PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI

15.8K 619 16
                                    

"kekalahan ini adalah bukti bahwa para dewata tidak lagi berpihak pada Singhasari"

"tidak ada cara lain selain mencari aliansi diluar kerajaan..."

"ku dengar-dengar pasukan Kubilai Khan akan menyerbu Jawa"

"lebih baik ku manfaatkan saja situasi ini sebagai balasan akan perlakuan Jayakatwang pada Singhasari"

Langit nampak cerah tidak seperti kemarin, Raden Wijaya dan para pengikutnya bergegas pergi meninggalkan tempat persembunyian. Beberapa pasukan berjaga-jaga di sekitar perkemahan, sedangkan para dayang sibuk mencari air untuk memasak. Kicau burung pada pagi itu tidak mampu menghilangkan rasa sedih dalam diri Raden Wijaya. Kehilangan seluruh keluarganya, bahkan mertuanya sendiri Raja Kertanegara pun gugur dalam pertempuran. Teryata Jayakatwang memang licik!

"Kanda... Mengapa melamun di pagi hari?" seru Permaisuri dari dalam tenda.

"Ah, tidak apa Adinda..." jawab Raden Wijaya singkat.

"Tidak baik Kanda melamunkan sesuatu di pagi hari yang cerah ini, lebih baik Kanda membantu Adinda untuk bersiap," sahut Permaisuri seraya menarik tangan Raden Wijaya.

Kemudian tak berapa lama, terjadi kegaduhan di luar tenda...

"Paduka Raden Wijaya!"

"Paduka!"

"Hamba membawa sebuah berita untuk Paduka Raden Wijaya!" seru seseorang dari luar tenda.

"Ada berita apa wahai penjaga, sampai kau begitu tergesa-gesa menemuiku?" kata Raden Wijaya seraya mempersilahkan penjaga tersebut masuk.

"Duduklah, pelan-pelan kau ceritakan padaku ada apa gerangan sehingga kau nampak gelisah?"

"Be... Be... Begini Raden, sandhiko dhawuh hamba ingin mengabarkan sesuatu yang hamba lihat tadi dari pinggir pantai," kata penjaga itu dengan terbata-bata.

"Baiklah, katakan padaku perihal apa yang kau lihat," jawab Raden Wijaya dengan penuh selidik.

"Mohon ampun Raden, hamba melihat adanya kapal-kapal asing sangat banyak mendekat pantai, hamba perkirakan jumlahnya ada 2000 kapal jung besar," sahut penjaga tersebut.

"apakah kabar itu benar adanya, jika benar maka inilah kesempatan emas bagiku membalas dendam pada Jayakatwang."

"mereka sudah mempermalukanku dan keluargaku serta membunuh mertuaku, aku bersumpah akan membalaskan dendam dengan seluruh kekuatan yang ku miliki...."

"wahai Dewata, hamba mohon restu...."

"Baiklah penjaga, segera siapkan pasukan berkuda, dan pasukan tombak, mari kita lihat siapa mereka yang datang," seru Raden Wijaya.

"Sendiko dhawuh Gusti Raden, hamba mohon pamit..." kemudian penjaga itu pergi meninggalkan Raden Wijaya.

"Adinda, Kakanda hendak pergi menengok keadaan di sekitar pantai, sudikah kiranya Adinda berkemas sendiri ditemani para dayang?" seru Raden Wijaya pada Permaisuri.

"Baiklah Kanda, tapi Dinda berpesan agar berjaga-jagalah, sebab Dinda tak ingin kehilangan Kanda," seru Permaisuri seraya memeluk Raden Wijaya dengan erat.

"Tenanglah Dinda, Kanda akan kembali... Kanda berjanji," jawab Raden Wijaya singkat, seraya melepaskan pelukan Permaisuri. Kemudian bergegas berganti pakaian perang dan bersiap menuju pantai tuban.

"aku sangat yakin sekali... pastilah itu armada Kubilai Khan yang akan menyerbu Jawa"

"lebih baik ku pastikan dahulu..."

"Dewata Agung, ijnkan aku membalaskan dendamku...."

Kemudian Raden Wijaya berjalan menuju keluar tenda seraya berseru "Wahai pasukanku, kita sebentar lagi akan pergi menyambut tamu jauh, hendaklah kita pergi dengan gagah berani demi kejayaan Singhasari!" seruan ini disambut dengan riuh tegap para pasukan yang siap mati demi kerajaan, dan demi harga diri prajurit sejati Singhasari.

"semoga firasatku ini benar adanya..."

"Dewata Agung...Bantulah hamba demi Singhasari dan demi Nusantara"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang