< Devano Geraldo Archandra>
Vania tengah berjalan menghampiri tempat duduk Dinda. Ayra kini sedang berada di perpustakaan. Vania penasaran dengan apa yang ia lihat kemarin sore saat pulang sekolah. Jadi ia ingin menanyakan pada Dinda, mumpung Ayra nggak ada di kelas."Din, gue mau nanya sama lo. Kenapa kemarin lo pulang bareng Kak Kai?" tanya Vania serius.
Dinda sepertinya mengacuhkan Vania. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Vania. "Din, jawab!" seru Vania.
Sebenarnya kemarin Dinda pulang bersama Kai karena ada unsur kesengajaan. Dinda sengaja menelpon supirnya untuk tidak menjemput, lalu dia minta tolong pada Kai untuk mengantarkannya dengan alasan tidak ada yang menjemput.
Kai juga tidak mungkin membiarkan Dinda untuk pulang sendiri. Bagai manapun Dinda juga cewek, dan kemarin sudah sangat sore. Takutnya jika ada apa-apa kalo Dinda pulang sendirian.
Sebenarnya kemarin Dinda juga mengetahui kalo Ayra dan Vania melihatnya sedang pulang bersama Kai. Namun Dinda sengaja untuk tidak memberi tau Kai dan bersikap seolah tak tau apapun.
"Harus banget ya gue jawab pertanyaan fake friend kayak lo?" ucap Dinda dengan menekankan kata 'fake friend'.
Vania dalam hatinya bertanya, siapa sebenarnya yang layak untuk diberi julukan 'fake friend'. Pacar sahabat sendiri aja mau ditikung.
"Dinda gue serius!" tegas Vania.
Vania mulai jengah dengan sikap Dinda. Ia benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat. Sangat berbeda dengan Dinda yang ia kenal dulu.
Apalagi akhir-akhir ini Dinda sangat dekat dengan Shea dan teman-temannya. Mereka pasti memberikan pengaruh bagi pemikiran Dinda hingga seperti ini.
"Oh, jadi lo cemburu? Jangan-jangan lo juga suka sama Kak Kai?" tanya Dinda yang seakan menantang Vania.
Dinda mulai memancing-mancing emosi dari Vania. Vania sendiri berusaha seolah-olah tidak terpancing dengan perkataan Dinda.
"Gue nggak akan setega itu buat ngerebut pacar temen gue sendiri," ucap Vania dengan penuh penekanan. Vania mencoba untuk mengatur emosinya yang mulai naik karena Dinda.
Dinda dan Vania saling beradu mulut, beruntung keadaan kelas sedang sepi. Seluruh siswa-siswi lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di kantin. Tentunya untuk mengisi tenaga setelah pelajaran.
"Lo nyindir gue?" tanya Dinda.
"Kenapa? Kesindir juga lo?" ucap Vania yang tak ingin kalah dari Dinda.
"Sorry aja, tapi gue rasa gue nggak pernah punya temen yang namanya Ayra," ucap Dinda.
"Ayra temen gue, tapi gue nggam pernah inget kalo gue temenan sama cewek yang sering mainin cowok," ucap Vania.
"Maksud lo apa?!" Dinda mulai tersulut emosi.
"Nggak usah sok amnesia deh lo. Lo lupa sama Agra, apa lo juga lupa sama orang yang tiba-tiba jadi pacar lo dan bikin hubungan persaudaraan gue rusak. Lo udah amnesia siapa yang bikin hubungan saudara gue sama Agra renggang?" ucap Vania tanpa jeda.
Vania kembali mengungkit persoalan Agra. Jujur sampai sekarang Agra masih seperti memusuhi Vania. Dan itu juga karena Dinda."Gue nggak ngerusak hubungan lo sama Agra. Lo sendiri yang milih buat belain gue ketimbang sepupu lo itu!" seru Dinda yang tak merasa bersalah sama sekali.
"Itu karna dulu gue pikir lo sahabat gue Din, tapi ternyata lo lebih milih cowok daripada sahabat," ucap Vania.
"Alah, lo kalo di posisi gue juga gue yakin lo bakal ngelakuin hal yang sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...