Akhirnya hari itu tiba. Hari dimana dokter mengizinkan rain untuk pulang dan terbebas dari perawatan rumah sakit. Meski begitu,rain tetap harus meminun semua resep dokter.
Kini. Dengan jantung barunya yang entah siapa pemilik sebelumnya,rain akhirnya bisa menghirup oksigen dengan bebas tanpa bantuan alat pernafasan yang beberapa hari lalu ia gunakan. Ia bisa kembali merebahkan tubuhnya diatas kasurnya yang nyaman. Ia bisa memainkan gitar gitarnya dengan senang. Namun kebahagiaannya masih belum terlengkapi.
Rain ingin sekali misel dan nasla pulang juga ke rumah. Rain rindu akan lukisan tangan nasla yang sedikit abstrak namun penuh arti. Rain rindu merayu misel agar misel mau memanggil bahkan memanggapnya sebagai abang dikehidupannya.
Biasanya. Saat ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah,ia selalu disambut oleh gadis kecil yang imut dengan poni lucu. Tapi,saat ia kembali. Tidak ada yang menyambutnya. Tidak ada yang berseru "baangg raiin!" tidak ada yang menarik narik pakaiannya.
Terkadang,saat rain masuk ia juga sering berpapasan dengan misel di tangga. Tapi sekarang apa? Sekarang tidak ada lagi gadis manis berambut sepunggung yang menatapnya sinis. Tidak ada yang membentaknya. Tidak ada yang menghujat bahkan menyentil hatinya. Percayalah! Meskipun itu semua kenangan pahit,namun tetap saja rain merindukannya. Dengan kondisi rumah yang cenderung lebih sepi,rain benar benar merasa ada sesuatu yang hilang dalam rumah ini. Dalam dirinya sendiri.
Sebenarnya apa yang telah hilang?
Rain menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan kejanggalan kejanggalan yang ia rasakan. Mungkin besok misel dan nasla pulang dari rumah eyang. Begitu pikir rain.
"Rain... Ayo makan malam dibawah"kata citra dengan lembut seraya melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar rain yang terbuka.
Rain tersenyum tipis. Ia bangkit"iya mah"jawabnya singkat.
Rain dan citra berjalan beriringan menuju ruang makan dibawah. Rain duduk di kursinya,begitupun dengan citra.
Citra tersenyum melihat kening rain berkerut bingung menatap makanan yang tersaji diatas meja"kenapa sayang?"tanya citra dengan nada menggoda.
Rain mengalihkan matanya dan menatap citra"mamah masak sebanyak ini?"tanya rain bingung.
Bian dan citra kompak terkekeh melihat wajah tak percaya rain"iya sayang... Itu semua makanan kesukaan kamu kan?"
Rain mengangguk mantap"iya mah. Rain suka rendang karna ini makanan kesukaan misel. Rain juga suka sayur capcay gara gara dulu nasla maksa rain buat cobain makanan kesukaan nasla"ujar rain riang sambil menatap dua makanan kesukaan adik perempuannya.
Citra yang semula tersenyum lebar kini mulai memudar. Hatinya serasa mencelus. Ia bahkan baru tahu alasan mengapa rain menyukai dua makanan tersebut karna dua adiknya yang telah tiada.
"Ta-tapi kamu juga suka kan?"tanya citra gelagapan.
Rain mengangguk"ngga begitu suka. Tapi gapapa,kan biar samaan sama misel nasla"
"Oya mah. Kapan misel sama nasla pulang? Kan rain udah sembuh?"tanyanya.
Citra terbungkam. Tak bisa berkata apa apa"kamu belum sepenuhnya pulih rain. Mereka juga sedang berlibur bareng eyang"bukan. Bukan citra yang menjawab. Melainkan bian.
Rain mengangguk ngangguk paham"rain kangen mereka maah"gumamnya yang masih dapat didengar oleh bian dan citra.
☔
"Iya hallo?"sapa rayyan ketika sambungan telefon sudah menyala.
Mata rayyan membelalak kaget dengan gerakan reflek yakni berdiri tegak dengan wajah spaneng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Prince[Tahap Revisi]
Teen Fiction[SEQUEL STARTING WITH SCOUTS] Kini Cloudy bukan lagi seorang gadis manis yang penyayang. Dia telah berubah menjadi seseorang yang sangat berbanding terbalik dengan sifatnya yang dulu. Kini dia menjadi gadis galak yang hobi menindas orang,bahkan sena...