Hari ini SMA Harapan Bangsa melakukan kegiatan upacara bendera. Seluruh murid datang lebih awal dengan seragam yang lengkap tentunya. Ini dilakukan agar mereka terhindar dari hukuman yang menanti di ruang BK."Ra, lo yakin mau ikut upacara? Muka lo pucat gitu," tanya Vania saat sedang berjalan menuju halaman upacara dengan Ayra dan Dinda.
"Gue nggak papa Van. Mungkin efek kurang tidur, semalem gue begadang nonton drakor." Tadi malam ia tidur sekitar jam dua pagi.
"Ih, tapi gue streaming k-pop bahkan nonton drakor ampe pagi juga nggak pernah kayak gitu," ucap Dinda, paling paling dia nonton biasnya juga. Tapi jangan salah, list biasnya Dinda udah nggak bisa dihitung.
"Serius gue nggak papa, lo berdua tenang aja."
"Awas aja lo pingsan."
"Udah ah, udah mau mulai. Nanti kena tegur guru BK lagi kalo masih di sini."
"Iya juga sih."
Mereka bertiga masuk ke dalam barisan kelas mereka. Seluruh siswa berbaris rapi di halaman upacara sesuai dengan kelas masing masing. Anggota PMR juga berjaga dibelakang setiap barisan jika ada yang pingsan nantinya.
Angga sebagai ketua PMR juga turut berjaga dibarisan kelas 11 IPA 1. Angga memang terlalu sibuk dengan kegiatannya akhir-akhir ini. Namun ia tak bisa meninggalkan kewajibannya.
Upacara dimulai, pagi ini matahari cukup terik. Satu persatu rangkaian acara dibacakan. Baru sekitar dua puluh menit setelah upacara dimulai, banyak murid yang berjatuhan. Rata-rata dari mereka adalah siswa kelas 10.
Petugas pengibar bendera melangkah membawa Sang Merah Putih untuk dikibarkan. Setelah itu, bendera mulai naik dengan diiringi lagu kebangsaan. Seluruh peserta hormat kepada bendera.
Setelah selesai menghormat, matahari bersinar lebih terik. Ayra merasa pusing dengan terik matahari yang langsung mengenai pandangannya. Tak lama, penglihatan Ayra menjadi gelap.
"Eh, tolong!" ucap Vania yang menahan tubuh Ayra bersama Dinda agar tidak jatuh.
"Kalian bantuin napa sih?" Dinda mulai panik dengan keadaan Ayra.
"Permisi!" ucap seseorang yang berusaha masuk dalam barisan kelas 11 IPA 2.
"Kak Angga, tolong bawa Ayra ke UKS," ucap Vania.
Tanpa menjawab omongan Vania, Angga langsung mengangkat tubuh Ayra dan membawanya keluar dari barisan menuju UKS.
Setelah agak lama, Ayra tersadar dan membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah seorang cowok yang tak lain adalah Angga yang tengah tertidur di sebuah kursi di sampingnya. Ayra baru menyadari satu hal, tangan kanannya digenggam oleh Angga.
Ayra melihat jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan itu artinya dia pingsan cukup lama. Bahkan Angga sampai tertidur.
Tak lama, Anggapun terbangun. Ia juga menyadari satu hal, tangannya mengenggam tangan Ayra. Ia segera melepaskan tangan Ayra.
"Maaf," ucap Angga.
"Saya yang minta maaf. Gara-gara saya Kak Angga jadi kecapekan dan sampai ketiduran di sini."
"Tolong pakek lo-gue aja."
"Iya, maaf." Ayra merasa canggung jika bersama Angga.
Bel istirahat pertama berbunyi. Ayra memang masih merasa pusing, namun ia tak ingin terjebak dalam suasana beku bersama Angga.
"Emmm Kak Angga. Kayaknya sa- gue ke kelas aja deh." Ucap Ayra.
"Wajah lo masih pucat, mending lo di sini. Gue yakin lo masih pusing."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...