Perjalanan panjang dari Wanaraga menuju Hutan Tarik sangatlah melelahkan. Namun semuanya terbayar tuntas tatkala rombongan memasuki wilayah Tarik.
"inilah tempat dimana aku akan memulai segalanya"
"ya...segala sesuatunya akan berbeda dari sebelumnya"
"karna kelak, disinilah aku bertahta, juga bermahkota"
"akan ku gapai cita-cita luhur Singhasari dan Kertanegara"
Raden Wijaya tersenyum puas melihat tempat tujuannya. Segeralah ia memerintahkan para pekerja untuk segera membuka hutan, sedangkan para pasukan menyiapkan tenda perkemahan. Berkatalah Raden Wijaya pada seluruh rombongan "Dengarkan wahai para pengiringku, disinilah kita akan bertempat tinggal untuk seterusnya, mari kita persiapkan segalanya dan mulailah bekerja." Riuh rendah sorak sorai para pengiring membahana, tanda persetujuan.
Raden Wijaya pun berkeliling melihat para pekerja membuka hutan, para pasukan mendirikan tenda, dan kemudian Raden Wijaya memanggil beberapa pasukan telik sandinya seraya berkata "aku minta kalian berjaga sebagian, dan sebagian dari kalian hendaklah mencari desa terdekat, dan sampaikanlah jika pewaris Singhasari tlah kembali."
Dan bersegeralah para pasukan telik sandi melakukan perintah Raden Wijaya. Hutan Tarik memang masih menjadi bagian dari Singhasari. Ada beberapa desa di sekitarnya. Raden Wijaya pernah singgah di beberapa desa tersebut dan berharap akan pertolongan penduduk desa setempat.
Menjelang sore hari, perkemahan tlah berdiri. Pasukan telik sandi yang bertugas keliling pedesaan pun tlah kembali. Bertanyalah Raden Wijaya pada pasukan telik sandi "bagaimana sudah kalian sampaikan perkataanku?" tanya Raden Wijaya. Jawab para telik sandi "sendhiko dawuh Gusti Raden, semua desa menyatakan siap mendukung penuh Raden Wijaya." Dengan ini maka telah dipastikan setelah pembukaan hutan selesai, maka Raden Wijaya hendak berkeliling sendiri. Memastikan bahwa masih ada penduduk desa yang mau bergabung.
"semoga semuanya diberikan kelancaran"
"Dewata Agung terima kasih"
Raden Wijaya berpamitan pada pasukan telik sandi hendak menemui Permaisuri. Sesampainya di perkemahan Raden Wijaya berkata "Adinda, sedang apa gerangan dirimu?" Jawab Permaisuri "masuklah Kanda, Adinda telah menyiapkan hidangan untuk kita berdua." Raden Wijaya pun masuk dan bersantap malam bersama Permaisuri.
"sudah begitu lama hal ini tidak terjadi"
"aku begitu merindukan masa-masa seperti ini"
"sungguh inilah yang ku dambakan"
Permaisuri menatap Raden Wijaya yang sedang tersenyum seraya berkata " ada apa Kanda, sepertinya sedang ada sesuatu yang membahagiakan?" tanya Permaisuri . Raden Wijaya pun menoleh seraya berkata "tidak apa Dinda, aku hanya merasakan senang kita dapat menikmati kehangatan ini, dan berkumpul selayaknya keluarga." Permaisuri pun tersipu malu dan berkata "Kanda, keluarga memang penting namun mengemban tugas negara tidaklah kalah penting karena sudah takdirnya seorang ksatria begitu" jawab Permaisuri seraya melingkarkan kedua tangannya di pinggang Raden Wijaya.
"beruntungnya aku memilikimu"
"terima kasih Adinda"
Malam itu terasa begitu menyenangkan dan menenangkan bagi seluruh penghuni Hutan Tarik. Tak hanya Raden Wijaya dan Permaisuri saja yang berbahagia, melainkan seluruh pengiring dan juga para pasukan. Karena mereka semua berhak mendapatkan kebahagiaan setelah melewati beragam rintangan dan ujian. Semuanya terlelap nyenyak dalam tidur. Melepaskan segala penat dan lelah. Menyongsong esok nan cerah.
Namun sesungguhnya awal kehidupan panjang yang sesungguhnya baru saja akan dimulai....
"semoga semua makhluk berbahagia"
"dalam dekap erat semesta"
"aku bersimpuh sujud padamu Dewata Agung"
"ku pasrahkan hidupku sepenuhnya seturut kehendak-Mu"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT
Historical FictionKisah tentang sebuah kerajaan Siwa-Budha yang pernah hadir di bumi Nusantara pada abad 9 Masehi yang kemudian menjadi pemersatu Nusantara dibawah seorang Panglima Perang Gadjahmada. Kini kisah ini akan saya angkat sebagai sebuah cerita sederhana yan...