Anak Cengeng

1.4K 46 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca:)
Happy reading:)

*****

Selesai sudah cerita singkat masa lalu itu, tapi masih ada masa depan yang sangat panjang. Semua orang tak tahu, bahkan para tokohnya pun sama-sama tak tahu.

"Iya gue mau", ucap Ratu dengan sedikit tersenyum. Lalu memeluk Angkasa erat, tapi dia langsung menepisnya.

Angkasa memundurkan langkahnya lalu berbalik arah. Dia mencari Ratu hanya untuk mengatakan itu dan memberinya bunga yang semalam hampir saja layu.

Angkasa berjalan tanpa melihat jalan dan menabrak sesorang yang ada di depannya. Dia langsung memunguti beberapa buku yang sudah terjatuh di lantai dan memberinya kepada pemiliknya dengan mengatakan, "Maaf".

"Fine, setiap orang punya salah. Selagi orang itu mau bertanggung jawab, mungkin kaki dan tanganku tidak akan mulai maju", ucap Elizabeth seraya memiringkan bibirnya.

Dia tidak memperdulikan Angkasa lagi. Dia tetap melanjutkan jalannya untuk mengembalikkan buku-buku itu di perpustakaan.

"Hai Venus, Azzura, dan Kakkk--", Elizabeth menyapa semua temannya yang sedang sibuk membaca buku di perpustakaan, kecuali, "Elang", tentu saja itu bukan masalah besar bagi Kak Elang yang lebih terlihat santai dibandingkan Angkasa.

Usai mengembalikkan itu, Elizabeth duduk di antara Azzura dan Kak Elang. Bahkan dia pun tidak tahu, kenapa mereka meletakkan jarak satu kursi?

"Tadi gue ketemu Angkasa", ucap Elizabeth santai sambil merebut paksa buku yang Venus pegang. Venus langsung memperlebar bola matanya, tetapi Elizabeth hanya tersenyum, "Tanpa sebuket bunga yang lo beli sama dia kemaren sore", lanjutnya sebelum yang lain mulai bertanya.

Kak Elang tidak terlalu memperhatikan perbincangan itu, dia sibuk mengingat materi yang akan gurunya ujiankan. Dia tidak ingin nilainya berkurang hanya karena ini.

Elizabeth menutup buku yang sedang Venus baca dengan sangat keras sehingga membuat ruangan bergema. Semuanya memperhatikan mereka, tetapi sekali lagi Elizabeth hanya tersenyum, hanya saja kali ini dia mengedipkan satu matanya dan mengangkat satu tangannya dengan salam perdamaian membentuk huruf 'V'

Venus menutup matanya dan menggigit bibirnya lalu memegang rambutnya menahan kesal. Dia tidak tahu, halaman berapa yang terakhir kali dia baca.

"Gue tau, halaman 187", Elizabeth membuka halaman itu saat melihat ekspresi dari Venus. "Ini kan?", Venus mengangguk malu, dan Elizabeth tertawa.

"Hari ini Angkasa dateng ke ruang musik jam 12.30. Lo harus kesana", Elizabeth menunjuk Azzura. Azzura langsung membuat ekspresi terkejut di wajahnya. Ditutupnya langsung buku yang sudah ia baca hampir seratus persen selesai.

Setelah itu, Elizabeth keluar. Setidaknya mereka sudah sering berbincang-bincang dalam tiga hari terakhir ini. Mereka sudah bisa dibilang akrab, bahkan jika orang lain melihat, itu sangat akrab. Biasanya hubungan antar kelas tidak secepat ini. Apalagi hubungannya dengan Kak Elang. Dia selalu menemani Azzura membaca novel-novel yang ada di perpustakaan, menemaninya berbincang. Karena yang jelas kak Elang tau banyak tentang sekolah ini dan Angkasa.

Azzura memberikan bukunya pada petugas sekalian memberikan kartu perpustakaannya lalu kembali ke kelas dulu. Ini masih pukul 10.00 dimana masih ada satu jam pelajaran lagi, yaitu matematika. Dia tidak perlu berlama di ruang musik hanya untuk menunggu Angkasa kan? Jadi dia akan menunggu satu jam pelajaran berikutnya. Setelah jam itu usai, barulah dia akan menghampiri Angkasa di ruang musik.

Azzura masih setia menatap papan tulis dan berfokus kepada angka-angka yang ditulis disana. Sementara Venus yang cepat bosan, berulang kali mencoba mengajak Azzura berbicara.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang