Angga menelungkupkan wajahnya ke permukaan setir. Entah mengapa cowok itu terdiam cukup lama. Terlintas berbagai pertanyaan di benak Ayra. Namun gadis itu sama sekali tak berani untuk menanyakan pada Angga. Ia memilih untuk diam melihat Angga.
Cukup lama Angga tak kunjung mengangkat wajahnya. Ayra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Angga?" ucap Ayra lirih. Angga awalnya tak merespon.
"Angga." Ayra menaikan volume suaranya. Tak lama Angga mengangkat wajahnya. Banyak tanda tanya di benak Ayra. Namun lagi-lagi keberaniannya memilih untuk bersembunyi. Angga menarik napas dalam lalu membuangnya kasar. Dari raut wajahnya, terlihat tidak baik-baik saja.
"Sorry, tadi gue ngerem tiba-tiba," ucap Angga meminta maaf karena sudah mengerem tiba-tiba.
"Iya, nggak papa." Sebenarnya Ayra masih ingin menanyakan pada Angga.
"Lo nggak papa kan?" tanya Angga khawatir.
"Nggak papa, tadi cuma kaget aja."
"Ya udah, gue lanjut anterin lo." Angga kembali menjalankan mobilnya di tengah hujan. Tak ada obrolan di antara mereka. Angga juga fokus ke jalanan yang lumayan licin karena guyuran hujan. Setelah lima belas menit, mereka akhirnya sampai di rumah Ayra. Rumah Ayra terlihat sepi, sepertinya Ayroz belum pulang dari kampus.
Ayra dan Angga sama-sama turun dari mobil. Hujan masih sangat deras, ditambah lagi terdengar suara petir beberapa kali. Ayra sendiri sebenarnya takut dengan petir.
"Lo tinggal di rumah sendiri?" tanya Angga karna melihat rumah Ayra yang sepi.
"Nggak sendiri kok, gue tinggal sama abang gue. Sama Bi Mira juga sih," jawab Ayra.
"Kok sepi banget?" tanya Angga lagi.
"Abang gue belum pulang. Lo masuk dulu kak, di luar dingin." Ayra mempersilahkan Angga untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Pembantu lo ada di dalem?" tanya Angga.
"Ada kok, palingan lagi di dapur. Lo mau nyari Bi Mira?" ganti Ayra yang bertanya dengan maksud bercanda.
"Enggak kok. Kan nggak enak aja kalo di rumah lo nggak ada orang lain. Ntar dikira yang enggak-enggak lagi," jelas Angga.
"Iya deh, tenang aja. Bi Mira ada di dalam kok, lagipun tetangga gue bukan tukang gossip."
Ayra dan Angga masuk ke dalam rumah. Angga berada di ruang tamu, sementara Ayra berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tak lama Ayra turun dan menghampiri Angga.
"Lo mau gue buatin minum apa?" tanya Ayra pada Angga.
"Terserah lo aja," ucap Angga.
"Matcha green tea latte? Gimana?" tanya Ayra.
Matcha green tea latte, minuman kesukaan Angga dari dulu. Entah mengapa Angga kembali murung. Seakan ada sebuah hal yang tak ingin untuk ia pikirkan sekarang ini. Angga menggelengkan kepalanya, pertanda jika ia menolak itu.
"Hot chocolate?" tanya Ayra lagi. Untuk kali ini Angga mengangguk. Ayra kemudian berjalan ke dapur lalu kembali dengan dua cangkir hot chocolate.
"Orang tua lo di mana?" tanya Angga.
"Orang tua gue sering keluar kota. Keluar negeri bahkan," jawab Ayra.
"Lo nggak kangen sama mereka?" tanya Angga lagi.
"Sebagai seorang anak, gue pasti kangen lah. Tapi gimana lagi, mereka kan kerja juga buat gue. Lo sendiri, gimana orang tua lo? Kok tadi gue nggak liat mereka?" Gantian Ayra yang bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...