"sepeninggal Raden Wijaya Majapahit mulai bergejolak"
"tak tentu arah tujuan"
"ini semua karna Jayanagara masih terlalu muda"
"tak seperti Rama-nya...."
Jayanagara tlah resmi menjadi raja baru Majapahit. Sekembalinya ke Tarik, Jayanagara membuat sebuah keputusan yang sangat mengagetkan seluruh penjuru Majapahit. Seketika Jayanagara meminta agar ibukota dipindahkan dari Tarik kembali ke Daha. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan, terutama dari para penasehat dan pembesar kerajaan. Sesuatu yang tak biasa, mengingat betapa besar resiko jika melakukan perpindahan tanpa adanya pertimbangan matang. Hingga pada suatu hari, Jayanagara memanggil seluruh pembesar dan penasehat istana. Berkatalah Jayanagara pada mereka "Paman ku semua, sudah ku putuskan bahwa ibukota kerjaan harus berpindah ke Daha, dan aku ingin disegerakan proses tersebut." Tanpa menunggu persetujuan, Jayanagara lalu pergi meninggalkan ruang pertemuan.
Timbullah tanya pada diri setiap orang yang hadir pada pertemuan tersebut. Namun, karena mereka sudah bersumpah setia pada Majapahit dan Jayanagara, tanpa banyak bertanya segeralah mereka bersiap diri melaksanakan perintah sang raja. Sementara itu, Jayanagara sibuk berkemas segala perlengkapan pribadinya. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh semua orang. Bahwa Jayanagara sebenarnya tak ingin mengingat kenangan indah bersama Rama-nya di Tarik. Jayanagara berfikir bahwa dengan memindahkan ibukota kerajaan, maka Jayanagara akan dengan mudah melepaskan diri dari bayang-bayang sang Rama, Raden Wijaya.
Sebuah keinginan dari seorang raja muda yang sebenarnya penuh dengan ambisi dan energi, namun minim pengalaman dalam berpolitik. Jayanagara lupa, bahwa Majapahit merupakan kerajaan yang besar saat ini. Segala tindak tanduknya terhadap Majapahit tidak dilakukan dengan hati-hati. Segala keputusannya ini adalah murni hasil pemikirannya pribadi, tanpa ada pertimbangan.
"aku ingin menjadi sosok yang berbeda"
"karna aku seorang anak dari Raden Wijaya"
"sudah barang tentu semua orang kan mengerti"
"apa yang ku mau dan ku inginkan"
Keesokan harinya seluruh persiapan perpindahan telah selesai. Dengan segera Jayanagara memerintahkan untuk berangkat menuju Daha. Namun ada hal yang merisaukan hatinya yakni sang Ibunda, Gayatri tak ingin ikut pergi. Permaisuri Gayatri tak ingin meninggalkan Tarik, karena tempat itu adalah tempat dimana Raden Wijaya membangun dan membesarkan Majapahit dengan sepenuh hatinya. Karena sang Ibunda tak kunjung mereda dengan bujuk rayu Jayanagara, terpaksalah Jayanagara pergi.
"baiklah jika memang Ibu tak ingin turut serta"
"hanya doa yang ku pinta"
"agar tak celaka ketika disana"
Dengan berat hati, Jayanagara dan seluruh rombongan pergi menuju Daha. Iring-iringan besar pun segera bergerak perlahan meninggalkan Tarik. Sebuah keputusan yang sangat riskan bagi seorang raja muda. Terlampau mudah membuat keputusan tanpa adanya pertimbangan. Hal ini dengan segera menjadi sebuah perbincangan di kalangan pembesar dan penasehat istana.
Tak ayal banyak pula Adipati, dan juga penguasa wilayah di daerah lain yang turut mendengar hal ini pun menjadi bingung, ada apa gerangan sampai-sampai memindahkan ibukota kerajaan kembali ke Daha. Tanpa didasari dengan pembicaraan terlebih dahulu sudah membuat keputusan. Hal ini turun menimbulkan pertanyaan besar. Namun Jayanagara seolah tak peduli dengan hal-hal tersebut.
Sepeninggal Jayanagara ke Daha, Tarik menjadi sepi tak jauh berbeda dengan desa biasa. Yang pada awalnya begitu ramai, penuh dengan aktifitas masyarakat, namun kini suasana terasa lenggang, dan tak ada gairah sama sekali. Sedangkan Permaisuri hanya tinggal dengan beberapa dayang, dan pasukan telik sandi yang diperintahkan oleh Jayanagara untuk tetap tinggal. Permaisuri berusaha menjadi lebih tegar dengan keadaan.
"Ku tinggalkan Tarik dengan kenangan yang pahit"
"Daha kan menjadi tempatku bertahta"
"Kan ku buktikan bahwa diriku layak sebagai Raja Majapahit"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT
Ficción históricaKisah tentang sebuah kerajaan Siwa-Budha yang pernah hadir di bumi Nusantara pada abad 9 Masehi yang kemudian menjadi pemersatu Nusantara dibawah seorang Panglima Perang Gadjahmada. Kini kisah ini akan saya angkat sebagai sebuah cerita sederhana yan...