My Ice Prince 50

14.5K 481 18
                                    

Perlahan Ayra mulai membuka matanya, masih di ruangan yang sama dengan orang yang sama. Angga, pagi ini ia belum juga membuka matanya. Padahal yang Ayra harapkan saat ia membuka matanya, Angga juga sudah bangun dari tidurnya. Namun, masih saja sama seperti kemarin.

Ayra baru menyadari jika tangannya masih menggenggam tangan Angga. Ya, Ayra sangat takut kehilangan Angga tadi malam. Ayra sangat bersyukur Tuhan masih memberikan Angga kesempatan untuk masih bernafas detik ini juga.

"Lo belum bangun juga Kak? Kenapa betah banget sih? Lo nggak tau seberapa khawatirnya gue sama lo? Gue takut Kak, gue takut lo pergi. Gue sayang sama lo, Kak."

"Ayra!" panggil orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Eh, Kak Naga?" Kris melangkah menghampiri Ayra. Pemuda itu merasa prihatin dengan keadaan Ayra saat ini. Matanya sembab karena menangis semalam. Kris menarik napasnya dalam, pandangannya kini tertuju pada sosok yang tengah terbaring di depannya yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Angga.

"Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Kris pada Ayra.

"Enggak, Kak," jawab Ayra.

"Kalo kamu sakit gimana? Siapa yang jagain Angga?"

"Ya udah deh kalo gitu," Ayra lalu bangkit dari duduknya. Saat ia mencoba melepaskan genggamannya dari tangan Angga, entah mengapa Ayra merasa jika Angga seperti menahannya. Ayra merasakan gerakan jari Angga, apa itu artinya Angga sudah sadar?

"Kak, tangannya Kak Angga."

"Biar kakak yang panggil dokter."

Setelah dokter yang menangani Angga datang, Kris dan Ayra keluar dari ruangan itu. Tak lama setelah dokter keluar, Kris langsung bangkit untuk menghampiri dokter tersebut. Awalnya Ayra ingin ikut dengan Kris tapi Kris menahannya. Saat ini Ayra hanya bersama dengan Chandra karena Kris dan Winda tengah berbicara dengan dokter itu.

Setelah dokter itu pergi, Ayra langsung bangkit menghampiri Kris dan Winda. Chandra juga ikut berjalan di belakang Ayra.

"Kak, gimana keadaan Kak Angga?" tanya Ayra pada Kris.

"Kamu lihat aja sendiri, yang jelas Angga udah sadar kok," ucap Kris yang berhasil membuat senyum mengembang di wajah Ayra.

"Oke." Ayra lalu kembali memasuki ruangan disusul Chandra.

Kris yang awalnya juga ingin masuk ke dalam menghentikan langkahnya melihat Winda, mamanya Angga. Wanita itu sekarang nampak gelisah.

"Tante nggak ikut masuk?" tanya Kris pada Winda.

"Tante takut kalau Mavin masih marah sama tante, kamu tau sendiri kan kalo Mavin dari dulu nggak pernah suka dengan keberadaan tante di sekitarnya?" ucap Winda.

Ya, Kris tahu betul bagaimana hubungan Winda dengan Angga yang berbeda dari seorang ibu dengan anaknya kebanyakan. Angga memang secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada mamanya sendiri, semua yang diperbuat Winda selama ini selalu salah sejak kejadian beberapa waktu yang lalu.

"Dari kemarin tante sama sekali nggak ngeliat kondisi Mavin. Apa tante nggak mau ngeliat Mavin dulu? Mungkin aja Mavin bakal maafin tante kalau dia tau mamanya ada di sini," ucap Kris membujuk Winda.

"Nggak, Kris. Tante belum siap," ucap Winda.

"Tapi-"

"Kris, tante mohon. Nanti malem tante akan kembali ke Indonesia. Tadi tante dapet panggilan dari kepolisisan, ada perkembangan soal kasusnya Dhita," ucap Winda.

"Tante-"

"Kris, mungkin dengan menyelesaikan kasusnya Dhita, Mavin bisa maafin tante," ucap Winda. "Tante pergi dulu," lanjutnya. Winda lalu melangkah pergi meninggalkan rumah sakit itu.

My Ice Prince [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang