SEBUAH KEYAKINAN

2.1K 121 2
                                        

"Mengapa hatiku berdegup kencang mendengar semua wejangan ini"

"perasaan ini..."
"begitu kuat dan nyata...mengisi relung hati"

Raden Wijaya termenung mendengarkan semua wejangan kakek tua itu. Sederhana namun menyentuh sanubari. Semilir angin malam berhembus mengisi ruang kosong di gubuk sederhana itu. Tiba-tiba terdorong oleh rasa keingintahuannya, Raden Wijaya pun memberanikan diri bertanya pada kakek tua itu. "Mohon maaf sekiranya saya lancang hendak bertanya pada kakek, apakah yang kakek maksud dengan semua pembicaraan ini?" tanya Raden Wijaya. Lalu kakek tua itu menjawab, "pejamkan matamu sejenak dan bukalah ketika aku menyuruhmu membuka matamu."

Tanpa banyak berkata Raden Wijaya pun melakukan apa yang diminta oleh kakek tua tersebut. Lalu tak lama kemudian kakek tua itu berkata "nah sekarang bukalah matamu cucuku." Kemudian Raden Wijaya membuka matanya dan seketika terperanjatlah ia saat melihat sosok yang ada di hadapannya kini. 

Dengan terbata-bata Raden Wijaya berkata "...Ampuni hamba Dewata Agung, hamba..tidak mengetahui jika ini adalah Dewata Agung sendiri." Teryata sosok yang ada dihadapanya tak lagi seorang kakek tua yang lemah, namun sosok itu teryata adalah Batara Wisnu. "Tidak perlu sungkan wahai cucuku, ketahuilah aku disini sedang mengujimu" kata Batara Wisnu pada Raden Wijaya. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kau telah layak melewati semua ujian dariku, terutama ketika kau membantuku mengambilkan air di tepi sungai Brantas." 

Raden Wijaya pun terdiam dan sembari duduk bersimpuh berkatalah ia pada Batara Wisnu "apakah gerangan yang Dewata Agung maksudkan, hamba tidak mengerti." Batara Wisnu pun tersenyum kemudian berkata "semua yang tlah kau lewati adalah ujian sekaligus takdir yang tak mampu kau hindari lagi, sudah suratan semesta bahwa inilah saatnya kau menjalani jalanmu." 

Lalu Batara Wisnu menambahkan, "mulai malam ini, yakinkanlah dirimu dan berpegang teguhlah pada prinsip satriamu, kini jalanmu menuju Astabrata  telah sempurna, begitupun dengan tapa brata dan sikap satriamu." Raden Wijaya termenung dan kemudian berkata "jika memang sudah takdir semesta begitu, hamba dengan senang hati akan menjalaninya dengan kepasrahan pada kehendak Dewata Agung."

Kemudian Batara Wisnu pun undur diri sembari memberikan sebuah pusaka Surya Dewatanawasanga dan berkata "jagalah pusaka ini baik-baik, dan kelak pusaka ini yang kan menjadi lambang jayanya Nusantara." Raden Wijaya pun menerima pusaka pemberian Batara Wisnu lalu manembah seraya berkata "hamba terima pusaka ini dan hamba berjanji akan menjaganya sampai akhir hayat hamba Dewata Agung." 

Setelah mengalami peristiwa itu, Raden Wijaya semakin mantap dan yakin dengan apa yang sudah ditakdirkan semesta padanya. Kemudian Raden Wiwjaya pun kembali ke perkemahan dengan hati yang lapang dan perasaan tenang. 

"aku akan menjaga sepenuhnya kepercayaan ini"

"terima kasih Dewata Agung..."

"semoga aku mampu menjalani tugas mulia ini"

Dan malam itu pun menjadi malam paling berarti bagi Raden Wijaya. Malam dimana segalanya menjadi jelas. Teryata restu Dewata Agung tlah didapatkannya, dan ini menjadi tugas baru baginya sekaligus tugas berat yang kan diembannya. Sebuah keyakinan telah terpatri di lubuk hati Raden Wijaya. 

"semesta telah mempercayakan Nusantara padaku"

"kan ku buktikan suatu hari nanti...."

"cita-cita luhur Singhasari dalam mempersatukan Nusantara"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang