PERTEMPURAN BERDARAH

761 41 0
                                    

"kali ini kan kita lancarkan serangan secara serempak"

"Sora akan memimpin pasukan berkuda dan aku sendiri yang kan memimpin pasukan penyerang"

"sisanya berjaga-jaga di tempat yang sudah ku beritahukan, dan bergegaslah pergi sekarang juga!!"

Kali ini Nambi sendiri yang akan memimpin penyerangan guna mengambil alih Majapahit. Setelah mendengar kabar bahwa Tribuwanatunggadewi dan pasukannya akan segera kembali, Nambi berambisi untuk melakukan serangan mendadak dan menghabisi secara langsung Tribuwanatunggadewi beserta pasukannya. Sementara itu, Sora yang telah mempersiapkan segala rencana dan strategi penyerangan berkata "sebaiknya aku segera pergi terlebih dahulu untuk memastikan situasinya berjalan sesuai rencana". Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Nambi. Setelah itu, Sora pun bergegas pergi diiringi beberapa pengawal. 

Kepergian Sora menimbulkan kecurigaan bagi Nambi, oleh karenanya Nambi memerintahkan beberapa pasukan untuk memata-matai Sora. Nambi tak ingin ada seorang pun yang menghalangi ambisinya. Sementara itu, Nala dan pasukannya sedang dalam perjalanan menuju Majapahit. Di tengah perjalanan, Nala menghentikan laju rombongan dan berkata "para bhayangkara berpencarlah dan berjalan dalam kelompok kecil. Masing-masing dari kelompok terdiri atas lima orang, tiga orang bhayangkara dan dua orang pemanah. Serta ku berikan tanda pengenal bagi kalian. Ingat! Jangan pernah bergerak sebelum ada perintah dariku!" Lalu salah seorang bhayangkara berkata "Daulat Tuan, tanda apakah yang dimaksud?" Nala tersenyum tipis dan berkata "nanti kalian akan mengetahuinya, kini segera laksanakan perintahku."

"perasaan ini tidak biasa, seperti akan terjadi sesuatu"

"lebih baik aku bergegas selagi sempat"

"Dewata Agung, kami siap mempertaruhkan jiwa dan raga kami"

Perjalanan darat yang ditempuh Nala dan rombongannya tidaklah mudah. Beberapa titik yang dicurigai oleh Nala sempat dilakukan pemeriksaan. Kemudian menempatkan beberapa orang pasukan sebagai penanda. Begitu seterusnya sampai ketika di batas Kota Majapahit, Nala merasa ada yang aneh dan kemudian berkata "kalian semua berhenti! berpencar segera dan tunggu tanda dariku!" setelah berkata demikian, para bhayangkara dan pasukan pemanah segera berpencar ke berbagai penjuru. 

"tunjukkan dirimu segera atau aku akan mengambil langkah tegas!"

Rupanya peringatan Nala tak ditanggapi sehingga dengan sekejap Nala mengambil tindakan. Teryata serangan Nala mampu ditangkis dan malah keadaan berbalik, sehingga Nala terdesak. Nala tak kurang akal, segera bangkit lalu memberikan serangan balasan namun meleset. Terjadilah pertempuran sengit jarak dekat antara Nala dengan seseorang yang tak dikenal. Bertubi-tubi serangan Nala mampu dihindari begitu lincahnya bak seorang ahli bela diri yang sudah malang melintang dunia persilatan. Keringat bercucuran di tubuh Nala, sedangkan sosok itu tak bergeming sama sekali. Nala pun mencabut keris dan kemudian merapalkan mantra "surya pancanagara ing mayapada" dan sekejap kemudian muncullah sinar dari keris yang dipegang Nala. Seketika Nala sudah bergegas melakukan serangan, namun sosok itu teryata mampu menghindarinya. 

"aji bayu suketi"

Nala terperanjat melihat gerakan tersebut. Karena hanya ada satu orang saja yang memiliki ajian seperti itu. Kemudian tiba-tiba saja sosok tersebut ada disamping Nala dan melakukan serangan mendadak. Nala pun terlempar jauh dan tersungkur. Namun Nala bangkit dan kemudian melakukan serangan lagi dan lagi yang semuanya hanya sia-sia belaka. 

"celaka lah aku"

"aku tak ada bandingannya dengannya"

"jika terus begini, aku dengan mudah pasti dibunuhnya"

Tiba-tiba sebuah pukulan menghantam dada Nala dan membuatnya mengerang kesakitan. Seketika bermunculan anak panah dari berbagai arah menuju sosok tersebut, namun mampu dihindari. Para bhayangkara segara muncul untuk melindungi Nala. Namun Nala mencegah mereka untuk melakukan serangan. Nala segera bangkit berdiri dan berkata "JANGAN LAKUKAN SERANGAN APAPUN, PERCUMA SAJA DIA MEMILIKI AJI BAYU SUKETI." 

"tidak mungkin...ini tidak mungkin untuk dilawan"

"seandainya saja..."

"apa yang harus ku lakukan sekarang??"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang