BERITA BAHAGIA

1.2K 72 12
                                    

"akhirnya mereka kembali"

"terima kasih Dewata Agung tlah melindungi dan menjaga mereka"

"sampai kembali ke bhumi Majapahit"

Derap langkah kaki pasukan Majaphit terdengar dari kejauhan, banyak orang berhamburan keluar, mengabaikan sejenak aktivitas mereka. Menyambut kepulangan para pasukan dari ekspedisi pamalayu. Tak berapa lama nampaklah para pasukan memasuki gerbang Gapura Paduraksa. Dengan langkah tegap pasti beriringan rapi berjalan tegak menuju Kedaton Majapahit.

Raden Wijaya bersama segenap pembesar dan pejabat kerajaan menunggu di pintu Kedaton. Kemudian para panglima pasukan menghadap, menghaturkan sembah sujud seraya berkata "ampun Gusti Raden, hamba dan seluruh pasukan tlah berhasil melaksanakan ekspedisi pamalayu Jawa Tengah dan Jawa Timur." Raden Wijaya lalu berkata "bangunlah Paman, mari kita masuk dan berikanlah waktu istirahat bagi para pasukanmu" seraya mengajak para panglima pasukannya masuk pendhapa Kedaton.

Para penglima menceritakan satu per satu kisah perjalanan mereka. Tentang bagaimana mereka tidak mengalami kendala dalam proses pemersatuan wilayah, tentang reaksi dari para pejabat bekas Singhasari, Daha, Panjalu, Kadiri dan Gresik, Tuban, Rembang, Malang. Sungguh mereka diterima dengan baik, bahkan dengan keikhlasan bersedia menyatukan diri dengan Majapahit dibawah kepemimpinan Raden Wijaya. 

Perbincangan seru itu kemudian terhenti tatkala Raden Wijaya berkata "terima kasih atas pengorbanan Paman semua, dan terutama kini akan ku sampaikan berita bahagia lainnya." Lalu Raden Wijaya beranjak dari tempat duduknya, dan berkata "jika suatu hari nanti aku sudah tiada, maka kerajaan Majapahit ini akan dipimpin oleh keturunanku." 

Para panglima, pejabat dan pembesar kerajaan merasa bingung, apa maksud dari perkataan Raden Wijaya yang demikian? Namun, kemudian Permaisuri keluar sembari menggendong seorang bayi lelaki mungil seraya berkata "kelak, anak inilah yang kan menjadi pemimpin kalian, dan bersumpah setialah pada Majapahit dan juga padanya." 

Seketika itu juga seluruh hadirin yang ada segera menghaturkan sembah sujud. Pewaris tahta sah Majapahit tlah lahir. Kelahirannya sungguh istimewa, karena selain seorang lelaki juga seorang Wangsa Rajasa dan cucu dari Kertanegara. Lalu Raden Wijaya berkata "anakku kan ku beri nama Jayanagara, sebagai cucu dari Kertanegara dan juga bagian dari Wangsa Rajasa."

"permaisuriku Gayatri..."

"kau tlah memberikan anugrah terindah dalam hidupku"

"terima kasih"

Raden Wijaya kemudian mengajak para pembesar, pejabat dan panglima pasukan untuk menikmati hidangan yang tlah dipersiapkan. Tak lupa Raden Wijaya juga mengajak seluruh masyarakat, dan pasukan Majapahit lainnya. Semuanya larut dalam kebahagiaan akan surya terang Majapahit yang semakin bersinar.

Majapahit dibawah kepemimpinan Raden Wijaya sungguh sangat damai, tenang dan semakin disegani kawan dan lawan dari berbagai penjuru Nusantara. Majapahit semakin berkembang pesat. Tak hanya dengan keberagaman namun juga tata kelola pemerintahan yang baik. Bahkan Gresik dan Tuban adalah ujung tombak perdagangan kerajaan Majapahit. Dengan meningkatnya peran serta Majapahit di Nusantara, menjadi ancaman bagi kerajaan lain nun jauh disana. 

Keberadaan sebuah kerajaan baru memang bisa menjadi ancaman setiap saat. Dengan Raden Wijaya sebagai pemimpin, sudah barang tentu menjadi sulit bagi kerajaan lain menghalangi jalan Majapahit. Semakin lama, armada perang Majaphit pun bertumbuh kuat dan besar. Dengan armada laut, dan pasukan daratnya Majapahit menjadi kerajaan kuat di Pulau Jawa.

Raden Wijaya semakin disibukkan dengan urusan kerajaan, sementara itu Jayanagara pun semakin beranjak remaja. Mulai belajar mengenal sifat ksatria seperti ayahnya dan belajar tentang ketatanegaraan. Pengaruh Majapahit meluas hingga ke Nusa Dewata Bali melalui hubungan diplomatik dan perdagangan.

"aku bangga melihat ini semua"

"meskipun usiaku tak lama lagi..."

"tapi aku percaya..."

"bahwa Majapahit kan terus berjaya"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang