"suasana pertempuran dalam Kedaton tidak mampu ku bayangkan"
"namun aku juga tak bole lengah"
"jika lengah sedikit saja, maka berakhirlah sudah"
Nala menggiring sebagian pasukan musuh menjauhi Kedaton. Dengan jumlah yang tidak sebanding, Nala berusaha memberikan perlawanan dengan sengit. Beberapa bhayangkara dan telik sandi membantunya. Keadaan sempat berbalik tatkala pasukan musuh terperangkap beberapa jebakan yang sudah dipersiapkan. Namun tiba-tiba muncullah seseorang yang cukup tangkas yang mampu mengimbangi Nala. Adu ketangkasan tak dapat terelakkan lagi, saling serang dan saling memberikan ancaman. Kini keadaan menjadi tidak bisa di prediksi karena dengan keberadaan orang itu, Nala menjadi harus berpikir dua kali untuk melakukan pertempuran secara habis-habisan. Orang itu tak hanya tangkas dalam bertempur namun juga cerdik dalam membaca situasi sehingga cukup menyulitkan Nala dan pasukannya.
"bagaimana ini, apa yang harus ku lakukan?"
"hampir seluruh serangan dan gerakanku terbaca olehnya"
"ku akui dia merupakan lawan yang sepadan denganku"
Lalu dalam sekejap Nala memerintahkan pasukannya untuk berpencar dan melakukan serangan dari jauh. Namun taktik itu juga rupanya sudah terbaca oleh musuh. Sehingga para bhayangkara dan telik sandi mengalami kesulitan untuk membantu Nala. Namun hal ini sudah diperkirakan oleh Nala sebelumnya, sehingga akan lebih leluasa dalam berduel dan tidak akan memikirkan hal lainnya. Berkatalah Nala pada musuhnya "kisanak, kini keadaan berimbang, mari kita lakukan duel ketangkasan dan kita lihat siapa yang layak menjadi ksatria tanpa tanding diantara kita". Tanpa berkata banyak, lansung saja kedua ksatria itu beradu tanding saling serang satu sama lain. Dalam keadaan berimbang, keduanya sama sama mampu menandingi ketangkasan satu sama lain.
"teryata aku menemukan seseorang yang sepadan"
"namun sayang sekali, kau berada di pihak musuh"
"maka tak'kan ada ampunan bagimu"
Nala melancarkan serangan bertubi-tubi pada musuhnya dan musuhnya pun mampu menghindari. Namun sebuah serangan tak terduga berhasil mendarat di perut musuhnya. Sebuah pukulan keras menghantam dan menghempaskan musuhnya ke tanah. Erangan kesakitan terdengar begitu memilukan. Dengan tatapan bengis, sosok itu bangkit lagi dan semakin meradang dengan apa yang Nala lakukan. Merasakan hawa membunuh yang sangat kuat, Nala menjadi waspada. Serangan musuh yang bertubi-tubi mampu dihindarinya. Beberapa gerakan Nala seolah menyiratkan ada perbedaan kekuatan diantara kedua ksatria itu.
"teryata benar apa yang dikatan Malwapatih"
"kunci dari segala pertempuran adalah ketenangan dalam bertindak"
"tidak terlarut dalam emosi dan selalu waspada"
Nala dengan tenang membaca setiap gerakan musuh, dengan begitu Nala mampu membaca dengan pasti setiap gerakan dan bersiap untuk melakukan balasan. Namun di luar dugaan, kecepatan serangan musuh membuat Nala terdesak. Beberapa kali Nala tersungkur karena gagal menghindari serangan bertubi-tubi dari musuh. Dan tiba-tiba sebuah pukulan telak menghantam wajah Nala. Tersungkurlah Nala mulai tersulut emosinya. Musuhnya tak memberikan jeda sedikit pun bagi Nala untuk sekedar berdiri.
Sementara itu para bhayangkara dan telik sandi juga mengalami kerepotan menghadapi pasukan musuh yang lebih banyak jumlahnya. Pasukan Majapahit mulai terdesak. Tak hanya kalah dalam jumlah, tapi juga mereka rupanya menghadapi situasi sulit.
"kalian tak becus!"
"kelemahan kalian adalah jawaban mengapa ini terjadi!!"
"lihatlah dengan mata kalian!"
"kalian tak mampu berbuat apa-apa lagi HAHAHAHAHA!!!!"
Mendengar hal itu Nala meradang dan berkata "TUTUP MULUT BUSUKMU PENGKHIANAT!"
Setelah itu, Nala bangkit dan memberikan serangan balasan. Emosinya memuncak mendengar perkataan dari musuhnya. Seketika Nala lupa akan segala ketenangan yang dia rasakan. Yang tersisa hanyalah emosi dan keinginan untuk membunuh.
"LEBIH BAIK MATILAH KAU SEKARANG JUGA!!"
"KAU TAK LAYAK HIDUP LAGI!"
Nala kemudian mengeluarkan beberapa ilmu kanuragannya dan menyerang dengan membabi buta. Namun serangannya mampu dihindari dengan baik oleh musuhnya. Bahkan perlahan-lahan pasukan musuh semakin menguasai pertempuran. Pasukan Majapahit mulai berguguran satu per satu.
"benar..."
"teruslah begitu Nala..."
"kau sedang menggali kuburanmu sendiri"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT
Historical FictionKisah tentang sebuah kerajaan Siwa-Budha yang pernah hadir di bumi Nusantara pada abad 9 Masehi yang kemudian menjadi pemersatu Nusantara dibawah seorang Panglima Perang Gadjahmada. Kini kisah ini akan saya angkat sebagai sebuah cerita sederhana yan...