Chapter 33

630 34 0
                                    

Hujan deras mengguyur bumi. Dengan ditemani petir yang menggelegar dengan suara nyaring bila didengar. angin malam sebagai pelengkap malam ini..

Seperti hannya hati seseorang yang tengah duduk di balkon kamar nya Menatap lurus dengan mata sendu . Air mata yang sudah mengalir deras dipipinya tatapan kosong dan pikiran nya kemana - mana dengan hannya berpakai an sweter dan hotpen bahkan angin malam yang begitu dingin pun tak dirasakan nya ia begitu hanyut dalam pikiran nya beban yang di rasa teramat berat baginya hannya mengusap air mata nya saja ia tak bisa karna setiap ia akan mengusap air mata itu, bukannya air mata itu akan berhenti melainkan bertambah deras nya mengalir di pipinya.

YA! orang itu adalah THALIA ARABELLA P. orang yang sedang merasa kan kehancuran dalam hati nya.

Hati yang dulunya masih suci belum tersentuh atau ternodai kata 'sakit hati' kini ia merasa kan nya. Memang pahit dan terasa sakit bahkan sekalinya ia merasakannya, sangat - sangat menyakitkan bagi nya..

Tes..

Air mata nya kembali turun..

Masih diam membisu dengan tatapan kosong dan pikiran entah kemana.

Di belakang tata. Berdirilah sesosok orang yang sedari tadi berdiri di sana sambil bersender di pintu balkon melihat ke arah tempat duduk tata.

Dia Rey Alberto P. Kakak kandung tata yang amat menyayangi tata walau ia sering menjahili adik nya itu.

Dengan langkah pelan Rey berjalan ke arah tata lalu membalut punggung tata dengan selimut. Supaya tata tidak merasakan angin malam yang dingin itu

Tak ada respon apa-apa dari tata bahkan sekedar menengok ke arah Rey saja tidak. Rey yang melihat tata seperti itu hannya menahan amarah karna pasti menyebabnya Devon. Yah siapa lagi kalau bukan cowok satu itu.

Hati Rey sama terluka nya melihat adik tersayang nya terlihat kacau dan terluka. Mata nya yang sembab dan masih meneteskan air mata dan rambut yang terlihat berantakan. Bahkan Rey tak yakin jika adik nya itu tadi mandi atau sekedar mencuci wajah nya.

Dengan pelan Rey mengusap air mata yang turun dan membasahi pipi tata, sontak tata terkaget dan menengok ke arah Rey.

" abang.. Ngapain? " tata dengan wajah datar

Rey yang melihat respon adik nya itu hannya menghela nafas kasar " sampai kapan kamu kayak gini? Udah 2 hari kamu berdiam diri di kamar.. Bahkan sekolah aja kamu gak mau. Kamu berubah dek. Bukan tata yang abang kenal lagi. Mana Semangat kamu? Senyuman kamu? Ceria kamu? Stop bikin diri kamu tambah terluka dek"

Tak terasa air mata rey menetes tapi langsung diusap nya karna ia tak mau kalau sampai adik nya tau

" tata udah mati bang. Hati ku hancur. Bahkan sekedar membasuh air mata pun aku tak bisa.. Menahan agar aku tak menangis aku tak mampu bang hiks --hiks--hikss"

Dengan spontan, Rey langsung memeluk adek nya itu. Menenggelamkan wajah tata di dada bidang nya. Dan Rey merasakan tata kembali meneteskan air mata yang semakin deras dengan sesekali ia mengeluarkan suara tangis nya..

"stttt udah. Abang gak mau kamu semakin terluka dek. Jika bisa digantikan rasa sakit mu biar Abang aja yang ngerasa in rasa sakit itu. "

" hiks.. Hiks.. Aku--kenapa-nasip ku buruk kak-- hiks.. Aku gak pernah jatuh cinta bahkan tak pernah pacaran. Sekalinya pacaran dan jatuh cinta rasa sakit itu datang pada ku.. Hiks.. Hiks.. Apa aku Salah bang? Jatuh cinta sama kak Devon? "

" cinta gak pernah Salah dek. Yang jelas disalah kan dalam hal ini cuma pria bre---"

Ucapan Rey di potong tata
"jangan katakan itu bang .. Hiks.. Ini Salah aku yang terlalu maksa dan ngejar kak Devon. Dia gak Salah "

ThaLia (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang