Tunangan

1.1K 31 0
                                    

"Antariksa Marcello Azka", cowok itu mengulurkan tangannya. Fix, mereka benar-benar mirip!!

"Jadi ini cewek kamu?", tanya Azka sambil menatap mata Angkasa lekat. Tidak ada jawaban selama beberapa detik setelah itu.

"Maaf yah, kalau Angkasa suka sama saya itu wajar. Tapi sampai kapanpun saya akan menolak Angkasa untuk jadi pacar saya", jawab Azzura panjang lebar.

Azka hanya mengangguk lalu melepaskan tasnya dari pundaknya dan meletakkan di atas meja yang ada di depannya. Lihat apa yang dilakukan Angkasa? Angkasa kali ini hanya bisa diam dan mendengarkan.

"Selera kamu tinggi juga, Sa", puji Azka.

Angkasa membulatkan matanya dengan sangat lebar? Cewek? Selera? Siapa yang Azka maksud? Azzura?

"Dia bukan pacar gue", Azka mengangguk sambil sedikit menyeringai menandakan dia tidak percaya.

Azzura menatap Azka dan Angkasa secara bergantian dengan tatapan sinis. Benar-benar dua orang yang sama tanpa celah sedikitpun.

Sesekali Azka menatap jam tangannya. Berbeda dengan Angkasa, bagi Azka, waktulah yang paling berharga dari segalanya.

"Kita mau apa disini?", Azka kembali bicara.

"Orang ini, dia udah berani sama lo. Kita keluarga Semesta, lo kan tau", jawab Angkasa yang dibalas tatapan tidak suka dari Azzura.

Azka tidak mengatakan apapun, melainkan langsung beranjak pergi dari tempat duduknya. Mengambil tasnya yang ada di atas meja dan menjinjingnya dengan satu tangan lalu pergi.

Angkasa buru-buru mengejar Azka. Apa yang dipikirkan Azzura sekarang? Saudara kembar yang aneh!! Sekarang Azzura ditinggalkan sendiri disini? Azzura mengikuti Angkasa pergi. Kalau kabur, nanti dibilang pengecut.

"Dia belum dilaporin, Ka", Angkasa berkali-kali menunjukkan jari telunjuknya ke arah Azzura. Azzura hanya bisa melongos kesal menyaksikan harga dirinya dijatuh-jatuhkan oleh orang semacam Angkasa.

"Aku nggak suka berurusan sama guru BK. Biarin dia pergi. Dia juga nggak tau ini aku, bukan Angkasa", jelas Azka panjang lebar. Membuat langkah Angkasa terhenti, hanya Azka yang bisa melakukannya.

Azka sudah diputuskan masuk kelas yang sama dengan Angkasa sesuai dengan kemauan Angkasa sendiri. Tidak ada yang bisa melawan. Kelebihannya, cogan kelas Azzura semakin bertambah. Adik kelas akan semakin ramai mengantre di depan ruang kelas menyaksikan mereka seperti pajangan di museum.

Azka memutuskan untuk duduk di tempat duduk paling ujung. Berhubung tidak ada Angkasa disana, Azzura langsung menghampirinya untuk berterima kasih. Setidaknya hari ini tidak ada hukuman untuknya karena terlambat. Itu semua karena Azka.

"Gue panggil lo apa?", tanya Azzura basa-basi. Azka menatapnya sekejap lalu mengalihkan pandangannya pada sebuah meja kosong yang ada di depannya.

"Oke, sorry buat yang tadi pagi. Nama gue Azzura. Dan yang lo harus tau, gue bukan cewek Angkasa", ujar Azzura yang diakhiri dengan senyuman yang kata Arsen sangat manis.

Azka hanya berdeham. Mengacuhkan senyum yang banyak orang bilang manis dan bisa membuat orang lain seperti diabetes, kecuali anak kembar ini.

"Angkasa nggak dapet, sekarang ndeketin kembarannya?", ucap salah seorang anak yang ada di dalam kelasnya.

Azzura mengambil buku yang ada di dekatnya. Sekarang dia menutup wajahnya dengan itu agar tidak ada yang melihatnya, kecuali Azka.

"Lo lagi ngapain disitu?", Angkasa duduk di bangkunya. Memandang lawan bicara dengan tatapan aneh.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang