ini? Apakah ia masih sangat pemalu bila menemui orang asing? Mengumpat dibelakang tubuhnya sambil sesekali mengintip? Apakah ia akan menangis sesenggukan bila mainannya direbut anak lain?

Fika mendekati misel. Membelai rambut panjangnya dengan senyum yang mengembang"kamu sudah besar nak?"pernyataan fika justru malah terdengar seperti pertanyaan.

Misel hanya mengangguk dan menjawab singkat"iya"

"Kamu masih ingat saya?"tanya fika dengan nada harap harap cemas menatap misel.

Misel terdiam sesaat. Nampak sedang mengingat ngingat sosok fika di depannya. Namun,ia tidak berhasil menemukan memori akan seseorang di hadapannya. Siapa sebenarnya fika? Mengapa dengan hanya membelai rambutnya saja misel merasa sudah sangat nyaman?

Tatapan fika yang menyirat tuntutan akan sebuah jawaban misel. Membuat misel harus menjawab pertanyaan fika"engga,memang ibu siapa?"tanyanya dengan wajah bingung.

Seketika senyum yang mengembang di wajah fika pupus. Tangannya ia turunkan dari atas kepala misel. Berhenti membelai rambut misel.

Ada sedikit rasa kecewa di raut wajah fika. Citra dan bian bahkan merasakannya. Namun mereka semua memilih diam membisu di tempat sampai suara dering telefon berbunyi. Membuat si empunya merogoih sakunya.

"Mah,misel angkat telfon dulu ya?"pamitnya lalu segera keluar.

Fika menarik nafas panjangnya"jadi,apa yang membuatnya kemari citra?"tanya fika. Mengalihkan topik tentang misel yang membuatnya kecewa.

Rain Prince[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang