Ayra sendirian di ruangan itu, sedari tadi Angga tak kunjung untuk kembali. Tak lama ada seseorang yang menepuk bahunya, Chandra. Siapa lagi kalo bukan dia. "Ngapain di sini?" tanya Ayra pada Chandra.
Sepertinya Chandra dengan bebas keluar masuk rumah Angga. Mereka bahkan lebih terlihat sebagai kakak adik karena kedekatan mereka. "Ini rumah temen deket gue, serah lah gue mau ngapain. Lo sendiri kenapa di sini?" tanya Chandra.
"Tadi Kak Angga ngajak gue buat balajar bareng. Tapi sampai sekarang dia nggak balik-balik," jawab Ayra.
"Angga lagi sama nyokapnya, wajar lah agak lama. Paling cekcok dikit." Ayra nembelalak mendengar pernyataan Chandra. Jadi Angga sering bertengkar dengan keluarganya? Apakah separah itu kondisi keluarga Ayra?
Rasa penasaran Ayra kembali bangkit. Mengapa Chandra seakan tahu semuanya tentang Angga? Juga tentang kehidupan Angga yang sebenarnya, apakah ia juga sama seperti Chandra? devil yang menyamar menjadi angel di depan orang lain?
"Kenapa lo liatin gue kayak gitu?" tanya Chandra.
"Apa Angga juga badboy kayak lo?" Pertanyaan Ayra membuat Chandra tertawa.
"Lo nganggep gue badboy?" tanya Chandra.
Ia dengan memasang tampang serius yang sukses membuat Ayra merasa takut. Chandra menatap lekat Ayra dan lagi-lagi keberanian Ayra semakin jatuh. Chandra kemudian tertawa lalu tersenyum miring. Ayra benar-benar tak habis pikir dengan sikap Chandra. Sangat-sangat aneh.
"Serah deh lo nganggep gue badboy atau apa, tapi lo tenang aja. Angga nggak kok, dia beda sama anak broken home kebanyakan. Ya intinya Angga ngelampiasin semuanya ke hal positif. Beda sama gue," ucap Chandra memberi penjelasan. Ucapan Chandra memnuat Ayra berpikir. Apa mungkin Chandra juga broken home hingga ia seperti sekarang ini.
"Jadi lo juga anak broken home?" tanya Ayra dengan rasa penasarannya.
"Nggak juga. Keluarga gue baik-baik aja,"
Lagi-lagi Chandra menyisakan tanda tanya untuk Ayra. "Terus kenapa lo kayak gitu?" tanya Ayra.
"Broken heart," giliran Ayra yang menahan tawa.
Ternyata Chandra pernah patah hati juga, bahkan sampai membuatnya jadi badboy seperti ini. Ia tak habis pikir dengan pola pemikiran Chandra.
Tak lama Chandra juga ikut tertawa. Ayra bertambah bingung untuk kesekian kalinya. Chandra benar-benar misterius.
"Lo percaya?" tanya Chandra yang masih tertawa.
Ayra mengangguk sekaligus tak mengerti makaud perkataan Chandra. Apakah Chandra selalu aneh seperti ini dari dulu?
"Gue bercanda kali Ra, gue nggak sebodoh itu buat jadi badboy cuma gara-gara cewek," ucap Chandra.
"Terus kenapa?"
"Penasaran aja rasanya jadi badboy, eh malah ketagihan," ucap Chandra.
"Itu lebih bodoh kali, Ndra," ucap Ayra yang membuat Chandra tersenyum miring.
Ayra kini mengetahui sebuah fakta. Fakta jika Chandra lebih menyukai tersenyum miring daripada tersenyum penuh dengan tulus. Memang badboy-able banget.Di tempat yang lain, ponsel di saku Angga berbunyi. Angga mengeluarkan poselnya dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Sebenarnya sangatlah malas untuk mengangkat telefon itu, karena yang pasti telefon itu akan menambah beban Angga.
"Besok gue sama kakek ke sekolah lo. Ada meeting sama donatur sekolah yang lain. Lo harus dateng," ucap seseorang yang berada di seberang sana.
"Gue nggak bisa ikut," ucap Angga.
Bagaimanapun Angga tak mau identitas nya sebagai cucu dari pemilik sekolah terbongkar. Ia tak ingin disegani oleh murid-murid di sekolah hanya karena mereka tau jika Angga adalah cucu pemilik sekolah.
"Lo harus ikut," ucap seseorang itu lagi.
"Gue harus sekolah, dan sekali gue bilang nggak bisa itu artinya nggak bisa!" tegas Angga yang langsung mematikan ponselnya. Angga mengacak acak rambutnya frustasi dengan keadaan saat ini. Kenapa ia harus hidup dengan segala kerumitan ini.
Sesaat kemudian Angga teringat pada Ayra. Gadis itu masih berada di ruang tamunya. Hampir saja Angga melupakan Ayra yang menunggu untuk belajar bersama. Tak lama Angga kembali, ia memilih untuk menuju kamarnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi, namun Ayra tak berani untuk mencampuri urusan Angga.
"Ra, gue tinggal bentar ya," ucap Chandra.
Ayra mengangguk dan selanjutnya Chandra menyusul Angga ke kamarnya. Chandra melihat Angga dalam keadaan yang sangat kacau. Ia penasaran dengan apa yang Angga bicarakan tadi.
"Nyokap lo bilang apa, Brother?" tanya Chandra pada Angga.
"Sama kayak biasa." Chandra paham dengan apa yang dimaksud Angga.
"Itu udah lama Ga, tolong lo ikhlasin. Lo nggak mungkin kan selalu ngehindar dari nyokap lo?" ucap Chandra.
Chandra tau penyebab Angga sulit memaafkan orang tuanya. "Dhita nggak akan bahagia kalo lo terus kayak gini," ucap Chandra.
Ardhita Arashel, orang yang membuat Angga seperti sekarang ini. Semuanya karena Dhita. Semenjak saat itu, Angga berubah menjadi ice prince. Bahkan ia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga.
"Tolong jangan bawa-bawa Dhita!" bentak Angga hingga terdengar dari luar.
"Tapi emang dia kan yang bikin lo kayak gini?" tanya Chandra.
Angga terdiam untuk kali ini. Dhita memang sangat berharga untuknya. Namun apalah daya manusia jika orang yang dicintainya telah kembali pada sang kuasa.
"Jangan bahas ini lagi, gue mau belajar sama Ayra. Kasian dia nunggu lama," ucap Angga.
Angga kemudian berjalan keluar kamarnya dan menghampiri Ayra. Chandra juga ikut bersama mereka, namun bukan untuk belajar. Chandra malah asik dengan ponselnya.
Saat Angga dan Ayra tengah berkonsentrasi belajar, Chandra tiba-tiba bersuara. "Ga, sepupu lo ngirim e-mail nih," ucap Chandra.
"Apa?" tanya Angga.
"Surat tugas lo buat ikut meeting sekolah. Perwakilan pemilik sekolah katanya," ucap Chandra. Angga langsung menoleh dan menatap tajam Chandra. Ia yakin Ayra juga menangkap omongan Chandra tadi.
"Ra, sampe sini dulu aja. Gue anter lo pulang," ucap Angga yang langsung bangkit.
Angga mengambil jaket dan kunci mobilnya sementara Ayra sibuk membereskan bukunya. Setelah itu Angga mengantar Ayra ke rumahnya.
[My Ice Prince]
A/N
Hai, penasaran siapa Dhita? Tunggu di part selanjutnya. Btw, Angga sayang banget sama Dhita katanya....
See you next part....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...