<Raina Ayra Davinzi>
Seperti yang dikatakan oleh Kai kemarin, Ayra hari ini harus mengikuti rapat. Saat ini bel baru saja berbunyi. Sementara itu Ayra masih sibuk mencatat tulisan di papan tulis. Teman-temannya sudah berhamburan keluar kelas.
Sekarang hanya tinggal Ayra, Vania, dan Dinda di dalam kelas. Selesai dengan catatannya, Ayra membereskan buku-buku dan alat tulis yang masih berada di mejanya. Ia memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya. "Ra, lo pulang bareng gue sama Dinda atau dijemput abang lo?" tanya Vania.
"Ntar gue dijemput abang gue kok. Gue kemarin diajak rapat sama Kak Kai, jadi perwakilan bendahara kelas 11," jawab gadis itu.
"Ya udah deh, gue sama Dinda duluan ya."
"Iya." Ayra selesai membereskan barangnya, ia segera berjalan keluar kelas. Tepat di depan kelas Ayra, Kai sudah menunggu.
"Eh, Kak," ucapnya saat mendapati seorang cowok yang tengah bersandar di dinding kelasnya. Setelah menyadari keberadaan Ayra, Kai berdiri dan melangkah mendekati gadis itu.
"Udah?" Ayra mengangguk. "Ke ruang OSIS sekarang yuk, takut di tungguin."
"Iya deh, nggak enak juga kalo bikin mereka nunggu." Kai dan Ayra berjalan menuju ruang OSIS. Tampaknya sudah banyak orang di dalam. Kai dan Ayra masuk ke dalam ruangan itu. Ayra duduk di samping Kai, sedangkan masih ada dua kursi yang kosong.
"Shea, siapa yang belum datang? " tanya Kai pada salah satu orang.
"Angga sama Chandra," jawab cewek yang tadi dipanggil Shea itu.
"Sorry gue telat," ucap seorang cowok yang baru saja datang.
"Ndra, Angga mana? Kok nggak bareng sama lo?" tanya Shea. Cowok tadi berjalan ke arah salah satu kursi yang kosong dan duduk di sana.
"Ada keperluan, Angga nggak bisa dateng hari ini," ucapnya.
"Ya udah Kai, mulai aja."
Kai memulai rapat hari ini. Meskipun ada satu orang yang tidak ikut rapat, tapi semuanya tetap berjalan. Angga memang kapten basket, tapi ia jarang untuk mengikuti rapat-rapat apapun itu. Ia mendapatkan posisi kapten basket sekolah juga karena skill yang dimiliki di atas yang lain. Angga jago banget dalam main basket, prestasinya tidak usah di tanya lagi. Bulan depan, Angga harus mengikuti pertandingan basket nasional.
❄❄❄
Rapat telah usai, tapi Ayra belum dijemput. Sebenarnya sepupunya juga bersekolah di SMA ini tapi dia sudah pulang lebih dulu tadi. Ayra akhirnya berencana untuk naik taksi saja. Ia berjalan menuju halte di samping sekolah. Jalanan sekitar sekolah telah sepi. Mungkin karena waktu juga sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.
Ayra mengecek handphone, siapa tahu ada pesan dari kakaknya. Gadis itu mencoba menelpon kakaknya. Setelah beberapa kali tak dijawab, kini akhirnya abangnya menjawab telponnya.
"Halo, Bang kok belum jemput sih? Gue sendirian nih."
"Sorry, Ra. Lo masih di sekolah kan?"
"Iya. Gue di halte deket sekolah, lo cepetan jemput."
"Iya, ini gue udah mau otw kok."
"Ya udah, bye."
Tiba-tiba, tiga motor berhenti di depan Ayra. "Widih, cecan nih bro. Anak Harapan lagi." Ayra mulai diselimuti rasa takut. Salah seorang pemuda tadi turun dari motornya dan diikuti dua orang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...