Angga melangkahkan kakinya menuju ruang meeting sekolah. Ia sengaja memakai topi dan kacamata agar tidak ada murid lain yang curiga. Beruntung para siswa sedang mengikuti KBM, jadi rahasia Angga tetap aman.
Begitu sampai di depan ruang meeting, Angga langsung masuk ke dalam dan memulai untuk membuka rapat kali ini. Ia ingin meeting cepat selesai sebelum bel jam istirahat berbunyi. Dan setelahnya, Angga akan langsung berencana untuk pulang ke rumahnya.
Sementara itu di kelas Ayra, guru yang mengajar kali ini adalah guru biologi. Dari tadi Ayra sudah menahan kantuknya karena penjelasan guru yang serasa dongeng pengantar tidur. Namanya Pak Beni.
"Van, ngantuk nih gue," ucap Ayra pada Vania.
Untungnya tempat duduk mereka berada di barisan belakang sekarang, jadi guru yang mengajar tak terlalu memperhatikan mereka. Kalaupun mereka duduk di bangku paling depan, mereka nggak akan ngobrol sama sekali.
Meskipun cara ngajarnya bikin orang pengen tidur, tapi guru yang satu ini cukup killer. Ketahuan ngomong sedikit saja langsung ceramah sampai akhir jam pelajaran. Dan itu juga yang membuat malas murid yang lain. Mereka mendengar ceramahnya Pak Beni sama saja seperti dibacakan mantra tidur yang panjangnya minta ampun.
"Mending lo izin ke toilet deh, cuci muka dulu. Daripada ketahuan tidur di kelas, bisa kena semprot Pak Beni lo," saran Vania.
Kalau dipikir-pikir, Vania ada benarnya. Ayra kemudian meminta izin untuk ke toilet. Untungnya, Pak Beni memberi izin. Ayra lalu melangkah keluar dari kelasnya.
Setelah Ayra sampai di toilet ia langsung menyalakan air dan membasuh mukanya, rasa kantuknya lumayan berkurang. Tapi mau gimana lagi, nantinya ia juga bakal dengerin dongeng dari Pak Beni lagi.
Begitu Ayra ingin keluar dari toilet, tiba-tiba ia dihadang oleh tiga orang cewek. Mereka adalah Shea dan kawan-kawannya. Shea tersenyum miring ke arah Ayra. Sepertinya ia mempunyai dendam pada Ayra.
"Hai, Ayra!" ucap Nindi dengan nada yang makin membuat perasaan Ayra tidak enak. Mereka bertiga tidak mungkin sebaik itu pada Ayra.
Sekarang Nindi dan juga Tania melangkah mendekati Ayra, sementara Shea masih diam ditempatnya. Ayra mendadak takut dengan tiga orang seniornya itu. Apalagi mereka bertiga terkenal sebagai ratu bullying di sekolah.
"Kenapa? Takut sama kita?" tanya Tania dengan sorot mata yang menunjukkan kebencian.
"Ayra-Ayra. Anak kemarin sore mau coba cari masalah sama kita," ucap Shea. Cewek itu berjalan mendekati Ayra. Nindi yang tadi berada di samping Ayra kini memberi ruang pada Shea.
"Maaf ya Kak, tapi saya nggak pernah bermaksud buat cari masalah sama Kak Shea dan yang lain." Ayra bermaksud untuk menjelaskan pada Shea dan yang lain.
"Masih nggak nyadar juga lo!" bentak Tania yang memang terlihat benci kepada Ayra.
Ayra mulai merasa takut dengan ketiga orang yang kini berdiri di sampingnya. Apalagi saat ini toilet sangat sepi karena kegiatan belajar mengajar masih berlangsung.
Plak, sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Ayra. Tanpa aba-aba Shea melayangkan tangannya itu begitu saja. Kini pipi kanan Ayra memerah. "Itu akibat karena lo udah bocorin semuanya ke sepupu lo itu," bisik Shea pada Ayra. Cewek itu lalu menjauhkan dirinya dari Ayra. Ia menatap Tania dan Nindi sembari tersenyum miring. Respon Tania dan Nindi tak jauh berbeda dari Shea. Mereka juga tersenyum miring seperti Shea.
Tania lalu berjalan mendekati Ayra. "Heh! Lo tuh ya! Adek kelas nggak tau diri! Baru juga masuk sekolah ini, eh udah cari masalah sama kita-kita!" Tania makin tersulut emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...