Chapter 57

425 24 0
                                    

Jika kedekatan membuat hati kita menghangat. Kenapa malah kau memilih menjauh membuat hati kita sama-sama terluka?

***

Tata berjalan tampak terburu-buru. Ya karna ulah nya melamun ketika pelajaran pkn alhasil ia harus keruangan bu Dian untuk tambahan materi pulang sekolah.

fiks itu menjengkelkan!

Tepat di belokan lorong bahu Tata disenggol dengan keras alhasil ia terjatuh.

" lo gak bisa liat gue apa?" bentak  Tata yang masih terduduk karna jatuh dan pandangannya masih menunduk tidak melihat siapa yang telah menyenggolnya.

" maaf gak sengaja "

Seketika Tata menatap orang tersebut.

DEG!.

" lo gak papa kan?"

Tata langsung saja berdiri sendiri tanpa berniat membalas ucapan orang tersebut.

Dengan cepat Tata melangkahkan kakinya pelan.

" Ra "

Seketika kakinya berhenti melanhkah. Panggilan itu.. Panggilan yang telah lama tak didengarnya. Panggilang satu-satu nya orang yang memanggil namanya berbeda dengan yang lain..

" gue mau ngomong sesuatu "

Tata membalikan badannya.. Menatap Aldo tanpa ekspresi

" tapi gak disini .. Ikut gue "

Dengan berat hati, Tata mengikuti Aldo yang mengarah ke taman belakang sekolah.

" mau ngomong apaan? "

Aldo menghembuskan pelan sebelum menjawab pertanyaan Tata.

" Jauhi Devon Ra "

Tata mengerutkan dahinya dengan bingung mencerna ucapan Aldo..

" maksud lo apa?"

Aldo mencoba menjelaskan secara jelas pada Tata.

" Ra. Devon jadiin lo taruhan lagi. Gue bilangin ke elo jangan pernah mau apapun ajakan Devon. "

Tiba - tiba Tata tertawa hambar.. Seolah penjelasan Aldo baru saja dianggal lelucon.

" lo kenapa Ra? Kok malah ketawa?" tanya Aldo dengan raut bingung.

Seketika Tata merubah ekspresi wajahnya dengan raut wajah kebencian.

" harus nya aku yang tanya lo Al. Lo yang kenapa?! Lo tiba-tiba bersikap seolah-olah gak kenal gue. Lo berubah sikap ke gue. Dan sekarang???? Dengan tiba-tiba Lo ngomong hal penting untuk gue jauhin Devon? Gue gak habis pikir gue yang terlalu polos ? Atau lo yang gak punya hati? "

" Ra --"

" CUKUP AL! Kalau lo jauhin gue oke FIKS pergi dari hidup gue . gak usah datang dengan sok peduli kalau niat lo cuma bikin gue bingung! "

Tes!

Air bening menetes di kedua pipi Tata. Langsung saja Tata mengusapnya dengan kasar..

" Ra maksud aku gak gitu "

Tata menatap Aldo dengan wajah ingin tau.. Seolah dengan melihat matanya Tata bisa mengetahui jawaban atas pertanyaan nya.

" terus apa maksud lo? Maksud lo berubah? Maksud lo cuek ? Maksud lo --- maksud Lo "

Langsung saja ucapan Tata terpotong karna Aldo memeluk Tata dengan erat.

Dan air bening lolos begitu saja seolah mengalir deras turun membasahi pipi Tata.

Masih dalam memeluk Tata, Aldo membisikan sesuatu yang membuat Tata semakin meneteskan air mata.

" Sikap gue memang berubah Ra. Tapi sayang gue ke lo gak pernah berubah"

***

Setelah kejadian di Taman tadi, Tata memutuskan untuk diam dan ia malah berlari dengan air mata yang masih mengalir..

Masa bodoh dengan Bu Dian dan tambahan jam pelajaran Pkn!,

Saat ini tujuan Tata hanya pulang kerumah.

Dan disinilah.

Seperti biasa Tata duduk di balkon Kamarnya dengan lampu yang redup, Tata memandangi bulan dan ribuan bintang di langit sana.

Pikirannya masih saja memikirkan kejadian tadi di Taman..

Hatinya dan pikirannya sangat-sangat berbeda dan bertolak belakang ..

Hatinya mengatakan kalau ia juga harus membalas ucapan Aldo tadi. Berbeda dengan pikirannya memutuskan berlari menjauh dari Aldo. Dan ia memilih menjauh dan berlari.

Malam semakin larut. Bintang di atas sana sudah hilang tertutup awan mendung.

Tak lama turunlah rintikan air hujan membasahi bumi.

Terlintas bayangan kenangannya dengan Aldo waktu itu.. Ketika pulang sekolah hujan deras Aldo mengajaknya meneduh di pinggir jalan.

" kenapa setiap apa yang aku lakukan selalu saja tertuju di elo?"

Dan akhirnya Tata kembali ke kasur nya dan tak lupa menutup pintu balkon miliknya.

Ia ingat apa yang dikatakan Aldo di taman tadi tentang Devon.

" Taruhan? "

Benak Tata sekarang beralih tentang Devon. Apa yang dikatakan Aldo sore tadi membuatnya semakin berfikir tentang Devon. Apa yang akan dilakukan Devon lagi.

Entah sampai kapan permainan ini diakhiri. Jujur ia lelah,lelah dengan semuanya. Inginkan sejenak ia tertidur terpejam dan tak ingin membuka matanya. Ia ingin istirahat. Setidaknya membuat hati ini berhenti untuk merasakan sakit.

***

Malam yang sudah semakin larut dan guyuran rintik hujan yang membasahi bumi. Tak menggoyahkan tekat Devon yang akan adu balap montor seperti biasa.

Bunyi yang kas suara montor dan asap terkepul di udara dan guyuran air hujan malah membuat tempat balap malam ini semakin riuh..

Gadis yang memakai celana jins, jaket bomber dengan topi berwarna hitam dan tak lupa dengan kacama hitam nya.

Tampak berjalan mengarah ke arah Devon yang sedang duduk di jok montor nya.

" gue yakin kalau lo bakal datang" ucap Devon dengan senyum liciknya.

Gadis dengan topi berwarna hitam itupun hanya menanggapi dengan senyum remehnya.

" gue terpaksa!"

" oke gak masalah. Mana?"

Gadis itupun tanpak merogoh tasnya dan mengambil kotak pink. Lalu diberikan ke Devon.

" pintar.. Gue udah transfer uang nya.  Lo tinggal cek aja " ucap Devon

" Lo benar - benar brengsek jerk!"

Dan gadis itupun pergi meninggalkan Devon.

Dan tak lama pertandingan balap montor itupun dimulai. Devon segera memberikan kotak itu pada Rio. Ia bersiap-siap untuk ikut serta dalam balapan tersebut.


HAI HAI HAII READERS 😘😘😘  THALIA IS COMINGGGG

SO JANGAN LUPA VOTE YA 😘😘🙏

ThaLia (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang