MASA-MASA PERGOLAKAN

729 46 0
                                    

"aku bersimpuh dalam keheningan"

"Oh... Dewata Agung hamba haturkan sembah sujud"

"ada apa gerangan sedang  terjadi?"

"Mengapa perasaan hamba gundah?"

Dalam keheningan mendalam, Tribuwanatunggadewi memanjatkan doa meminta petunjuk Dewata. Malam semakin larut namun tak menyurutkan niat dan tekad seorang Srikandi Tribuwanatunggadewi untuk mendapatkan jawaban atas kegundahan hatinya. Tiba-tiba dalam heningnya, ada suara memanggil "Anakku.... Tribuwanatungadewi, bersabarlah Nak dalam menghadapi ujian ini, ketahuilah kelak Majapahit akan menjadi sebuah kerajaan besar, makmur dan adil, sebelum menggapai itu pantaslah jika Majapahit menghadapi beragam ujian dan rintangan guna menatap hari esok penuh gilang gemintang gemah ripah loh jinawi." 

Tribuwanatunggadewi terhenyak mendengarkan suara itu, namun kemudian dijawabnya dengan lembut "wahai Dewata Agung, maafkan jika kelancangan hamba menganggu, namun hamba tak yakin akan mampu mengatasinya." Air mata menetes di kedua pipi Tribuwanatungagdewi. Tangisnya tak mampu dibendungnya, ada rasa pedih dalam hatinya karena harus mengalami beragam cobaan berat dalam masa kehidupannya. Namun kemudian suara itu menjawab "Anakku, tenanglah.... tak ada masalah yang tak bisa di atasi dan tak kan ada kesulitan yang tak berujung. Percayalah anakku, kelak kau kan mengerti apa yang ku maksudkan ini."

"apakah aku mampu untuk menyelamatkan Majapahit jika sesuatu terjadi?"

"lantas apa yang akan ku lakukan saat ini?"

Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dalam benak Tribuwanatungadewi. Namun keteguhannya akan petunjuk dari Dewata mampu meyakinkan dirinya, bahwa semua akan ada masanya. Inilah saat dimana sebuah keteguhan dan kesiapan kan diuji. Lalu, bangkitlah Tribuwanatunggadewi sembari menyeka air matanya, lalu beranjak menuju kamar tidurnya. Tribuwanatunggadewi menatap lemari kayu yang berada di kamarnya dan kemudian berjalan mendekatinya. Dengan perlahan Tribuwanatunggadewi membuka lemari itu dan menatap pusaka kesayangannya serta baju perangnya. 

"jika memang ini sudah menjadi takdirku"

"maka sudah waktunya kan ku penuhi dengan segenap jiwa ragaku"

"karna kelak Majapahit kan menjadi pengayom bagi Nusantara"

"maka sudah menjadi tugasku tuk memenuhi takdir dari Dewata"

Seraya meraih pusaka dan baju perangnya, Tribuwanatunggadewi memantapkan hati untuk menyelidiki perihal firasatnya tentang Majapahit. 

Kemudian, Tribuwanatunggadewi memanggil beberapa pasukan penjaga istana seraya berkata "bantu aku menyiapkan pasukan untuk melakukan perjalanan ke beberapa tempat, dan siapkan juga para bhayangkara untuk berjaga-jaga di istana". Lalu para prajurit itu segera melaksanakan perintahnya dan bergegas menyiapkan apa yang diminta oleh Tribuwanatunggadewi. 

Ketika semuanya sudah berkumpul, Tribuwanatunggadewi kemudian berkata "kalian para bhayangkara, ku tugaskan untuk menjaga istana sedangkan sisanya akan ku bagi menjadi beberapa kelompok, dan kalian akan pergi mencari tahu ada apa di seluruh wilayah Majapahit yang ada di pulau Jawa, dan pastikan bahwa tidak ada satu pun yang mengusik kedaulatan Majapahit." Setelah berkata demikian, Tribuwanatunggadewi lantas membagi pasukan bhayangkara dalam beberapa kelompok dan segera diperintahkan untuk pergi. 

"dengan begini jika terjadi sesuatu aku kan segera mengetahuinya"

"kini giliranku untuk memilih beberapa pasukan terbaik untuk menyertai kepergianku"

Kemudian, Tribuwanatunggadewi memanggil para telik sandi dan mengumpulkannya bersama bhayangkara. Lalu berkatalah Tribuwanatunggadewi, "kalian adalah pasukan yang akan menyertaiku mulai saat ini dan seterusnya sampai Gadjah Mada kembali." Dengan serempak para pasukan itu menjawab "Baik Gusti! Kami bersumpah setia pada Majapahit!" Lalu Tribuwanatunggadewi pun segera menyiapkan perbekalan dan kemudian beranjak pergi meninggalkan istana.

"karena Gadjah Mada dan para pasukan terbaiknya pergi, maka hal ini kan ku selesaikan sendiri"

"dan semoga saja aku mampu untuk melakukannya"

"ku bawa para pasukan terbaik Majapahit maka tak perlu lagi ada yang ku risaukan"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang