Pagi ini Ayra berangkat dengan terburu-buru. Tadi Angga menelponnya untuk membawakan buku fisika yang kemarin Ayra pinjam di perpustakaan dan menyuruh Ayra mengantarkannya pagi ini juga. Namun belum sempat Ayra menjawab, Angga terlebih dahulu mematikan telponnya.
Ayra berjalan cepat menaiki satu persatu anak tangga menuju kelas 12. Belum banyak siswa yang berada di sana karena masih pagi. Beberapa hari terakhir, Ayra memang sering berangkat pagi ketimbang biasanya.
Saat sampai di depan kelas Angga, Ayra menghentikan langkahnya sejenak untuk mengambil napas. Ia melihat ke dalam kelas yang ternyata tidak ada Angga di dalam. Tadi Angga yang menyuruhnya untuk berangkat pagi, tapi sekarang Angganya malah belum berangkat.
"Tau gini mending berangkat kayak biasa aja. Nyusahin aja," gumam Ayra.
"Oh, jadi gitu?" ucap seseorang dibelakang Ayra.
Ayra yang terkejut refleks membalikkan badannya dan menemukan sosok pemuda yang tak lain adalah Angga. Tapi Angga sama sekali tak membawa tas miliknya, berarti Angga sudah berangkat daritadi.
"Eh, Kak. Gue kira lo belum berangkat," ucap Ayra.
"Udah buruan, mana bukunya?" tanya Angga meminta buku itu.
Ayra mengambil buku yang Angga maksud di dalam tasnya. Setelah itu ia menyerahkan buku itu pada Angga.
"Yang nyebarin itu-"
"Nggak usah dibahas," ucap Angga menyela omongan Ayra.
Angga lantas meninggalkan Ayra begitu saja. Setelah Angga masuk ke dalam kelasnya, Ayra melihat Kai dan teman-temannya yang tengah berjalan kearahnya. Ayra lansung berjalan dengan cepat meninggalkan tempat itu. Ia berharap Kai tidak mengetahui keberadaannya.
"Ayra!" seru seseorang dari belakang.
Ayra menghentikan langkahnya mendengar itu. Dalam hatinya Ayra mengumpati dirinya, ia yakin jika itu dalah suara Kai. Ayra menunduk dan menutup matanya sejenak. Saat Ayra membuka matanya kembali, sepasang sepatu tepat berada di depannya. Ayra memberanikan dirinya mendongak untuk mengetahui siapa yang kini berada di depannya.
"Chandra?"
"Lo tenang aja, gue bantuin lo kok. Lo bisa pergi dari sini," ucap Chandra lirih.
Ayra lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Kai yang tadinya akan mengejar Ayra dihentikan Chandra ketika lewat di sampingnya. Teman-teman Kai saat ini berjalan menghampiri Kai dan juga Chandra.
"Jangan ganggu Ayra, dia lagi banyak masalah," ucap Chandra pada Kai.
Kai tak berkata apapun pada Chandra. Ia langsung mengajak teman-temannya pergi dari situ.
❄❄❄
Sore ini Ayra sendirian di rumah. Ayroz masih belum pulang, menjelang wisuda Ayroz semakin disibukkan dengan kegiatannya. Tadi jika biasanya ia dijemput oleh Ayroz, hari ini ia naik taksi online.
Saat ini Ayra tengah berada di ruang tamu dengan ditemani anime yang ia tonton di laptopnya. Jika sudah malam biasanya Ayra akan pindah ke kamarnya.
Tok...tok...tok...
Ada seseorang yang mengetuk pintu rumah Ayra. Ayra segera menutup laptopnya dan berjalan ke arah pintu. Setelah membuka pintu, rupanya Evan yang datang. Dulu memang biasanya Evan sering datang ke rumahnya. Namun akhir-akhir ini jarang.
"Tumben lo ke sini?" tanya Ayra.
"Emang nggak boleh main ke rumah sepupu sendiri."
"Serah lo dah," ucap Ayra yang kembali masuk ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...