My Ice Prince 14

11K 407 3
                                    

<Adinda Elvira>

Vania masih memikirkan hal kemarin. Apa yang dikatakan Ayra memang ada benarnya. Dulu ia putus dengan Evan juga karena kesepakatan bersama. Evan saat itu memilih untuk fokus pada kegiatan tim basket. Ia takut Vania marah atau apapun karena Evan sibuk dengan urusannya di tim basket. Jadi Evan memutuskan hubungannya dengan Vania.

"Vania!" seru Dinda. Tumben baget Dinda berangkat pagi. Padahal biasanya ia selalu berangkat siang, bahkan ini lebih pagi ketimbang Ayra. Ayra saja belum berangkat.

"Kenapa Din?" tanya Vania.

"Lo kenapa ngelamun gitu sih Van?" tanya Dinda.

"Gue nggak papa kok Din, serius."

"Pagi Vania, Dinda." Ayra yang baru datang menyapa Vania dan juga Dinda. Namun bukannya membalas sapaan Ayra, Dinda malah langsung pergi. Dinda malah menuju tempat duduknya dan kemudian berjalan keluar.

Vania dan Ayra heran dengan sikap aneh Dinda. Tidak seperti biasanya Dinda seperti ini. Apalagi jika bersama Vania, Dinda pasti ribut grup K-pop.

Dinda berjalan menuju taman sekolah. Belum banyak orang karena bel masuk masih sekitar empat puluh lima menit lagi. Jadi banyak yang belum berangkat sekolah. Dinda duduk di salah satu bangku taman. Pandangan gadis itu kosong seakan sebuah kenyataan telah menamparnya.

"Ekhemm, sendirian aja nih. Kok cemberut gitu?" Tiga orang cewek menghampiri Dinda yang tengah sendirian. Shea bersama antek-anteknya datang dan tiba-tiba mengambil temat duduk di samping Dinda.

"Em, Dek. Lo bukannya temennya sama Ayra?" tanya Shea yang menggunakan embel-embel 'dek' karena Dinda adalah adik kelasnya.

"Iya," jawab Dinda.

"Kok cuman sendiri sih? Ada masalah sama temen lo ya?" tanya Nindi. Dinda melirik ketiga orang itu. Ia tahu jelas siapa mereka. Si tukang bully SMA Harapan Bangsa yang punya kekuasaan karena Shea adalah anak dari salah satu donatur sekolah.

Tadi saat melewati kelas 11 mereka bertiga tam sengaja melihat Dinda tiba-tiba pergi saat Ayra datang. Tentu saja mereka akan memanfaatkan keadaan ini. Dengan begitu, mereka akan semakin mudah menghancurkan persahabatan mereka. Jangan tanyakan lagi siapa yang menyusun rencana. Orang yang rahasianya tak ingin terbongkar karena Ayra.  Shea. Sebelumnya saat ia pacaran dengan Evan, Evan pasti selalu menceritakan Ayra. Shea lama-lama muak dan akhirnya ia merasa tak suka dengan Ayra.

Sebenarnya bukan hanya itu. Tania juga tak suka kepada Ayra. Alasannya karena Ayra selalu dekat dengan Angga akhir-akhir ini. Tania juga belum tau jika Ayra sekarang adalah kekasih dari Kai.

"Tau deh, gue ngerasa nggak adil aja. Masa iya Vania di kasih tau tapi gue nggak. Gue aja tau karena Vania yang cerita, bukan Ayra sendiri." Shea, Nindi dan Tania mengerutkan keningnya, ia bingung dengan maksud perkataan Dinda.

Shea kemudian duduk di samping Dinda. Mengambil alih tempat itu yang tadinya di duduki oleh Tania. "Nama lo Dinda kan?" tanya Shea yang membuat Dinda mengangguk.

"Bisa lo cerita masalahnya apa? Dari tadi gue nggak ngerti nih sama omongan lo." tanya Nindi.

"Ayra ternyata pacaran sama Kak Kai. Dia cuma bilang ke Vania, bukan ke gue. Dan gue tau semuanya bukan dari Ayra sendiri, tapi dari Vania. Waktu Vania diajak jalan, gue nggak diajak. Itu yang namanya sahabat?" Dinda menjelaskan semuanya. Ia merasa kesal dengan Ayra dan juga Vania. Baik Shea, Nindi maupun Tania tampak terkejut. Bukan karena Dinda tapi karena fakta ternyata selama ini Ayra adalah kekasih Kai.

"Ouwhh, kasian deh. Tega banget sih mereka sama lo." Nindi tambah membuat Dinda panas.

"Dinda, lo boleh kok kalo mau gabung sama kita," ucap Shea.

Dinda menoleh, ia berpikir sejenak. Kenapa Shea malah menawarkan Dinda untuk bergabung dengan mereka. Padahal mereka semua terkenal sebagai cewek hitz sekolah dan nggak sembarangan yang bisa gabung sama mereka. Dinda sebenarnya ragu.

"Lo tenang aja, kita bakal bantu lo apapun yang lo mau. Gue sendiri juga nggak suka sama mereka, apalagi Ayra. Udah tau punya pacar masih aja deketin Angga," ucap Tania kesal.

"Serius kak? Gue boleh gabung sama kalian?" tanya Dinda. Mereka bertiga mengangguk dan meyakinkan Dinda.

"Sekarang lo bisa minta bantuan kita apapun." Shea berujar.

Selain hitz, mereka berdua juga disegani murid satu sekolah. Shea cs sering melakukan bully pada orang yang tak ia suka. Setelah itu bel masuk berbunyi, Dinda kembali ke kelasnya. Saat melewati tempat duduk Ayra, Dinda menatap sinis. Ayra bingung dengan sikap Dinda sejak pagi tadi.

❄❄

Sejak kemarin Dinda terlihat sangat aneh. Bahkan saat istirahat ia memilih untuk pergi ke perpustakaan duluan. Vania sendiri penasaran mengapa sikap Dinda padanya dan juga Ayra berubah. Vania menarik tangan Dinda ketika Dinda lewat di sampingnya. Ini masih pagi, jadi kelas masih sepi bahkan Ayra sendiri belum berangkat.

"Din, lo kenapa sih kemarin jauhin gue sama Ayra?" tanya Vania langsung.

Vania tak ingin basa-basi yang nantinya keburu basi. Ia langsung spontan bertanya pada Dinda alasan mengapa Dinda seperti menjauhi dirinya juga Ayra. "Nggak kok, lo aja kali yang ngerasa gitu," jawab Dinda yang berusaha mengelak.

"Tapi kenyataannya dari kemarin lo ngehindarin gue, terutama Ayra. Lo kenapa sih Din?" Bukan Vania jika ia tak bisa mendapat jawaban yang sebenarnya. Vania terus menanyakan alasan mengapa Dinda menghindar.

"Van, gue nggak mau ribut pagi-pagi ya sama lo."

"Gue nggak ngajak ribut lo kok, gue cuma nanya kenapa lo ngehindar dari gue dan Ayra." Vania dan Dinda terus berdebat, Vania masih dengan rasa penasarannya. Vania terus melontarkan pertannyaan yang sama sejak tadi dan Dinda terus mengelak. Namun pada akhirnya Dinda yang kalah.

"Fine! Gue jauhin kalian karna gue ngerasa sikap Ayra ke gue nggak adil, Ayra cerita semuanya sama lo, Ayra lebih deket sama lo, dan Ayra seakan nggak nganggep gue sebagai sahabatnya!" ucap Dinda dengan penekanan di setiap katanya.

"Ya ampun Din, lo ngerasa nggak adil gimana sih. Tiap ada acara apapun gue sama Ayra selalu ajak lo, tapi lo aja yang nolak kita." Vania berusaha meluruskan semuanya.

"Alah nggak usah munafik deh, faktanya tiap kali kalian jalan pasti nggak sesuai apa yang kalian bilang ke gue. Waktu itu lo cuma bilang kalo kalian berdua ke bioskop, tapi nyatanya kalian nggak cuma berdua. Kalian pergi sama Kak Kai dan Kak Farez."

"Tapi intinya sama aja, kita ke boiskop dan nonton. Lagian kata lo, lo nggak bisa."

"Kalo kalian bilang kalian pergi sama Kak Kai, gue pasti bakal ikut." Ucapan Dinda membuat Vania tercengang.

"Kenapa jadi Kak Kai?" tanya Vania yang semakin bertambah penasaran.

"KARNA GUE SUKA SAMA KAI!" tegas Dinda kali ini.

[My Ice Prince]

__________________________________________________________

Hai semua,,

Jangan lupa vote and coment,,,,,

See you next part

My Ice Prince [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang