Ayra sengaja untuk menunggu Evan pulang. Ia sengaja untuk tidak meminta Ayroz menjemputnya. Meskipun nanti Evan paling memilih untuk mengantar Shea dulu. Tapi setidaknya Evan membawa mobil hari ini.
Evan akhirnya keluar dari kelasnya. Ia menghampiri Ayra yang sedang menunggunya. "Ra, tapi gue nganter Shea dulu nggak papa kan?" tanya Evan.
Ayra setengah mengangguk, ia tahu betul jika Evan hanya menjadi mainan Shea. Tapi mau bagaimana lagi. Setiap Ayra berkata pada Evan untuk menjauh dari Shea, Evan selalu menolak. Salah satu sifat yag dimiliki Evan, dia sangat keras kepala.
Ya udah, ke kelas Shea dulu yuk!" ajak Evan. Cowok itu melangkah terlebih dahulu menuju kelas Shea. Sementara Ayra ia hanya mengikuti langkah Evan. Meskipun ia sangat tidak rela jika harus pulang bersama dengan Shea.
Kalo tidak ada sesuatu yang ingin Ayra bicarakan dengan Evan, lebih baik ia pulang bersama Vania. Shea keluar dari kelasnya bersama Tania dan Nindi. Mereka bertiga kompak menatap sinis Ayra, terlebih Tania. Ayra memilih untuk tetap di belakang Evan.
"Sayang, maaf ya. Aku kayaknya nggak bisa pulang bareng kamu deh," ucap Shea pada Evan. Ayra seakan ingin muntah mendengar kata itu.
"Kenapa? Ada tugas?" Evan bertanya.
"Iya nih, sama mereka berdua. Nggak papa kan?" tanya Shea.
"Ya udah deh, kalo gitu aku sama Ayra balik duluan ya," ucap Evan. Dalam hati Ayra ia sangat bersyukur karena tidak jadi pulang bersama Shea. Namun ada kecurigaan dari Ayra tentang Shea.
Evan mengajak Ayra untuk segera pulang. Ia menuju ke arah parkiran, tempat di mana Ayra kembali melihat Dinda pulang bersama Kai. Mendadak ekspresi wajah Ayra berubah. Ia mendadak kesal melihat mereka berdua.
"Ra, gue ke toilet dulu ya," ucap Evan yang tiba-tiba ingin ke toilet. Ayra mengangguk sebentar, meskipun kedua matanya masih menatap lurus Dinda dan Kai. Seseorang menepuk bahu kanan Ayra. Refleks Ayra menoleh ke samping.
Chandra berada di sampingnya, dalam penyamarannya sebagai angel. Berbeda dengan apa yang dilihat Ayra saat di rooftop. Sangat rapi untuk kali ini.
"Cemburu?" tanya Chandra pada Ayra.
Ayra hanyalah menggeleng singkat, namun dalam hatinya ia berkata 'iya'. Kai dan Dinda mulai meninggalkan sekolah, sebelum itu Dinda sempat menoleh ke arah Ayra. "Putusin aja Ra, masih banyak orang lain yang pengen sama lo," ucap Chandra.
"Kenapa lo bilang gitu?" tanya Ayra.
Chandra kembali tersenyum miring. Ia menatap lekat Ayra, sementara Ayra tak berani untuk metap Chandra. Ia memilih untuk menundukkan kepalanya. Setelah apa yang ia lihat di rooftop tadi, mendadak ia menjadi takut dengan Chandra.
"Karena ada orang yang lebih baik buat lo," ucap Chandra.
"Maksud lo?" tanya Ayra. Kali ini Ayra mendongakkan kepalanya.
"Gue balik duluan, sepupu lo udah dateng," ucap Chandra yang langsung melenggang pergi tanpa menjawab pertanyaan Ayra. Setelahnya Evan datang dan langsung mengajak Ayra untuk pulang. Mereka berdua berjalan menuju mobil, setelah itu mereka mereka meninggalkan sekolah.
Evan menghentikan mobilnya di kafe yang tak jauh dari sekolah. Setelah memarkirkan mobilnya, ia masuk bersama dengan Ayra. Baru saja masuk, Evan dan Ayra disambut dengan pemandangan Shea dan seorang cowok yang tengah mengusap pipinya. Sontak Evan terkejut melihat itu.
Evan berjalan mendekati mereka, Ayra mengikutinya dari belakang. Terlihat kemarahan dari sorot mata Evan. Shea dan seseorang itu berdiri karena kehadiran Evan. Sebelumnya Ayra sudah menduga jika kerja kelompok hanyalah alasan Shea saja. Buktinya sekarang mereka ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince [ Completed ]
Teen FictionDewangga Mavin Wirasatya, cowok paling dingin di SMA Harapan Bangsa. Meskipun begitu, ia paling dikejar oleh siswi - siswi di sekolah, selain tampan ia juga jago taekwondo. Posisinya juga sebagai kapten tim basket sekolah ditambah dia ketua ekskul P...