"sejauh ini siasatku masih berjalan dengan baik"
"lebih baik aku berhati-hati"
"wilayah ini penuh dengan pemberontak"
Dalam penyamarannya, Gadjah Mada tetap berusaha waspada meskipun tak ada seorang pun yang mengetahuinya. Sesampainya di ibukota Ponorogo, Gadjah Mada kemudian segera pergi menyelinap ke pemukiman. Teryata wilayah ini memang merupakan markas besar dari para pengikut Ra Kuti. Sejatinya, mereka setia pada Majapahit. Namun, mereka tidak suka dengan Jayanagara. Karena dianggap masih kurang mumpuni dalam menjadi pemimpin, dan disamping itu, Jayanagara juga tidak memiliki wibawa seperti Ramanya.
Setelah menyelinap ke pemukiman dan mencari beberapa informasi dari warga tentang keberadaan para pemberontak, Gadjah Mada lalu beranjak menuju sebuah kedai kecil nan ramai.
"pasti disanalah aku kan mendapatkan banyak informasi"
"baiklah aku harus kesana sekarang juga"
Dengan langkah pasti, Gadjah Mada berjalan menuju kedai kecil di dekat pasar. Terdengar olehnya riuh rendah suara para pengunjung kedai. Sesampainya di kedai tersebut, Gadjah Mada segera memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh. Agar segala pembicaraan yang ada mampu didengarnya. Dan benar saja, segala pembicaraan itu memang mengarah tentang rencana penyerbuan Kadiri. Seketika Gadjah Mada merasa darah mudanya mendidih, tidak terima dan seakan-akan ingin mengamuk. Namun Gadjah Mada berusaha menahan diri untuk tidak terpancing emosi. Kemudian dengan tenang, Gadjah Mada menghampiri orang-orang yang sedang berbicara tersebut.
"lebih baik aku bergabung dengan mereka"
"agar semakin sempurna penyamaranku"
"tak'kan ku biarkan kalian mengacau di Bhumi Majapahit lebih dari ini"
Lalu dengan tenang, Gadjah Mada memperkenalkan diri dan dengan cepat pula ia diterima. Mereka tidak sadar sama sekali, bahwa Gadjah Mada bukanlah teman mereka. Dengan berbaur Gadjah Mada pun mengetahui banyak hal. Sekaligus menyusun rencana agar mereka tidak jadi menyerang Kadiri. Tak lama kemudian, datanglah para kepala pemberontak di kedai itu. Kemudian, kepala pemberontak memerintahkan untuk segera bergabung dengan pasukan di alun-alun kota. Karna hendak melakukan penyerangan.
Gadjah Mada melihat sebuah kesempatan besar. Dengan sigap Gadjah Mada mengikuti para pemberontak itu berkumpul di alun-alun. Sore itu terasa begitu sunyi. Tak ada raut wajah gembira, yang ada hanya kebengisan, dan benci. Para pemberontak itu seolah lupa, bahwa mereka bisa menikmati kehidupan layak di bhumi Majapahit berkat Raden Wijaya dan Jayanagara. Tapi sekali benci tetaplah benci. Begitulah yang Gadjah Mada rasakan tatkala membaur dengan mereka.
Malam pun tiba dan seluruh pemberontak sedang mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang ke Kadiri. Segala perbekalan dipersiapkan, senjata, dan pakaian tempur pun tak luput juga mereka siapkan. Malam itu juga Gadjah Mada menyelinap pergi menemui salah satu telik sandi guna mengabarkan informasi yang didapatkan. Gadjah Mada juga mempersiapkan sebuah siasat untuk menjebak para pemberontak saat di perjalanan.
Pertemuan itu terjadi di sebuah hutan lebat di wilayah tenggara Ponorogo. Telik sandi segera menyambut Gadjah Mada dan kemudian berdiskusi. Berkatalah Gadjah Mada pada telik sandi "segeralah kalian persiapkan perangkap, dan lumurilah senjata kalian dengan bisa ular." Telik sandi pun mendengarkan dengan saksama. Lalu Gadjah Mada menambahkan "gunakan waktu kalian dengan sebaik-baiknya, dan jangan melakukan hal yang sia-sia."
Setelah pertemuan singkat itu, Gadjah Mada kembali pada pasukan pemberontak agar tidak dicurigai kepergiannya. Dan begitupun juga dengan para telik sandi, mereka segera mempersiapkan apa yang diminta oleh Gadjah Mada. Dalam perjalanan kembali, Gadjah Mada terus memikirkan siasat lain untuk melumpuhkan para kepala pemberontak.
"meskipun kalah dalam jumlah"
"belum tentu kalah dalam akal"
"kita bisa menang karna kita saling percaya"
"tak ada curiga"
"semua ini demi bhumi Majapahit"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/177135524-288-k22994.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT
Ficción históricaKisah tentang sebuah kerajaan Siwa-Budha yang pernah hadir di bumi Nusantara pada abad 9 Masehi yang kemudian menjadi pemersatu Nusantara dibawah seorang Panglima Perang Gadjahmada. Kini kisah ini akan saya angkat sebagai sebuah cerita sederhana yan...