First Meet

8.6K 151 15
                                    

"Ada dua hal yang nggak bisa diubah di dunia ini. Seisi semesta, dan seisi hati Angkasa buat lo", Marcello Angkasa Raymond.

"Kita sepertinya terlalu jauh untuk saling menggenggam. Maka, biarlah seperti ini. Menjadi teman baikmu sudah cukup untukku",
Anastasnya Firdha Azzura Aldebaran

******

Sebagian orang akan berlari dari gerombolan petugas OSIS yang dengan wajah garangnya tengah menunggu di depan pintu gerbang sekolah. Tapi kalian akan menemukan spesies unik di sini.

Anak pindahan yang dengan santainya berjalan melalui beberapa pasang mata anak OSIS tanpa takut sama sekali. Bahkan dia mengutip sedikit senyumnya untuk awal pagi yang buruk ini. Kalian bahkan tidak akan tahu spesies apa ini. Yang jelas mereka hampir langka!

Matanya berputar mengitari taman sekolah yang menyambut kedatangan setiap murid, bahkan para pembangkang sekalipun.

"Berhentii!!! Lo telat lima menit!!", menyadari suara itu ditujukan untuknya, Azzura berhenti di depan cowok itu. Cowok yang tidak lain adalah ketua osis idaman di SMA Semesta.

Azzura memicingkan matanya sekejap. Cowok dengan seragam rapi itu tidak lain pasti murid kesayangan guru. Terlihat dari cara berpakaiannya yang bergitu membosankan dan bisa membuat mata Azzura merasakan perih hingga mengeluarkan air mata.

"Hei, saya rasa kita satu angkatan," sapa Azzura tanpa malu-malu sambil memperhatikan badge dengan garis dua di lengan kanannya.

Bahkan ketika beberapa pasang mata dari berbagai sudut mulai memperhatikannya, cewek itu justru membisikkan sesuatu ke telinga Angkasa. Ya itu nama cowok kesayangan guru barusan. "Kalau hari ini lo mau bantu gue, gue bakal bantu lo lain kali. Gimana?"

Tanpa ba-bi-bu, Angkasa menepis tangan Azzura yang baru saja mendarat bebas di lengannya. Tak mau kalah, Azzura juga menepuk-nepukkan tangannya seakan baru saja memegang sesuatu yang kotor.

"Sorry banget yah, Nona. Kali ini saya bukan orang yang bisa disuap," bantah Angkasa matang-matang. "Kamu tau peraturannya kan?" sambungnya. Azzura menaikkan sebelah alisnya tanpa berkomentar.

"Atribut harus lengkap", Azzura mengangguk pelan sambil memperhatikan kerahnya yang dibiarkan tanpa dasi. "Sepatu harus warna hitam", mata biru cowok itu menatap ke arah sepatu pink Azzura dengan sangat tajam.

"Dan lagi, ini bukan kontes kecantikan. Jadi kamu nggak perlu gerai rambut kayak gini", Azzura lagi-lagi hanya diam mendengarkan selagi laki-laki yang di depannya terus mengoceh.

Meskipun Azzura bukan bad girls, tapi dia tidak pernah suka dengan yang namanya peraturan. Sebuah peraturan yang mengacaukan hidup orang lain. Kalaupun Azzura mengikutinya, semua itu tidak akan membantunya di kehidupan lain.

Satu hal yang harus dia lakukan sekarang, menutup telinganya rapat-rapat dengan menambahkan volume musik yang keluar dari earphone-nya.

"Nama gue, Azzura Aldebaran", Azzura menyebutkan namanya sendiri. Tanpa basa-basi lagi. Ia sudah bosan bertemu dengan cowok tipikal tempramen seperti ini. Seakan-akan kamu hanya akan hidup ketika mengikuti semua aturannya.

Laki-laki yang tidak lain bernama Marcello Angkasa Raymond itu hanya mematung di tempatnya. Selama Angkasa masih berdiri di antara pertigaan ini, dia tidak akan membiarkan satupun siswa bandel melewatinya. Jadi dengan sigap ia mengeluarkan daftar nama dari saku celananya dan mulai mencari nama yang terdengar asing itu.

"Gue anak baru, lo nggak akan nemu nama gue disana", titah Azzura sambil sedikit mengintip kertas yang sedari tadi Angkasa pegang.

Angkasa baru menyadari sesuatu, perempuan yang tidak lain bernama Azzura itu adalah siswa baru bermasalah dari negara tetangga. Tugasnya adalah membereskan sampah kecil ini agar menjadi lebih baik.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang