Bimbingan telah usai, Bu Dewi terlebih dahulu meninggalkan perpustakaan. Kini hanya tinggal Angga dan Ayra yang berada di perpustakaan. Mereka sibuk membereskan buku-buku dan juga alat tulis mereka. Setelah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas, Angga langsung bangkit dan berniat untuk segera pergi dari tempat ini. Baru saja Angga melangkah, Ayra memanggilnya dan membuat langkahnya terhenti.
"Kak Angga!" seru Ayra.
"Kenapa?" tanya Angga yang lalu membalikkan badannya menghadap Ayra.
"Aku mau ngomong sama kakak."
"Lo pikir dari tadi lo ngapain kalo bukan ngomong?" tanya Angga dengan datar.
"Maksudnya-"
"Nggak usah basa-basi."
"Aku mau minta maaf sama kakak," ucap Ayra.
"Sadar juga kalo salah?"
Sekarang orang yang berada di depan Ayra itu kembali pada sisi paling menyebalkan seorang Dewangga. Udah ngomongnya datar, irit, nusuk hati lagi.
"Kak serius, aku mau minta maaf karena aku-"
"Udah nyebarin semuanya. Basi tau nggak, lo pikir dengan kata maaf mereka bakal bersikap biasa ke gue? Enggak!" sela Angga sebelum Ayra melanjutkan kalimatnya.
"Bukan itu maksud aku, tapi aku mau jelasin-"
"Jelasin seberapa bodohnya gue yang bisa percaya gitu aja sama lo?" Lagi-lagi Angga menyela omongan Ayra.
"Aku mau kasih tau kakak-"
"Kalo lo yang nyebarin semua itu? Iyakan?"
"Kakak bisa nggak sih jangan nyela omongan aku mulu?!" Ayra merasa geram dengan Angga.
"Lo niat minta maaf kok nyolot sih?"
Angga memang minta digorok lehernya. Kalau ngomong ternyata pedesnya minta ampun. Udah sopan ngomongnya pake embel-embel kakak, mana pake aku-kamu lagi. Eh malah bikin orang naik darah, minta ditampol emang. Sayangnya Ayra nggak akan berani lakuin itu, yang ada makin susah jelasin ke Angga.
"Oke, tapi tolong kakak jangan nyela omongan aku lagi," pinta Ayra.
"Serah, gue mau balik." Angga kembali melanjutkan langkahnya.
Saat sampai di depan perpustakaan, Angga berpapasan dengan Chandra. Sepertinya tadi Chandra memang sengaja untuk pergi ke perpustakaan. Tapi yang jelas bukan karena Chandra mau baca buku atau apapun yang menyangkut pelajaran, karena itu bukanlah sifat Chandra. Ia saja mengikuti pelajaran hanya jika moodnya sedang baik, jika tidak Chandra akan lebih memilih berada di rooftop sambil ngerokok.
Angga berjalan begitu saja melewati Chandra. Saat yang sama Ayra keluar dari perpustakaan dan memanggil Angga.
"Kak Angga!" seru Ayra.
Orang yang dipanggil namanya sama sekali tak merespon. Ayra akhirnya memutuskan untuk mengejar Angga. Chandra yang melihat ini menjadi bingung dengan mereka berdua. Chandra akhirnya juga menyusul kedua sahabatnya itu.
"Kak Angga, tunggu!"
Akhirnya Angga berhenti juga.
"Kak, gue mau kasih tau lo kalo bukan gue yang nyebarin semuanya. Yang ngelakuin itu adalah-"
"Basi tau nggak, nggak ada maling yang mau ngaku. Sama kayak lo, orang yang salah itu nggak akan mungkin ngakuin semua kesalahan yang dia perbuat," sela Angga sebelum Ayra mengucapkan nama dibalik semuanya.
"Kak, gue serius. Bukan gue yang lakuin itu semua."
Angga malah berbalik dan melanjutkan langkahnya baru saja Angga melangkah, lagi-lagi ada yang memanggil namanya. Namun kali ini bukanlah Ayra, melainkan Chandra. Angga menghela napasnya, dengan raut muka kesal Angga kembali berbalik. Kali ini ia menemukan Chandra tepat di samping Ayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Novela JuvenilDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...