SANG MALWAPATIH

771 39 1
                                    

"HEI KISANAK !!"

"KATAKAN APA YANG KAU LAKUKAN DISINI!"

"APA KAU TIDAK TAHU KALO KAU TELAH MENGHALANGI KAMI"

Sosok tersebut tetap tidak bergeming bahkan tidak berkata apapun. Nala pun berdiri sambil tetap memegang dadanya. Sejurus kemudian tiba-tiba sosok misterius itu berjalan perlahan menuju Nala, sementara itu para bhayangkara dan pasukan pemanah bersiap untuk melakukan serangan. Tiba-tiba berkatalah sosok itu kepada Nala, "Teryata loyalitasmu memang patut dihargai Nala!" 

"Nala dan seluruh pasukan tercengang tak percaya"

"sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Sang Malwapatih Majapahit sendiri"

"Gadjah Mada telah kembali"

Dengan gemetar para pasukan dan Nala kemudian menghaturkan sembah sujud, namun Gadjah Mada dengan cepat berkata "aku tidak perlu sembah sujud kalian, sekarang bergegaslah waktu kita tak banyak!" Mendengar hal itu, para pasukan segera bergegas begitupun dengan Nala yang masih tak percaya apa yang baru saja dialaminya adalah Guru sekaligus pemimpin tertinggi pasukan Majapahit. Berkatalah Nala "ampun Malwapatih, hamba hendak bertanya sekaligus memastikan, apa yang membuat Malwapatih pulang dengan segera?" Gadjah Mada tersenyum tipis kemudian berkata "Karena firasatku mengatakan untuk segera kembali, maka aku kembali dan teryata benar... Majapahit dalam bahaya." Nala tertunduk sejenak lalu berkata "ampun Malwapatih hamba gagal dalam melaksanakan tugas menjaga kedaulatan Majapahit sehingga terjadi huru-hara" 

"kau masih terlalu muda dalam memahami pertempuran, namun kau bukanlah sosok yang mudah menyerah dan goyah"

"aku bangga melihat perkembanganmu sejauh ini Nala"

Lalu Gadjah Mada berkata "Nala, kau telah melakukan hal yang tepat dan dibutuhkan. Sekarang tunjukkan padaku apa yang sedang terjadi agar kita bersama segera mengatasinya." Nala tertegun sejenak lalu menceritakan apa saja yanag telah terjadi dan dialaminya.

"baiklah jika begitu keadaannya..."

"teryata mereka berdua bertindak diluar batas"

"tunggulah, Sora... Nambi... Aku sendiri yang akan mengatasi kalian berdua"

Kemudian, Gadjah Mada meminta seluruh pasukan berkumpul untuk memberikan rencana mempertahankan serangan pemberontak. Tak disangka, Gadjah Mada juga telah mengamati dan memilih beberapa telik sandi kepercayaannya untuk mengamati keadaan dan mencarikan tempat perlindungan yang aman. Lalu berkatalah Gadjah Mada pada Nala, "sekarang kau istirahatlah dan obati dirimu. Bersucilah di mata air terdekat dan segera lakukan tapa brata untuk memulihkan lukamu." Nala pun menjawab "sendiko dhawuh Malwapatih, hamba mohon undur diri." 

Gadjah Mada terdiam beberapa saat kemudian menatap langit malam seraya bergumam "Dewata Agung, kini segalanya akan berubah... Majapahit sudah terlampau direndahkan, dan kini saatnya dengan tanganku sendiri kan ku taklukan musuh-musuh Majapahit." Lalu Gadjah Mada pergi menepikan diri, hendak bermeditasi. 

"tak ada kedamaian tanpa pertumpahan darah"

"pengorbanan adalah sebuah hakikat kehidupan"

"karnanya dengan ini ku tempuh jalan hidupku yang penuh dengan darah"

"demi tegaknya Surya Majapahit di tanah Nusantara"

Malam semakin larut, keheningan merasuk di segala sisi. Para pasukan bhayangkara dan pemanah berjaga-jaga, sedangkan Nala masih memulihkan dirinya dari pertarungan dengan Gadjah Mada. Dan Gadjah Mada sendiri sedang bermeditasi di tengah rimbanya hutan. Malam ini begitu tenang. Ada rasa aman dan gembira di hati para pasukan dengan kembalinya Sang Malwapatih. Namun mereka masih harus menghadapi banyak cobaan di hari esok, tidak akan ada kata lelah dalam mempertahankan kedaulatan Majapahit. 

"kadang terasa menyakitkan jika kita tak mampu mempertahankan"

"namun kan selalu ada cara untuk mencapainya"

"pertempuran demi pertempuran"

"hanyalah langkah kecil bagi sebuah kejayaan"

"ada masa dimana kegelapan dan darah akan tertumpah namun di suatu masa akan ada kedamaian yang timbul dari sebuah pengorbanan"

"jika tidak ada yang memulai...."

"maka aku yang akan memulainya"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang