"kini aku kembali"
"semuanya kini tlah di depan mata"
"aku pasti bisa mewujudkannya"
"cita-cita luhur para pendahulu"
Perjalanan tinggal menyisakan separuh jalan lagi untuk sampai di Majapahit. Raden Wijaya segera memacu kudanya dengan cepat. Rasa bahagia menyelimuti Raden Wijaya. Tak sabar hendak bercerita dengan Permaisuri, tentang segala kisah yang dialami. Gapura Paduraksa Majapahit mulai terlihat. Dengan cekatan, para pasukan penjaga segera membukakan pintu bagi Raden Wijaya. Dengan bersemangatnya, Raden Wijaya segera masuk melewati Gapura Paduraksa sembari mengucapkan salam pada para penjaga.
Sesampainya di Kedaton Majapahit, Raden Wijaya berhenti sejenak dan memanggil juru pelihara kuda. Setelah itu, Raden Wijaya berjalan perlahan memasuki Kedaton mencari Permaisuri. Terlihat oleh Raden Wijaya, Permaisuri sedang berada di pinggir kolam. Lalu Raden Wijaya memanggil "Adinda, Kanda tlah kembali..." Seketika Permaisuri menoleh dan tersenyum melihat kepulangan Raden Wijaya lalu berkata "Kanda, Adinda sangat rindu pada Kanda.." seraya memeluk Raden Wijaya dengan erat.
Keduanya bercengkrama seraya berjalan-jalan di sekitaran Kedaton. Raden Wijaya menceritakan banyak hal pada Permaisuri. Sementara itu Permaisuri mendengarkan dengan sungguh, dan sesekali tersenyum. Rasa rindu tak tertahankan pada Raden Wijaya terbayar sudah. Namun Permaisuri juga tahu, bahwa setelah ini Raden Wijaya akan membagi waktunya demi kerajaan. Namun tak dirisaukannya hal itu, karna bagi Permaisuri, sebuah kehormatan besar jika memang sudah menjadi suratan takdirnya seperti ini.
Keesokan harinya Raden Wijaya memanggil seluruh pejabat kerajaan dan pejabat diluar kerajaan. Raden Wijaya hendak mengadakan pembicaraan berkenaan dengan perluasan wilayah kerajaan Majapahit. Raden Wijaya berkata "hendaklah kalian semua memberikan pertimbangan langkah politis apakah yang selayaknya kita lakukan?" Lalu salah satu pejabat kerajaan berkata "ampun Gusti Raden, ada gerangan apa yang Gusti Raden ingin sampaikan pada kami?" Kemudian Raden Wijaya berkata "Paman, aku ingin kita memperluas wilayah namun tanpa menumpahkan darah, bisakah hal itu kita lakukan?"
Terjadi perdebatan diantara pejabat kerajaan, dan pejabat luar kerajaan. Ada yang setuju memperluas wilayah dengan peperangan besar dan ekspedisi, namun tak sedikit jua yang menginginkan politik halus seperti pernikahan antar kerajaan. Raden Wijaya menyimak dan mendengarkan satu per satu saran dengan saksama.
Kemudian, Raden Wijaya berkata "Baiklah... Kurasa aku akan memilih untuk melakukan beberapa hal mengenai perluasan wilayah, dan semoga kalian dapat memaklumkan ini" seraya beranjak dari tempat duduknya. Lalu Raden Wijaya berkata, "pergilah kalian dan katakanlah pada wilayah-wilayah di Jawa bagian tengah dan sebagian Jawa bagian timur, katakanlah bahwa Majapahit menginginkan persaudaraan dan penyatuan wilayah." Lalu Raden Wijaya menambahkan, "hendaklah kalian menggunakan cara-cara yang halus dan sopan, jangan sampai ada pertumpahan darah jika memang tidak diperlukan, karena hal ini bertentangan dengan kita sebagai seorang ksatria."
Seluruh ruangan pun hening...
Lalu salah diantara para pejabat tersebut berkata "sendhiko dawuh Gusti Raden, hamba akan melaksanakannya." Dan kemudian satu per satu pejabat menghaturkan sembah sujud tanda setuju. Raden Wijaya berkata "Dewata Agung menyertai kalian, kini pergilah...."
"menang tanpa mengalahkan"
"tidak perlu pertumpahan darah"
"Dewata Agung kan merestui niatan kita menjadi satu kesatuan"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT
Historical FictionKisah tentang sebuah kerajaan Siwa-Budha yang pernah hadir di bumi Nusantara pada abad 9 Masehi yang kemudian menjadi pemersatu Nusantara dibawah seorang Panglima Perang Gadjahmada. Kini kisah ini akan saya angkat sebagai sebuah cerita sederhana yan...