Saat ini, Kris dan yang lainnya sedang dalam perjalanan untuk kembali ke Jakarta. Matahari sudah mulai tenggelam dan hari sudah mulai gelap. Dari tadi, ia terus memperhatikan Ayra yang memperlihatkan wajah cemasnya.
Tadi saat sampai di villa milik Angga yang berada di Bandung, Angga sama sekali tidak berada di tempat itu. Mereka sempat mencari di sekitar tempat itu. Namun nihil, Angga tidak ditemukan.
Mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke Jakarta karena hari mulai gelap. Namun saat ini Ayra masih terlihat sangat khawatir dengan keadaan Angga saat ini. Ada sedikit rasa bersalah dalam diri Ayra. Andai saja saat itu Ayra tetap mengejar Angga, pasti Angga tidak menghilang seperti ini.
Sesekali Kris menoleh ke arah Ayra. Dari raut wajah Ayra, Kris menjadi semakin yakin jika Ayra ada sebuah rasa pada Angga. Tidak mungkin jika Ayra terlihat sangat khawatir jika bukan karena perasaan tertentu.
"Ra, coba kamu chat temen kamu. Kasih tau mereka kalau kita makan dulu, di depan ada rumah makan, kita ke sana dulu," ucap Kris memecah keheningan.
"Gimana sama Kak Angga?" tanya Ayra.
"Soal Angga, kita lanjut cari besok. Sekarang kita makan dulu, yang terpenting sekarang kondisi kamu. Kamu dari tadi siang belum makan loh Ra, kalo kamu sakit gimana mau nyari Angga?" ucap Kris berusaha membujuk Ayra.
Ayra terdiam tak menjawab Kris. Dalam pikirannya kini hanyalah keadaan Angga. Ayra merasa bersalah karena ia yang menyebabkan Angga pergi dari rumahnya.
"Sekarang kamu kasih tau temen kamu sama Chandra dulu," ucap Kris.
Ayra kemudian mengeluarkan ponselnya lalu mengirim pesan pada Irene untuk memberitahu Irene dan juga Chandra untuk ke rumah makan yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.
❄❄❄
Selesai makan, mereka keluar dan melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Jakarta. Namun sebelum itu, saat mereka keluar dari rumah makan itu ponsel milik Kris berbunyi. Kris lalu mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo, ada apa?"
"..."
Entah apa yang dikatakan penelpon itu, tiba-tiba ekspresi wajah Kris berubah dari sebelumnya. Kris langsung mematikan telepon itu. Ia lalu menarik napas dalam dan membuangnya dengan kasar.
Sikap Kris yang sangat berbeda dari sebelumnya membuat Ayra, Chandra, dan Irene saling menatap bingung. Sebenarnya ada apa yang sampai membuat Kris seperti ini.
"Kak, tadi telepon dari siapa? Apa itu dari Angga?" tanya Ayra penasaran.
"Lo kenapa?" tanya Chandra yang tak kalah penasaran.
Kris lalu kembali membuka ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu yang membuat Ayra semakin penasaran dengan apa yang Kris lakukan sekarang.
Tak lama ponsel milik Chandra berbunyi, bukan sebuah telepon melainkan sebuah notif pesan. Namun anehnya sang pengirim pesan itu adalah Kris. Pemuda yang saat ini berdiri tak jauh dari posisinya berada.
Chandra membuka pesan itu. Namun pesan itu justru membuat Chandra semakin bingung.
Kris
Sampai Jakarta langsung siap-siap,
besok pagi kita berangkat ke Singapore,
jangan kasih tau Irene maupun Ayra.Chandra lalu melihat ke arah Kris dengan ekspresi wajah seakan meminta penjelasan dengan apa yang ia maksud barusan.
"Kita lanjut ke Jakarta," ucap Kris yang langsung melangkah begitu saja meninggalkan mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...