Tepat saat Ayra sampai di depan ruang UKS, Shea, Tania, dan juga Nindi baru saja keluar. Lagi-lagi tiga kakak kelas menyebalkan yang selalu membuat masalah. Ayra berusaha mengabaikan mereka bertiga dan menerobos masuk. Sayanganya, tangan Ayra terlebih dahulu ditahan Shea dengan kasar.
Tak lama Vania datang dan langsung membantu Ayra melepaskan tanggannya dari cekalan Shea. Tangan Ayra tampak memerah karena cengkraman Shea yang terlalu kuat.
"Kasar banget sih lo, nih tangan sahabat gue sampai merah gini," ucap Vania bermaksud membela Ayra.
"Heh, nggak sopan banget ya lo sama kakak kelas. Inget! Lo itu masih bocah, hargain kek yang lebih tua," ucap Nindi.
"Yah, ngaku tua. Heh, kalo kakak kelas modelan kalian nggak ada pantesnya buat dihargai. Hobinya nindas adek kelas, bully orang, biang masalah, emang kek gitu harus dihargai?" ucap Vania.
"Berani ya lo sama kita?!" bentak Tania yang tidak terima dengan ucapan Vania.
"Buat apa takut sama kalian?!" ucap Vania.
"Van, udahlah nggak usah ladenin mereka. Buang waktu aja tau nggak." Ayra mencoba untuk menyudahi perdebatan Vania dan juga Shea.
"Nggak usah sok deh!" ucap Tania pada Ayra.
"Ini ada apaan sih?" Suara seorang pemuda yang baru saja keluar dari ruang UKS.
"Nih, urusin mantan lo satu ini. Dia mau gangguin tunangan lo tuh," ucap Nindi.
Ayra menatap Kai sebentar, namun kali ini beda. Seperti ada yang aneh dengan perasaan Ayra akhir-akhir ini. Ia merasa tatapan Kai barusan tidak seperti dulu lagi.
Jika biasanya Ayra bertemu dengan Kai selalu menghindar, namun kali ini ia tak dapat mengelak lagi. Ayra harus memastikan kondisi Dinda. Apapun caranya ia harus berusaha baikan dengan Dinda.
"Biarin dia masuk, dia mungkin punya urusan sama Dinda," ucap Kai yang kemudian pergi begitu saja.
Seperginya Kai dari ruang UKS, Ayra kembali mencoba menerobos masuk kedalam UKS diikuti Vania. Lagi-lagi tangan Ayra kembali ditahan, bukan oleh Shea lagi, melainkan Tania.
"Apa lagi sih? Kalian nggak denger apa yang dibilang sama calon tunangannya sahabat kalian itu?" ucap Vania yang sengaja ditekankan pada kata 'calon tungan sahabat kalian'.
"Awas aja kalian bikin masalah sama Dinda!" ancam Shea.
"Nggak bgaca lo ya Kak, jelas-jelas sumber masalahnya itu lo," ucap Vania.
Vania dan Ayra memasuki ruang UKS. Baru saja masuk, mereka melihat Dinda yang sepertinya sedang menangis. Ayra langsung menghentikan langkahnya. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Kai? Secara tadi Kai terlihat agak beda, tidak seperti Kai yang biasanya.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Dinda yang menyadari keberadaan Ayra dan juga Vania.
Ayra tersadar dari lamunannya, ia lalu berjalan menghampiri Dinda. Vania hanya mengikuti langkah Ayra.
"Din, lo-"
"Apa?! Puas lo liat gue kayak gini?!" sela Dinda.
Ayra sama sekali tidak paham dengan apa yang dikatakan Dinda. Permasalahannya apapun, Ayra sama sekali tidak tau.
"Lo kok gitu sih Din? Ayra itu care sama lo, tapi kenapa lo malah bersikap kayak gitu sama Ayra?" ucap Vania.
"Alah, nggak usah pencitraan deh kalian, teritama lo Ayra. Sok care sama gue, keliatan panik pas gue pingsan, dan apalah itu. Gue tau kok maksud lo itu buat rebut Kai dari gue!" ucap Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Genç KurguDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...