Hari demi hari yang Angga lalui sekarang menjadi lebih berwarna dengan kehadiaran Ayra. Gadis pertama yang berhasil mencairkan hati Angga yang membeku selama ini. Ayra membawa kehangatan bagi Angga yang amat sangat dingin itu. Ya, ia adalah kekasih pertama Angga.
Setelah mengahadapi ujian nasional, kini saatnya momen kelulusan bagi Angga. Malam ini adalah waktu terakhirnya sebagai seorang siswa SMA. Sebenatar lagi ia akan menjadi mahasiswa yang artinya akan berpisah sekolah dengan Ayra.
Saat ini acara tengah berlangsung, kepala sekolah telah memberikan kata sambutan. Untuk perwakilan dari pemilik yayasan, awalnya kakeknya memilih untuk menunjuk Angga karena kakeknya tidak bisa hadir. Tapi sama saja seperti dulu, Angga tidak mau jika harus berbicara di depan teman-temannya sebagai seorang wakil dari pemilik yayasan. Karena itu sebagai gantinya Satya kakeknya menyuruh agar Kris menggantikan Angga.
Kini Angga tengah bersama dengan Chandra dan teman-temannya. Ya, dulu satu-satunya sahabat Angga adalah Chandra. Tapi sekarang, Angga memiliki sahabat yang lain karena sikap Angga yang tidak terlalu seperti dulu lagi. Dulu mungkin orang ragu untuk berteman degan Angga yang merupakan manusia es yang sangat dingin. Tapi sekarang Angga menjadi lebih bisa bergaul dengan teman-temannya.
"Gak nyangka gue kalo Ayra bisa ngerubah lo kayak gini," ucap Chandra sambil menepuk pundak Angga.
"Berubah gimana?"
"Ya, gimana ya? Emm, mungkin bikin lo jadi nggak terlalu cuek. Dan lo ngerasain kan efeknya gimana? Lo jadi punya banyak temen. Tapi gue saranin sih lo bisa lebih banyak bicara aja, biar makin deket gitu sama yang lain," ucap Chandra.
"Ekhem, deket apaan nih maksudnya?" Entah sejak kapan, Ayra tiba-tiba muncul di samping Angga.
"Lah, pawangnya pake dateng segala," celetuk Chandra yang dihadiahi tatapan sinis dari Ayra. Ya, entah kenapa sekarang mereka menjadi seperti kucing dengan tikus setip ketemu.
"Udah lah, ke sana bentar yuk Ay!" ucap Angga.
"Hilih, giliran Ayra dateng aja gue langsung dikacangin kek gitu. Dasar Angga," ucap Chandra yang kesal.
Angga dan Ayra berjalan menjauh dari keramaian. Mereka duduk di sebuah bangku yang berada di taman sekolah. Tidak terlalu sepi karena ada beberapa murid lainnya yang berada di tempat ini.
"Aku kira kamu nggak dateng," ucap Angga.
"Kan aku udah janji sama kamu kalo aku pasti dateng."
"Iya deh," ucap Angga sambil mencubit pipi Ayra.
"Aws, sakit tau Ga," ucap Ayra.
"Maaf deh. Habisnya kamu gemesin, makin sayang deh."
"Hm, pinter gombal ya sekarang," ucap Ayra yang membuat Angga terkekeh pelan.
"Ay?"
"Kenapa?"
"Aku mau ngomong sama kamu, tapi aku mau kamu jangan sedih." Ucapan Angga membuat ekspresi Ayra berubah seketika. Ada apa lagi ini?
"Ada apa?"
"Aku harus kuliah di Kanada Ay, kakek aku udah daftarin aku di salah satu universitas yang ada di sana." Ayra yang tadi tersenyum sekarang berubah.
Harus berpisah dengan Angga lagi? Tapi kenapa harus sejauh itu? Dan itu artinya Ayra tidak bisa bertemu dengan Angga dalam waktu yang lama.
"Terus kita harus putus gitu?" tanya Ayra.
Angga menundukkan kepalanya sejenak lalu beraluh menatap Ayra. Sorot mata Angga seolah berbicara jika ia tidak ingin pergi meninggalkan Ayra. Tapi pendidikan juga penting baginya, dan kakeknya sudah rela membiayai kulih sekaligus biaya hidup Angga disana. Ia tidak mau kakeknya kecewa karena dirinya. Mungkin ini memang pilihan yang sulit untuk Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...