My Ice Prince 28

9.3K 355 1
                                    

Pagi ini Ayra berangkat bersama Evan. Meskipun sebenarnya ia ingin untuk izin, tapi ia tak ingin nantinya ketinggalan materi pelajaran. Ayra sangat mementingkan pelajaran, apa lagi hari ini ada jadwal fisika, mata pelajaran yang hampir dibenci para siswa namun justru menjadi favorit Ayra.

Saat sampai di parkiran sekolah, Ayra segera turun dari motor Evan. Namun sayangnya ia harus bertemu dengan Kai yang sampai disaat yang bersamaan dengan mereka. Kai sempat melihat ke arah Ayra. Namun, Ayra memilih untuk pura-pura mengabaikan itu. Setelah Kai pergi, Ayra bernapas lega.

"Tadi ada Kai kenapa nggak lo sapa?" tanya Evan.

"Males aja," jawab Ayra. Gadis itu memang belum bercerita pada siapapun tentang status hubungannya dengan Kai saat ini. Ia juga malas untuk membahas tentang itu.

"Tumben banget lo."

Ayra enggan untuk menanggapi Evan. Ia memilih untuk melangkah duluan menuju kelasnya. Tujuan Ayra kali ini adalah untuk menjelaskan semuanya kepada Angga. Sudah dua hari setiap Ayra mencari Angga di kelasnya, Angga tidak masuk sekolah. Ia harus tau kebenaran jika Ayra bukanlah orang yang menyebarkan informasi itu.

Ayra melangkah menyusuri koridor menuju kelasnya. Pagi ini belum banyak murid yang berangkat sehingga sekolah sudah lumayan sepi. Saat sampai di kelasnya, satu orang yang Ayra lihat. Dia adalah Dinda. Hanyalah Dinda yang saat ini berada di kelas. Ini adalah saat Ayra untuk memperbaiki persahabatannya dengan Kai. Meskipun begitu, tampaknya Dinda mengabaikan keberadaan Ayra.

Ayra menaruh tasnya di tempat duduknya. Ia lalu melangkah menuju tempat duduk Dinda, sepertinya Dinda tengah streaming k-pop. Ia mengenakan earphone miliknya. Sepertinya itu memang untuk menghindari Ayra.

"Dinda!" panggil Ayra.

Orang yang namanya di panggil tidak merespon sama sekali. Ia malah asik dengan layar ponselnya. Dinda mengabaikan Ayra yang berdiri di sampingnya.

"Dinda, tolong jangan kayak gini," ucap Ayra lagi.

Dinda sempat menghentikan aktivitasnya. Namun tak lama, Dinda malah bangkit lalu melangkah untuk keluar dari kelas. Ayra sendiri tak menyerah begitu saja. Ia mengikuti langkah Dinda yang entah kemana.

"Dinda! Gue pengen ngomong sama lo," ucap Ayra yang masih mengikuti langkah Dinda.

Dinda masih dalam pendiriannya. Ia sama sekali tak merespon sedikitpun. Bahkan menoleh ke arah Ayra saja tidak. Namun Ayra tak menyerah, ia harus menyelesaikannya hari ini juga. Ia tak ingin keputusannya kemarin sia-sia. Ia memilih untuk putus dengan Kai karena Dinda. Ia ingin persahabatannya membaik. Dan ia tak akan membiarkan gagal begitu saja.

"Dinda tolong berhenti!"

Akhirnya, Dinda menghentikan langkahnya. Ayra tersenyum sejenak, akhirnya Dinda mau mendengarkannya. Tak lama, senyum Ayra memudar saat tiba-tiba Shea, Nindi dan Tania berjalan mendekati mereka. Ayra baru ingat jika Dinda berteman dengan tiga kakak kelasnya itu.

"Nggak ada yang perlu kita omongin. Dan gue rasa gue nggak kenal sama lo," ucap Dinda.

Ayra tak menyangka jika mulut Dinda dapat mengeluarkan kata-kata seperti itu. Padahal dulunya, Dinda sangat baik pada Ayra. Dia nggak pernah mengucapkan satu katapun yang menyinggung hati Ayra. Namun kenapa sekarang Dinda menjadi seperti ini.

"Ekhem..." Shea yang baru saja datang langsung menatap Ayra tajam.

"Ngapain lo manggil manggil Dinda?!" tanya Nindi setengah membentak.

Sementara itu Tania ikut menatap Ayra tajam. Tersirat kebencian dari sorot mata Tania. Kejadian tiga hari yang lalu pasti membuat Tania tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan membalasnya.

"Hehh! Kalo ditanya jawab jangan diem aja!" ucap Tania dengan mendorong Ayra kebelakang. Untungnya seseorang menahan Ayra agar ia tidak terjatuh.

"Lo nggak ada kapoknya ya?! Kurang kemarin gue siram pake air?" tanya Chandra yang baru saja datang.

"Eh, lo nggak usah ikut campur ya!" ucap Nindi.

"Lo nggak ngaca?! Lo sendiri ikut campur urusan Ayra dan Dinda," ucap Chandra.

"Dinda temen gue! Wajarlah kalo gue belain Dinda," ucap Nindi.

"Ayra juga temen gue!"

"Nggak usah ngegas juga kali!"

"Orang lonya aja bikin gue naik darah. Heran gue sama Alfin, kok bisa tahan sama orang kayak lo," ucap Chandra.

"Nggak usah bawa-bawa pacar gue ya!"

Chandra dan Nindi malah saling adu mulut. Untuk kali ini Tania memilih untuk diam. Entah apa alasannya, tapi tetap saja matanya memancarkan kebencian terhadap Ayra.

"Alah udahlah. Chandra, jagain tuh temen lo, jangan sampe ganggu Dinda lagi!" ucap Shea mengajak Dinda untuk pergi.

"Dengerin tuh!" ucap Nindi.

Dinda memilih untuk ikut ketiga kakak kelasnya itu. Sementara Ayra, ia masih diam bersama dengan Chandra. Ayra sudah mencoba memperbaiki hubungan persahabatannya dengan Dinda. Namun Dinda justru menghindar dari Ayra.

"Udahlah Ra, nggak usah dipikirin. Paling Dinda kalo udah sadar juga balik lagi ke lo. Gue jamin tuh anak nggak bakal tahan sama mereka. Apalagi Nindi, udah bawel seneng ngomporin orang lagi," ucap Chandra pada Ayra.

"Jangan ngomongin orang, nggak baik tau," ucap Ayra.

Ayra kemudian melangkah menuju kelasnya. Namun siapa sangka, Ayra justru malah kembali berpapasan dengan Kai. Saat melewati Kai, Ayra memilih untuk menunduk. Rasanya masih tak sanggup untuk bersikap seperti biasanya. Apalagi, Dinda masih belum mendengarkannya.

"Ayra!" Kai menahan tangan Ayra.

Mau tidak mau, Ayra harus berhenti. Dalam hatinya ia ingin segera lari dari tempat ini sekarang juga. Ayra memberanikan dirinya. Ia mulai mengangkat wajahnya. "Ra, kenapa kamu ngehindar dari aku?" tanya Kai.

"Aku..."

"Ayra!" panggil seseorang yang Ayra kenali. Chandra menghampiri mereka berdua.

"Ra, lo dicariin Angga," ucap Chandra pada Ayra.

"Bukannya Angga nggak masuk?" tanya Kai.

"Pokoknya Ayra harus ikut gue, dia dicariin Angga," ucap Chandra.

Ayra memilih untuk ikut dengan Chandra. Ini adalah jalan untuk menjelaskan semua pada Angga. Selain itu, Ayra juga bisa lolos dari pertanyaan Kai. Chandra mengikuti Ayra menuju kelasnya.

"Tadi lo bilang, gue dicariin Angga?" tanya Ayra.

Chandra menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal. Itu tadi hanyalah alasan Chandra agar Ayra bisa cepat pergi dari depan Kai. Dan Ayra ternyata mengira itu benar.

"Gimana ya Ra, tadi gue cuma bantu lo buat hindarin Kai," ucap Chandra.

Ayra menunjukkan ekspresi kecewa, ia pikir Angga benar-benar mencarinya. Padahal dalam pikirannya, hari ini ia bisa mengklarifikasi semuanya. Namun Angga bahkan menghilang sekarang.

"Kalo boleh tau, Angga kemana sih?" tanya Ayra.

"Angga ada di Shanghai, sama sepupunya." jawab Chandra.

"Angga kapan balik ke Indo?"

"Mungkin hari ini, dia kayaknya udah masuk sekolah besok."

Tampaknya Ayra harus menunggu sampai Angga kembali dari Shanghai. Apalagi, Ayra tidak memiliki nomor ponsel Angga. Itu menjadikannya sulit untuk berkomunikasi dengan Angga.

"Oh iya, gue boleh minta nomor hp lo nggak?" tanya Chandra.

"Buat apa?" tanya Ayra.

"Biar gampang buat hubungin lo kalo ada sesuatu," jawab Chandra.

Ayra kemudian memberikan nomor ponselnya pada Chandra. Ia terngat sesuatu, Chandra adalah teman dekat Angga. Dan yang pasti Chandra memiliki nomor ponsel Angga. Tapi, Ayra ragu untuk memintanya pada Angga. Ia memilih untuk menunggu Angga kembali dari Shanghai dan bertemu langsung dengannya.

[My Ice Prince]

My Ice Prince [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang