SANG TABIB ISTANA

954 61 0
                                    

"ketika segalanya telah seperti sediakala"

"Jayanagara bersiap menyambut kedatangan para pasukan"

"segala sesuatunya tlah dipersiapkan dengan matang"

Suasana di istana Kadiri ramai dengan kesibukan setiap orang yang sedang mempersiapkan penyambutan para pasukan yang kembali dari medan peperangan. Jayangara pun sibuk hilir mudik memantau setiap aktivitas. "ini haruslah menjadi kemenangan setiap insan di bhumi Majapahit" gumam Jayangara. Segala hal dipersiapkannya, mulai dari kebutuhan makanan, minuman dan juga medis bagi pasukan yang terluka. Di tengah hiruk pikuknya keadaan, Jayangara menyempatkan pula untuk menemui tabib istana Ra Tanca. Mereka berbincang hangat di padepokan sang tabib. Jayanagara mengutarakan keinginannya kepada sang tabib agar ikut serta dalam perayaan yang diadakannya. Sebagai seorang tabib kepercayaan, sudah tentulah Ra Tanca tak menolak undangan tersebut. Namun dalam hatinya, Ra Tanca menyiapkan sebuah siasat. "karena Ra Kuti gagal dalam melancarkan serangannya, kini saatnya aku yang melenyapkan Jayanagara".

Segera setelah menemui Ra Tanca, Jayanagara beserta pengawalnya pun kembali ke Kedaton. Setelah mendengar kabar bahwa pasukan Gadjah Mada sudah dekat dengan Kadiri, Jayangara memerintahkan para pengawal untuk menjemput pasukan Gadjah Mada. Sementara itu, Jayanagara sendiri hendak mempersiapkan diri menyambut kedatangan Gadjah Mada beserta pasukannya. "sebuah kehormatan bagiku memiliki pasukan lihai dan tangkas seperti Gadjah Mada, dan mungkin lebih baik ku jadikan saja Gadjah Mada kepala pasukan Majapahit agar semakin disegani lawan maupun kawan" gumam Jayangara. 

Sore harinya, Gadjah Mada dan para pasukannya tiba disusul dengan rombongan Tribuwanatunggadewi dan pasukannya. Setelah berbincang sejenak, mereka pun bersama-sama melangkahkan kaki menuju Kedaton. Sementara itu para pasukan yang terluka dibawa menuju tempat pengobatan yang tlah disiapkan. Sembari menunggu kehadiran Jayangara, Gadjah Mada dan Tribuwanatunggadewi terlibat perbincangan tentang keadaan yang tlah terjadi. Sembari bertukar informasi, dan juga kondisi peperangan yang dialami masing-masing.

Tak lama kemudian, Jayanagara pun muncul dan bertanya "selamat datang, Gadjah Mada dan Adinda Tribuwanatunggadewi, bagaimana perjalanan kalian?" Gadjah Mada dan Tribuwanatunggadewi serentak menjawab "kami baik-baik saja Paduka Raja, dan terima kasih atas penyambutan dan pelayanan yang Paduka Raja berikan pada pasukan kami". Lalu Jayangara menjawab, "tak apa hanyalah sebuah keharusan bagiku untuk menyambut kalian yang sudah mau berkorban bagi keutuhan Majapahit". Lalu Jayangara, dan Tribuwanatunggadewi dan Gadjah Mada terlibat dalam pembicaraan yang mendalam. 

Tanpa disadari, pembicaraan mereka sedang didengar oleh Ra Tanca dari balik bilik pengobatan. Ra Tanca sendiri sedang meracik racun yang sangat kuat untuk diberikan pada Jayangara. Teryata tak hanya Ra Kuti saja yang tidak mengakui Jayangara sebagai Raja Majapahit, namun juga Ra Tanca meskipun mereka tlah bersumpah setia pada Majapahit. Rasa dendam membuat mereka menjadi lupa akan segalanya. Melakukan segala cara hanya agar bisa melampiaskan dendam amarah mereka. "dengan ramuan ini, maka tamatlah riwayatmu Jayanagara!"

Malam pun datang, rombongan pasukan Amurwabhumi pun tlah sampai di Kedaton dan segera bergabung dengan yang lainnya. Kemudian pesta pora pun dimulai dan kemeriahan serta kegembiraan tlah merasuki para pasukan yang lelah setelah peperangan. Diantara kemeriahan itu, Ra Tanca menyelinap dan menuangkan racun buatannya kedalam minuman yang khusus disediakan bagi raja dan tamunya. Lalu Ra Tanca pergi dan bersembunyi menunggu momen tepat saat Jayanagara meminumnya. "segera minum dan pergilah kau dari dunia ini Jayangara" gumam Ra Tanca.

Tak berselang lama, Jayangara dan para tamu undangan pun duduk bersama, dan kemudian para pelayan menyajikan makanan dan minuman yang sudah tersedia. Ketika Jayangara mengangkat gelas tanda kemenangan, Gadjah Mada dan Tribuwanatunggadewi tak serta merta ikut meminumnya. Setelah Jayangara dan para tamu undangan lain meminumnya, tak butuh waktu lama, racun tersebut segera bekerja dan satu persatu tamu undangan berjatuhan keracunan, begitu pun dengan Jayangara. Sontak hal ini membuat kaget Gadjah Mada dan Tribuwanatunggadewi, dan berserulah Gadjah Mada "KALIAN SEMUA DILARANG MENINGGALKAN TEMPAT INI, DAN SEGERA TANGKAP SIAPAPUN YANG HENDAK PERGI DARI TEMPAT INI!!!" 

Suasana gembira berubah mencekam tatkala Jayangara dan para tamu undangan lain meninggal karena menenggak racun. Gadjah Mada dan Tribuwanatunggadewi segera melakukan penyisiran ke seluruh Kedaton. Ra Tanca yang sedang bersembunyi segera melarikan diri namun hal ini diketahui oleh seorang dayang yang segera melaporkannya pada Gadjah Mada.

"beraninya KAU!!!!!"

"melakukan hal ini ditengah-tengah kegembiraan rakyat Majapahit"

"TAK KAN ADA AMPUNAN BAGIMU"

"Ra Tanca terhunus keris Gadjah Mada"

"jatuh ke tanah dengan bersimbah darah"

"lagi-lagi Majapahit kehilangan pemimpin dan kini situasi menjadi tidak menentu"

***

MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang