Angga telah bersiap untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Ia turun dari kamarnya menuju depan rumahnya. Saat Angga melewati ruang tamu seseorang duduk di salah satu sofa yang ada di sana sambil memainkan ponsel."Sekolah?" tanya seseorang yang entah sejak kapan berada di sana.
Kris berdiri sambil meletakkan ponselnya di meja. Cowok itu berjalan menghampiri Angga. Entah sejak kapan Kris berada di rumah Angga. Seingat Angga sendiri hari ini Kris menghadiri pertemuan di Beijing.
"Bukan harusnya lo di Beijing?" tanya Angga dengan datar.
"Gue baru aja dari bandara, gue ke sini karena nanti sepulang sekolah lo harus ikut gue ke Shanghai. Pimpinan perusahaan harus hadir dalam pertemuan kali ini. Lo nggak lupa kan kalau Om Wira udah mengundurkan diri dari jabatan itu?" ucap Kris.
Angga memikirkan sejenak omongan Kris tadi. Papanya memang sudah mengundurkan diri dan kakeknya meminta Angga untuk memimpin perusahaa. Kenapa bukan Kris? Jawabannya tak lain adalah karena laki-laki itu nantinya juga akan ditunjuk untuk menggantikan posisi pemimpin perusahaan keluarganya sendiri, perusahaan keluarga Arthalingga.
Betapa lelahnya Angga nanti, jika pulang sekolah harus segera menuju bandara. Padahal biasanya jadwal penerbangan malam hari. Tapi kali ini mengapa harus sepulang sekolah? "Apa nggak bisa lo aja?" tanya Angga.
Kris menggelengkan kepalanya yang merupakan isyarat jika Angga tetap harus hadir. Angga menghela napasnya, kenapa hidupnya harus penuh tekanan seperti ini. Tadi malam saja, Angga baru tidur sekitar pukul setengah dua dini hari. Itu karena ia harus mengerjakan pekerjaannya lalu disambung mengerjakan PR.
"Biar gue yang nganterin lo. Nanti siang gue bakal jemput lo, kita langsung ke bandara," ucap Kris.
Angga tidak mungkin menolak omongan Kris. Ia tidak ingin mengecewakan kakeknya untuk kali ini. Kakeknya telah memberikan Angga kepercayaan untuk memimpin sebuah perusahaan besar di usianya yang masih duduk di bangku SMA.
Akan tetapi Angga kadang merasa tertekan dengan semua ini. Kadang ia harus mengonsumsi obat penenang untuk membuat dirinya tidak depresi.
"Terserah apa mau lo," ucap Angga.
Angga berjalan dulu menuju mobilnya. Kris hanya bisa memaklumi sikap Angga yang seperti ini. Ia tau Angga pasti tertekan dengan semuanya. Kris berjalan menyusul Angga ke mobil. Hari ini Kris yang menyetir mobilnya. Ia segera menjalankan mobil menuju sekolah Angga.
Hanya butuh lima belas menit, mereka sampai di sekolah. Angga segera turun dari mobilnya. Setelah itu Kris lalu pergi dari tempat itu. Angga melangkahkan kakinya memasuki area sekolah.
Pagi ini, Angga merasa ada yang aneh. Semua murid terlihat menjaga jarak dengan Angga. Setiap Angga lewat, mereka menyingkir memberi jalan. Angga sendiri bingung melihat sikap mereka semua. Jika biasanya setiap Angga lewat mereka histeris, tapi untuk kali ini mereka hanya diam seribu bahasa. Bahkan tak ada yang berani berbicara.
Awalnya Angga mengabaikan mereka semua. Ia berjalan menuju kelasnya, kali ini juga ada yang aneh. Tiba-tiba saat Angga memasuki kelas, siswa-siswi yang sudah berangkat dan berada di dalam kelas memilih keluar saat Angga datang. Dan saat melewati Angga mereka menunduk, tak seperti biasanya.
Kini hanyalah tersisa Chandra yang berada di dalam kelas. Cowok itu asik sendiri dengan ponselnya. Entah apa yang ia lakukan sekarang, tapi sepertinya ia tak menyadari keberadaan Angga.
"Chandra!" panggil Angga sedingin mungkin.
"Eh, Angga. Lo udah berangkat?" tanya Chandra. Angga memutar bola matanya malas. Pertanyaan Chandra sudah tidak membutuhkan jawaban lagi. Sudah jelas sekarang Angga berdiri di hadapannya. Pastilah Angga sudah berangkat sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/178029001-288-k865404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...