PESTA PORA KEMENANGAN

2.8K 157 0
                                    

"Kini usai sudah balas dendamku..."

"saatnya untuk mengusir kalian..."

"karena tanah Jawa TIDAK AKAN PERNAH TUNDUK PADA MONGOL"

Dengan tangan berlumuran darah, Raden Wijaya mengangkat pedangnya tinggi-tinggi seraya berseru "Dewata Agung terima kasih atas restu-MU, dengan ini usai sudah pembalasan dendamku" seraya menoleh pada para pasukannya, Raden Wijaya meminta untuk melakukan pembersihan sisa pasukan Jayakatwang. Keadaan yang pada awalnya kacau balau, berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Raden Wijaya tersenyum puas, karena tlah berhasil mengalahkan Jayakatwang sekaligus mengambil alih Kedaton Kadiri.

Namun, masih ada hal terpenting yang harus dilakukan. Karena Mongol tidak akan pergi dengan begitu saja. Segera Raden Wijaya memerintahkan para pasukan telik sandi untuk menemui Panglima Mongol. 

Sementara itu keadaan di sekitar Gapura Paduraksa Kedaton Kadiri sudah mampu dikuasai Panglima Mongol dan pasukannya. Kemudian, datanglah para telik sandi suruhan Raden Wijaya menemui Panglima Mongol seraya berkata, "Panglima Mongol yang terhormat, Raden Wijaya meminta kami mengantar Panglima menghadap." Panglima Mongol yang tidak menaruh curiga sama sekali pun segera mengikuti arahan pasukan telik sandi.

Sesampainya di hadapan Raden Wijaya, Panglima Mongol pun berkata "ada apa Raden Wijaya, apakah kau berhasil mengalahkan raja Kadiri?" tanya Panglima Mongol pada Raden Wijaya. Lalu Raden Wijaya menunjukkan mayat Jayakatwang yang terbujur kaku di lantai seraya berkata "Lihatlah Panglima Mongol, raja Kadiri telah ku habisi." Lalu Raden Wijaya menambahkan "baiknya segera kita bersihkan segala kekacauan ini dan bersiap menyongsong terbitnya mentari.

Tanpa menaruh curiga, Panglima Mongol pun mengiyakan tawaran dari Raden Wijaya. Sisa pasukan Mongol dan Singhasari pun bahu membahu membersihkan sisa pertempuran di Kedaton Kadiri. Tak lama berselang, di ufuk timur mentari tlah terbit. Raden Wijaya segera memanggil Komandan telik sandi seraya berkata "Paman, bisakah kau menjemput istri dan keluargaku agar segera berkemas dari perkemahan, serta sampaikan salamku pada Kakang Adipati Arya Wiraraja atas perlindunganya pada keluargaku." Komandan telik sandi pun menjawab "Baiklah Raden, hamba undur diri segera hamba laksanakan" sembari melangkah pergi diiringi beberapa pasukan telik sandi lainnya.

"akhirnya Kadiri kembali kepadaku, sudah takdirnya dari Dewata Agung"

"semoga ini akan menjadi tempat yang penuh kenangan tak terlupakan sampai akhir hayatku kelak"

"Terima Kasih Dewata Agung atas segala restumu...."

"kini....aku harus melenyapkan tentara Mongol, agar Kubilai khan sadar sedang berhadapan dengan siapa di tanah Jawa ini"

Kegembiraan meliputi seluruh pasukan yang telah memenangkan pertempuran, pesta pora pun disiapkan dengan sesegera mungkin. Pertanda bahwa kemenangan ini adalah milik bersama. Namun siapa sangka di balik itu semua terselip sebuah rencana pengusiran bala tentara Mongol dari tanah Jawa. 

Sementara itu, Permaisuri sangat cemas karena sudah berhari-hari tidak ada kabar dari Raden Wijaya. Para dayang-dayang berusaha menghiburnya, bahkan menyiapkan makanan yang sangat lezat dan juga wewangian, namun Permaisuri tetap gundah tatkala tak kunjung mendapati kabar keberadaan Raden Wijaya. Hal ini juga menjadi kegelisahan bagi Adipati Arya Wiraraja, sahabat Raden Wijaya melihat kegelisahan Permaisuri. Berkatalah Adipati Arya Wiraraja pada Permaisuri "tenanglah Permaisuri, hamba yakin Gusti Raden Wijaya pasti berhasil mengalahkan Jayakatwang." Seketika Permaisuri menoleh seraya berkata "Kakang Adipati, kakang tidak mengerti betapa risaunya hati ini tidak menerima kabar dari Kanda Raden Wijaya." Adipati Arya Wiraraja pun menjawab "hamba yakin Permaisuri, Gusti Raden baik-baik saja... Percayalah, Dewata Agung kan melindungi Gusti Raden Wijaya."

Percakapan mereka terhenti tatkala mendengar derap langkah pasukan datang...

Berkatalah Permaisuri pada para dayang "kalian coba lihat siapakah gerangan yang datang, apakah Kanda Raden Wijaya?" tanya Permaisuri. Bergegaslah para dayang keluar perkemahan untuk memastikan kedatangan keadaan. Lalu, salah satu dayang berkata "Ampun Permaisuri, sepasukan telik sandi datang menghadap hendak menyampaikan pesan." 

"jangan...jaangaan..."

"apakah Kakanda baik-baik saja?"

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Permaisuri kemudian keluar menemui pasukan telik sandi seraya berkata "Dimana Kanda Raden Wijaya?" seru Permaisuri dengan cemas. Lalu Komandan telik sandi menjawab "tenanglah Permaisuri, Raden Wijaya baik-baik saja dan kami diperintahkan untuk meminta Permaisuri ikut menyusul ke Kedaton Kadiri sekarang juga." 

Dengan mata berkaca-kaca Permaisuri pun duduk bersimpuh dan berkata "terima kasih Dewata Agung, terima kasih Paman...telah menjaga Kanda Raden Wijaya" , lalu seraya mengusap air matanya, Permaisuri berkata "baiklah Paman, kami segera bersiap menyusul" dan kemudian Permaisuri segera memerintahkan para dayang untuk berkemas. Adipati Arya Wiraraja yang mendengar berita itu kemudian berkata pada Komandan telik sandi "Jayakatwang sudah terbunuh Paman?" Kemudian, Komandan telik sandi menjawab "Jayakatwang telah terbunuh saat perang tanding dengan Raden Wijaya." 

Adipati Arya Wiraraja tersenyum bangga sahabatnya telah berhasil memenuhi sumpah ksatrianya. Segera Adipati Arya Wiraraja pun berkata "baiklah, jika begitu aku ikut dengan rombongan menuju Kadiri".

Dengan segera rombongan besar itu pun berangkat menuju Kadiri diiringi oleh para pasukan telik sandi. Suasana gembira meliputi seluruh rombongan Permaisuri dan juga Adipati Arya Wiraraja. Kebahagiaan ini menyeruak begitu saja mendengar berita bahwa Raden Wijaya berhasil menaklukan Jayakatwang.

Sementara itu, di Kedaton Kadiri.....

Segala persiapan untuk pesta sudah selesai. Raden Wijaya sedang asik berbincang dengan Panglima Mongol. Tanpa ada perasaan curiga, Panglima Mongol memutuskan untuk mengikuti pesta yang akan diadakan.  Sedangkan pesta ini merupakan bagian dari rencana Raden Wijaya.

"maafkan aku Panglima Mongol...."

"tapi...sebagai ksatria, aku tak'kan tunduk pada siapapun..."

"begitu juga dengan Kubilai Khan."

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang