32.Dugaan Elsa

37 8 6
                                    

Langit duduk di ayunan putih yang berada di halamam samping rumah kakeknya. Entah mengapa,rasanya duduk disana sangat nyaman. Langit jadi tak segan segan untuk menghabiskan waktunya di ayunan putih tersebut.

"Langit kalau yang ini ngerjainnya gimana?"tanya elsa yang pengucapan bahasa indonesianya mulai lancar lagi,tidak seperti sebelumnya yang masih sedikit kaku.

Memang,setelah mereka berkenalan. Langit dan elsa mulai dekat. Bahkan elsa hampir setiap hari mengunjungi rumahnya. Entah hanya untuk meminta bantuan mengerjakan pekerjaan rumah. Atau hanya sekedar bermain menghabiskan waktu bersama.

"Tinggal di hitung. Tapi jangan pakek kalkulator! Gue mau ke kamar kecil dulu!"pamit langit lalu berjalan masuk,meninggalkan elsa di halaman seorang diri.

Elsa mengerucutkan bibirnya. Ponselnya disita langit karna sering ketahuan menggunakan kalkulator di dalamnya. Dan sekarang? Ia malah disuruh menghitung dengan otaknya sendiri.

Elsa menaruh pulpennya disela sela telinganya. Lalu mulai meniup niup poni rambutnya dengan malas.

Drt..drt..

Getaran ponsel langit membuat elsa penasaran. Ia meraih ponsel langit dengan malas,lalu sedetik kemudian elsa menyeringai jahil,sebuah ide berhasil ia dapat. Ia bisa dengan mudah menggunakan kalkulator di ponsel langit untuk menjawab soalan di bukunya.

Elsa membuka ponsel langit, lalu membelalakkan matanya melihat wallpaper langit yang sangat di luar dugaan elsa.

Itu hanya wallpaper sederhana. Namun sangat menggelitik bagi elsa. Sebuah background berwarna hitam dengan tulisan latin berwarna putih bertuliskan namanya dan langit tergabung 'elsalangit'

Hati elsa serasa berdesir,tak menyangka langit juga menyukainya sampai sebegitunya. Sebuah rasa penasaran kini mulai merajalela tubuhnya,membuatnya lupa dengan tujuan sebelumnya.

Elsa memutar otak merangkai sebuah kata untuk membuka kunci sandi langit.

"Kuncinya apa ya? Langit salah. Elsa salah. Trus apa dong?"gumam elsa.

"Di sekolah langit bisa main biola. Biola kali yaa? Tapi disini harus ada tujuh huruf. Apadong?? Yakali vebiola"ujar elsa pada dirinya sendiri. Ia mencoba dengan mengetik kata vebiola. Dan,BUUMM! terbuka sudah.

"Ngapain lo?!"bentak langit seraya merebut ponselnya kembali dari tangan jahil elsa.

Elsa sedikit terkejut mendapat bentakkan langit. Namun sedetik kemudian ia malah tersenyum malu malu"enggak kok lang"katanya sambil tersipu malu.

"Kenapa lo?! Udah dihitung?!"

"Eemmm,itu buat besok aja deh. Sekarang aku mau pulang dulu yaah!"ujar elsa sambil mengemasi alat tulisnya"bye langit kuu!"pamit elsa seraya melambaikan tangannya dan mengedipkan salah satu matanya dengan amat genit.

"Idih! Apaan najis!"umpat langit.

Setelah punggung elsa hilang dari pandangan langit. Ia menghembuskan nafasnya lega"balik juga tuh bocah"gumam langit pelan sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Langit mengambil earphone menyumpalnya di kedua telinganya dan menyalakan lagu kesukaannya. Seketika langit terlena dengan melody juga ayunan yang mengayun pelan diiringi hembusan angin yang sering kali menerpa wajah tampannya. Langit menutup matanya,kini wajahnya terlihat sangat tenang. Padahal yang sedang langit rasakan kini jauh dari kata tenang.

Ia sama sekali tidak bisa menyingkirkan satu bayangan gadis di kepalanya itu. Langit yakin walau ia berusaha menghilangkannya,namun itu sama sekali tidak merubah bayangan tersebut. Setiap bulan,setiap minggu,setiap hari,setiap jam,setiap menit,bahkan setiap detik,bayangan tersebut selalu ada dalam kepalanya.

Rain Prince[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang