Saat ini Ayra, dan Vania tengah menunggu seseorang yang berada di kantin. Tadi Ayra mengajak Irene untuk bertemu dengannya dan Vania. Kemarin Vania sendiri sudah bertemu dan berkenalan dengan Irene. "Hai Ra, Van," ucap seseorang dari belakang.
"Oh. Hai, Ren." Ayra dan Vania membalas sapaan Irene secara bersamaan. Irene memperhatikan ekspresi Ayra yang murung. Tak seperti Ayra yang biasanya ia temui.
"Lo kenapa Ra?" tanya Irene.
Ayra kemudian terdiam. Ia masih memikirkan cara untuk mencari tahu siapa sebenarnya pelaku yang menyebarkan identitas Angga. Ini hari terakhir bagi Ayra. Jika tidak, Angga pasti akan sangat marah padanya dan entah apa yang akan terjadi nantinya.
"Ra, jangan diem aja dong. Van, si Ayra kenapa sih?" Irene kini bertanya pada Vania.
"Ayra lagi ada masalah,,," Vania menceritakan semuanya pada Irene.
Sekarang Irene paham mengapa Ayra seperti ini. "Siapa sih kakak kelas yang tega bilang kamu kayak gitu?" tanya Irene setelah mendengar penjelasan Vania.
"Kak Angga," jawab Vania.
Angga, Irene merasa tidak asing dengan nama itu. Sepertinya, Irene pernah mendengar nama Angga. Namun, di mana?
"Udahlah Van, ini juga bukan salahnya Angga. Wajar kalo Angga curiga sama gue, kan yang tau kalo Angga penerus dari pemilik sekolah cuma gue sama Chandra. Dan selama hanya Chandra yang tau, rahasia Angga selalu aman," ucap Ayra.
"Gue yakin kok Ra, kebenaran itu pasti akan terungkap. Terkubur sedalam apapun, kebenaran pasti akan muncul dengan sendirinya," ucap Irene.
Sementara itu di taman sekolah, Shea, Nindi, Tania dan Dinda tengah berkumpul bersama. Seperti biasa, kalau mereka lagi ngumpul pasti ada yang menjadi topik pembicaraan mereka.
Shea sepertinya masih badmood kali ini. Mungkin karena masalah tadi pagi. Apalagi Evan terlihat sangat dekat dengan Irene yang notabenenya masih sebagai siswa baru di sekolah.
Irene mungkin akan menjadi target seorang Shea Aqueenza mulai sekarang. Kadang Shea memang aneh, ia sama sekali tak memiliki rasa pada Evan. Bahkan ia sendiri yang mempermainkan Evan, namun kini rasanya terbalik.
Akhir-akhir ini Eric yang merupakan pacarnya Shea sulit untuk dihubungi. Setiap kali Shea minta bertemu, Eric selalu bilang menolak dengan alasan skripsi. "Shea Aqueenza yang cantiknya tiada tara, lo ngapain sih bengong mulu dari tadi?" tanya Nindi yang dihadiahi tatapan sinis dari Shea.
"Diem lo!" ucap Shea setengah membentak.
"Udah tau Shea lagi badmood malah lo gituin," bisik Tania pada Nindi.
"Udah dipuji kayak gitu masih aja sensi ama gue," balas Nindi pada Tania.
"Gue punya telinga!" bentak Shea. Dinda yang bosan mendengar keributan ketiga kakak kelasnya itu, melangkah menghampiri Shea. "Kak, rencana lo gimana buat balas dendam sama Ayra?" tanya Dinda.
"Udah berjalan," jawab Shea singkat. Shea tersenyum miring. Dinda sama sekali tidak mengetahui maksud dari Shea. Ekspresi wajah Shea berubah seratus delapan puluh derajat dari yang tadi.
"Kak Shea, lo kenapa sih?" tanya Dinda.
Flashback on
Setelah Chandra dan Ayra pergi dari toilet, Dinda tiba-tiba datang. Ia tidak tau apa yang dialami Tania hingga ia basah kuyup seperti yang ia lihat saat ini.
"Ihhhhh! SUMPAH!!!, SIALAN BANGET TUH CEWEK!" teriak Tania yang kesal.
"Din, kebetulan lo ke sini. Beliin si Tania seragam di koperasi gih. Kasian tuh basah kuyup," ucap Shea sambil mengeluarkan sejumlah uang lalu memberikannya pada Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...