"aku tlah bertahta cukup lama"
"usiaku mulai memasuki senja"
"surya Majapahit pun kian terang benderang"
"kawan dan lawan pun segan"
Tak banyak yang terjadi tatkala pemerintahan Majapahit masih dipegang oleh Raden Wijaya. Tidak adanya pemberontakan, bahkan pertikaian pun masih mampu diatasi. Kemampuan Raden Wijaya dalam mengelola pemerintahan pun sangatlah bagus. Berbekal pengalamannya semasa muda, dan juga dengan arahan para penasehatnya, Raden Wijaya mampu mempertahankan Majapahit dari segala bentuk pergolakannya. Seiring waktu berjalan, Raden Wijaya pun mulai beranjak lanjut usia.
Memasuki usia senjanya, Raden Wijaya melihat bahwa Jayangara anaknya pun sudah dirasa mumpuni untuk segera menggantikannya. Namun, masih banyak sekali orang yang meragukan kemampuannya dalam memimpin sebuah kerajaan. Kegelisahan inilah yang menjadikan Raden Wijaya sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.
"Dewata Agung hamba mohon petunjuk"
"apa yang harus hamba perbuat sebelum hamba pergi"
Disaat sedang merenung, tiba-tiba datanglah para pembesar kerajaan menghadap seraya berkata "sendhiko dawuh Gusti Raden, ada gerangan apa Gusti Raden memanggil kami berkumpul di Kedaton?" Lalu Raden Wijaya menjawab "Paman, apakah kalian semua masih bersedia bersumpah setia pada Majapahit apapun yang terjadi?" Pertanyaan Raden Wijaya yang demikian membuat para pembesar kerajaan bertanya-tanya. Dengan rasa keheranan salah seorang dari mereka kemudian memberanikan diri bertanya pada Raden Wijaya "ampun Gusti Raden, sudah pasti kami semua setia pada Majapahit dan juga Gusti Raden."
Raden Wijaya kemudian terdiam sejenak, lalu mengambil surya Majapahit dan mengangkatnya ke atas seraya berkata "lihatlah surya Majapahit di tanganku ini dan dengan ini pula aku akan menyebarkannya keseluruh wilayah Majapahit." Raden Wijaya lalu menyuruh seorang abdi dalem kerajaan untuk membuatkan duplikat surya Majapahit. Kemudian Raden Wijaya berkata "jika suatu saat nanti masaku tlah habis, janganlah kalian pernah meninggalkan Majapahit dalam keadaan apapun, karna kita adalah satu dan Majapahit adalah tanah tumpah darah kita."
Begitulah Raden Wijaya menjalankan pemerintahannya. Dengan sistem politik kekeluargaan dan pendekatan personal, Raden Wijaya mampu meredam setiap perselisihan. Hubungan diplomatis yang erat antar wilayah kerajaan Majapahit adalah kunci dari pemerintahan Raden Wijaya.
Sementara itu, kondisi sosial-ekonomi serta politik yang berimbang juga menjadikan Majapahit mampu mempertahankan eksistensinya. Dengan didukung oleh posisi yang strategis, Majapahit menjadi bagian dari pusat perdagangan dunia pada masa itu. Perbincangan antara Raden Wijaya dan para pembesar kerajaan mulai mengarah pada perluasan wilayah di luar Pulau Jawa. Namun, Raden Wijaya belum ingin melakukannya karena merasa bahwa belum waktunya bagi Majapahit untuk memperluas wilayah.
"semoga kelak keturunanku mampu mewujudkannya"
"menjadikan Majapahit sebagai kerajaan besar"
"kerajaan yang disegani di Nusantara"
Raden Wijaya lalu memanggil Jayanagara seraya berkata "Jayanagara anakku, beri salam pada Paman Adipati yang hadir." Lalu Jayanagara mendatangi para pembesar kerajaan tersebut dan memberi hormat satu per satu. Raden Wijaya memperkenalkan pada para pembesar kerajaan bahwa kelak jika Jayanagara bertahta semoga mampu membawa Majapahit semakin disegani dan semakin berjaya di Nusantara.
Suasana semakin cair dengan kehadiran sang putra mahkota Majapahit. Tawa canda diantara mereka pecah seketika. Keluguan seorang Jayanagara mengundang gelak tawa para pembesar kerajaan. Sungguh suasana meriah di hari itu.
Raden Wijaya memandang hal itu sebagai sebuah pembuktian bahwa di usia mudanya Jayanagara sudah mampu berinteraksi dengan baik. Setidaknya apa yang di alami Jayanagara di masa muda tidak seperti Raden Wijaya dahulu, harus berkelana kesana kemari dan mengalami beragam penderitaan.
Sebuah perbedaan yang mendasar, namun semuanya sudah menjadi kehendak Dewata Agung, dan sebagaimana manusia biasa, Raden Wijaya pun hanya melaksanakan takdirnya sebagai manusia.
"takdir adalah sebuah hal yang tak dapat diubah"
"kita hanya mampu menjalankannya saja"
"tak perlu mengeluhkan keadaan"
"karna di setiap kehidupan ada pengalaman tak terlupakan yang tersimpan"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT
Historical FictionKisah tentang sebuah kerajaan Siwa-Budha yang pernah hadir di bumi Nusantara pada abad 9 Masehi yang kemudian menjadi pemersatu Nusantara dibawah seorang Panglima Perang Gadjahmada. Kini kisah ini akan saya angkat sebagai sebuah cerita sederhana yan...